Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal

Image
  Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa contoh upaya kolaboratif yang dapat dilakukan: 1.       Kolaborasi antara tenaga medis dan bidan: Tim medis yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan dapat bekerja sama untuk memberikan pelayanan kesehatan yang holistik kepada ibu hamil dan bayi yang akan lahir. Dengan saling berbagi pengetahuan dan keterampilan, mereka dapat meningkatkan pemantauan kehamilan, memberikan perawatan prenatal yang tepat, dan menangani komplikasi saat melahirkan. 2.       Kemitraan antara lembaga kesehatan dan masyarakat: Kolaborasi antara fasilitas kesehatan, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan maternal dan perinatal. Misalnya, mengadakan kampanye penyuluhan dan program edukasi di komunitas mengenai perawa

Faktor Resiko Dalam Kehamilan

Faktor Resiko Dalam Kehamilan





Pengertian Faktor Resiko Kehamilan
Ada beberapa keadaan yang menambah resiko kehamilan, namun tidak secara langsung meningkatkan resiko kematian ibu. Keadaan-keadaan tersebut dinamakan faktor resiko. (Syafrudin, 2007:271).

Jadi faktor resiko kehamilan adalah keadaan yang menambah resiko kehamilan, namun tidak secara langsung meningkatkan resiko kematian ibu.
Kehamilan dengan faktor resiko adalah kehamilan dimana ditemukannya suatu keadaan yang mempengaruhi optimalisasi pada kehamilan yang dihadapi.
Ada dua faktor resiko kehamilan. Pertama, faktor resiko yang terjadi atau sudah ada sebelum kehamilan. Kedua, faktor resiko selama kehamilan. Yang masuk dalam kategori faktor resiko yang terjadi sebelum kehamilan biasanya adalah perempuan yang memiliki suatu keadaan yang menyebabkan meningkatnya resiko selama kehamilan.
Sebelum menjadi hamil, wanita bisa mengalami gangguan yang meningkatkan resiko pada masalah selama kehamilan seperti penyakit jantung, anemia dll. Wanita ini harus berbicara dengan dokter dan berusaha mendapatkan kondisi fisik terbaik mungkin sebelum menjadi hamil. Setelah mereka menjadi hamil, mereka bisa memerlukan perawatan khusus, seringkali yang berasal dari tim interdisciplinary. Tim tersebut bisa termasuk dokter kandungan (yang bisa juga menjadi spesialis pada gangguan), spesialis gangguan, dan praktisi kesehatan lainnya (seperti ahli gizi).
Jika seorang perempuan mengalami masalah pada kehamilan sebelumnya, kemungkinan besar perempuan itu dapat mengalami hal yang sama pada kehamilan berikutnya. Ketika wanita mengalami masalah pada kehamilan pertama, mereka lebih mungkin mengalami masalah, seringkali hal yang sama, pada kehamilan berikutnya. Beberapa masalah termasuk memiliki bayi prematur, bayi yang berat badannya kurang, bayi yang beratnya lebih dari 10 pon, bayi dengan kelahiran cacat, keguguran sebelumnya, melahirkan terlambat (postterm) (setelah 42 minggu pada kehamilan), ketidakcocokan Rh yang membutuhkan transfusi darah ke janin, atau melahirkan yang membutuhkan operasi sessar. Jika wanita memiliki bayi yang meninggal segera setelah dilahirkan, mereka juga lebih mungkin mengalami masalah pada kehamilan berikutnya. Wanita bisa mengalami kondisi yang cenderung untuk membuat masalah berulang yang sama. Misal, wanita dengan diabetes lebih mungkin untuk memiliki bayi yang berat badannya lebih dari 10 pon ketika lahir.

Kelompok Ibu Hamil dengan Faktor Risiko Kehamilan
Faktor risiko pada ibu hamil adalah :
a.         Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
b.        Anak lebih dari 4.
c.         Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun.
d.        Kurang Energi Kronis (KEK) dengan lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm, atau penambahan berat badan < 9 kg selama masa kehamilan.
e.         Anemia dengan dari Hemoglobin < 11 g/dl.
f.         Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi, jenis anemia yang pengobatannya relatif mudah, bahkan murah.
Wanita memerlukan zat besi lebih tinggi dari laki-laki karena terjadi menstruasi dengan perdarahan sebanyak 50-80cc setiap bulan dan kehilangan zat besi sebesar 30 sampai 40 mgr. Di samping itu kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah seldarah merah dan membentuk sel darah merah janin dan plasenta. Makin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan akan makin banyak kehilangan zat besi dan menjadi anemis.(rustam,1998:29)
Pengaruh anemia terhadap kehamilan:
1)   Bahaya selama kehamilan:
a)         Dapat terjadi abortus
b)        Persalinan prematuritas
c)         Hambatan tumbuh kembang
d)        Mudah terjadi infeksi
e)         Ancaman dekompensasi kordis (Hb<6 gr%)
f)         Mola hidatidosa
g)        Hiperemesis gravidarum
h)        Perdarahan antepartum
i)          Ketuban pecah dini (KPD).(rustam,1998;31)
g.        Tinggi badan kurang dari 145 cm, atau dengan kelainan bentuk panggul dan tulang belakang
h.        Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum kehamilan ini.
i.          Sedang/pernah menderita penyakit kronis, antara lain : tuberkulosis, kelainan jantung-ginjal-hati, psikosis, kelainan endokrin (Diabetes Mellitus, Sistemik Lupus Eritematosus, dll), tumor dan keganasan
j.          Riwayat kehamilan buruk: keguguran berulang, kehamilan ektopik terganggu, mola hidatidosa, ketuban pecah dini, bayi dengan cacat kongenital
k.        Riwayat persalinan dengan komplikasi : persalinan dengan seksio sesarea, ekstraksivakum/ forseps.
l.          Riwayat nifas dengan komplikasi : perdarahan paska persalinan, Infeksi masa nifas, psikosis post partum (post partum blues).
m.      Riwayat keluarga menderita penyakit kencing manis, hipertensi dan riwayat cacat kongenital.
n.        Kelainan jumlah janin : kehamilan ganda, janin dampit, monster.
o.        Kelainan besar janin : pertumbuhan janin terhambat, Janin besar.
p.        Kelainan letak dan posisi janin: lintang/oblique, sungsang pada usia kehamilan lebih dari 32 minggu.(PWS KIA Depkes 2009)
Semakin banyak ditemukan faktor resiko pada ibu hamil, maka semakin tinggi resiko kehamilannya. (Syafrudin, 2007:271)
Adapun faktor resiko yang terkait yaitu karakteristik fisik ibu usia, berat badan, dan tinggi badan pada wanita mempengaruhi resiko selama kehamilan.
Umur kurang dari 20 tahun, rahim dan panggul ibu belum berkembang dengan baik. Hal ini dapat menimbulkan kesulitan persalinan. Kehamilan pada usia muda di duga berpengaruh terhadap terjadinya keracunan kehamilan (Preeklamsi/Eklamsi). Wanita usia 35 dan lebih tua beresiko tinggi mengalami masalah seperti tekanan darah tinggi, diabetes selama hamil dan komplikasi selama persalinan.
Wanita yang berat badan kurang dari 50 kg sebelum menjadi hamil lebih mungkin bayi kecil, berat badan bayi kurang dari normal. Wanita obesitas lebih mungkin memiliki bayi yang sangat besar, yang kemungkinan sulit untuk dilahirkan. Juga, lebih mungkin mengalami diabetes gestasional dan preeklamsia.
Wanita lebih pendek dari 145 cm lebih mungkin mengalami panggul kecil, yang bisa membuat gerakkan janin melalui panggul dan vagina kesulitan dalam  persalinan.

Faktor Resiko Yang Kemungkinan Berdampak Pada Resiko Tinggi Kehamilan
1.        4 Terlalu
Yang termasuk kategori beresiko tinggi pada kehamilannya adalah ibu dengan risiko  4 terlalu. Banyak sekali kerugian yang akan dirasakan jika kondisi kehamilannya termasuk kategori ini.

2.        Tinggi badan kurang dari 145 cm
Pada umumnya keadaan ini disertai dengan panggul yang sempit, sehingga mungkin dapat menimbulkan kesulitan dalam persalinan. (Depkes)

3.        Kurang Energi Kronis (KEK) dengan lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm, atau penambahan berat badan < 9 kg selama masa kehamilan.
Dalam keadaan ini ibu masuk kategori risiko, kekurangan Energi Kronis (KEK). Hal ini mungkin dapat menimbulkan berat badan lahir rendah (BBLR), pertumbuhan dan perkembangan otak janin terganggu. (Depkes)

4.        Riwayat keluarga menderita penyakit kencing manis, hipertensi dan riwayat cacat congenital
Diabetes mellitus gestasional (DMG) merupakan gangguan metabolisme yang ringan, tetapi hiperglikemia ringan tetap dapat memberikan penyulit pada ibu, berupa pre-eklampsia, polihidramnion, infeksi saluran kemih, persalinan seksio sesarea, trauma persalinan akibat bayi besar.(Saifuddin Abdul bari, 2006:290).
Keadaan kesehatan hipertensi diakhir kehamilan merupakan ancaman serius terhadap ibu dan bayi.
Adanya penyakit keturunan yang memungkinkan terjadinya kelainan pada bayi yang dikandung.

5.        Kelainan bentuk tubuh, misalnya kelainan tulang belakang atau panggul.
Kelainan bentuk panggul sering kali menyebabkan proses persalinan normal tidak bisa dilakukan. Idealnya, rongga panggul berbentuk ginekcoid. Masalahnya ada banyak ibu yang proses persalinanya terhambat dan berlangsung lama gara-gara kelainan bentuk panggul. Kelainannya yaitu bentuk anthropoid, yakni pintu atas panggul lonjong. Bentuk platipelloid, yakni pintu atas panggul lonjong, dan menyempit di bagian belakang. Bentuk android, yakni pintu atas panggul hampir berbentuk segitiga, sehingga seorang ibu harus sesar.(Indiarti, 2007:59).

Comments

Popular posts from this blog

Konsep Cairan dan Elektrolit Tubuh

Makalah Konsep Dasar Teori Air Susu Ibu (ASI)