Pengukuran,
Penilaian dan Evaluasi DALAM PENDIDIKAN KEBIDANAN
Pengertian Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi
Menurut Prof. Dr. Suharsimi Arikunto dalam bukunya
dasar-dasar evaluasi pendidikan, yang menyatakan : kita tidak dapat mengadakan
penilaian sebelum kita mengadakan pengukuran.
- Mengukur adalah membandingkan sesuatu
dengan satu ukuran. Pengukuran bersifat kuantitatif.
- Menilai adalah mengambil suatu
keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik dan buruk. Penilaian
bersifat kuantitatif.
- Mengadakan Evaluasi meliputi kedua langkah diatas,
yakni mengukur dan menilai.
Jadi, dalam istilah asing pengukuran adalah Measurement, sedang
penilaian adalah Evaluation. Dari kata evaluation inilah diperoleh kata
evaluasi yang berarti menilai (tetapi dilakukan dengan mengukur terlebih
dahulu). Jadi evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang
bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk
menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan, yang dimaksudkan untuk membantu
para guru
dalam pengambil keputusan
dalam usaha menjawab pertanyaan atau permasalahan yang ada. Fungsi
utama evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan informasi-informasi yang
berguna bagi pihak decision maker untuk menentukan kebijakan yang akan diambil
berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan.
Penilaian Pendidikan
Dalam pendidikan, ada awalnya
pengertian evaluasi pendidikan selalu dikaitkan dengan prestasi belajar siswa.
Definisi yang pertama dikembangkan oleh Ralph Tyler (1950). Ahli ini
mengatakan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk
menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan tercapai. Jika
belum, bagaimana yang belum dan apa sebabnya. Definisi ini diperluaskan oleh
dua ahli lain, yakni Cronbach dan Stufflebeam. Tambahan definisi
tersebut adalah bahwa proses evaluasi bukan sekedar mengukur sejauh mana tujuan
tercapai, digunakan untuk membuat keputusan.
Mengapa Menilai ?
Menurut suharsimi arikunto ada beberapa
makna dari proses penilaian antara lain sebagai berikut:
a.
Makna Bagi
siswa
Dengan diadakannya penilaian maka siswa dapt mengetahui sejauh man telah
berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Hasil yang diperoleh
oleh siswa ada 2 kemungkinan :
1). Memuaskan.
Jika siswa memperoleh hasil yang memuaskan siswa akan memiliki motvasi yang
cukup besar agar dapat belajar lebih giat.
2). Tidak Memuaskan. Jika siswa tidak puas dengan hasil yang diperolehnya, maka
ia akan beruaha agar lain kali tidak seperti itu lagi.
b. Makna bagi guru
1). Dengan hasil
penilaian guru dapat mengetahui siswa mana saja yang berhak melanjutkan
pelajaran.
2). Guru dapat
mengetahui apakah pelajaran yang ia sampaikan tepat sasaran kepada siswa.
3). Guru akan
mengetahui apakah metode yang ia gunakan sudah dapat maksimal atau belum.
c. Makna Bagi Sekolah
1). Apabila
guru-guru mangadakan penilaian akan diketahui hasil siswa, maka dapat diketahui
pula apakah kondisi belajar disekolah sudah sesuai harapan atau belum.
2). Akan ada
informasi tentang tepat tidaknya kurikulum sekolah.
3). Akan ada
informasi hasil penilaian dari tahun ke tahun yang bias digunakan sebagai
pedoman dari tahun ke tahun.
Tujuan atau Fungsi Penilaian
Dengan diketahuinya makna dari
penilaian, maka dapat dikatakan bahwa fungsi penilaian adalah sebagai berikut:
a. Penilaian
berfungsi selektif.
Dengan cara
penilaian guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksiatau penilaian terhadap
siswanya.
b. Penilaian
berfungsi diagnostik.
Apabila alat
yang digunakan dalam penilaian cukup memenuhi syarat, maka dengan melihat
hasilnya guru dapat mengetahui kelemahan siswa. Disamping itu akan diketahui
pula sebab-sebab kelemahan itu. Jadi dengan mengadakan penilaian guru
sebanarnya melakukan diagnosis kepada siswanya.
c. Penilaian
berfungsi sebagai penempatan
Setiap siswa
sejak lahir telah membawa bakat sendiri-sendiri sehingga belajar akan lebih
efektif jika di sesuaikan dengan pembawaan yang ada. Untuk dapat menentukan
dengan pasti kelompok mana yang sesuai dengan kemampuan siswa, maka digunakan suatu
penilaian.
d. Penilaian
berfungsi sebagai pengukur keberhasilan.
Fungsi ini dimaksudkan untuk mengetahui
suatu mana suatu program berhasil diterapkan kepada siswa. Jadi dapat disimpulkan bahwa penilaian
berfungsi sebagai alat ukur keberhasilan dalam proses belajar.
Ciri-Ciri Penilaian dalam Pendidikan
Untuk dapat menentukan kepandaian
seseorang, bukan kepandaian yang diukur. Namun kita dapat melihat dari
gejala-gejala yang tampak atau memancar dari kepandaianya. Salah satu contohnya
adalah bahwa anak yang pandai biasanya dapat menyelesaikan soal-soal yang
diberikan oleh gurunya.
Ciri-ciri penilaian antara lain sebagai
berikut:
a.
Ciri pertama
yaitu bahwa penilaian dilakukan secara tidak langsung. Dalam contoh ini kita
menilai kepandaian melalui ukuran menyelesaikan soal.
b.
Ciri kedua
yaitu pengunaan ukuran kuantitatif. Penilaian bersifat kuantitatif artinya
mengunakan simbol bilangan sebagai hasil pertama pengukuran. Setelah itu lalu
diinterpretasikan ke bentuk kualitatif. Contoh : dari hasil pengukuran tia
mempunyai IQ 126 sedangkan budi 89. Maka tia dapat dikatagorikan sebagai anak
pandai sedangkan budi anak dibawah rata-rata.
c.
Ciri ketiga
yaitu bahwa penilaian pendidikan mengunakan, unit-unit atau satuan-satuan yang
tetap misalnya, IQ 126 menurut unit pengukurannya termasuk anak yang pandai
sedangkan 89 termasuk anak dibawah rata-rata.
d.
Ciri keempat
yaitu bersifat relatif artinya tidak selalu tetap dari waktu ke waktu yang di
sebabkan banyak faktor. contoh nilai ulangan MTK pertama tia adalah 90 namun
ulangan keduanya hanya 40.
e.
Ciri kelima
bahwa dalam penilaian pendidikan sering terjadi kesalahan-kesalahan. Adapun
kesalaan-kesalahan itu ditinjau dari berbagai faktor yaitu:
1). Terletak
pada alat ukurnya.Alat yang digunakan untuk mengukur haruslah baik namun
sering kali terjadi kesalahan di alat ukurnya.
2). Terletak
pada orang yang melakukan pengukurannya. Hal ini dapat berupa :
·
Kesalahan pada waktu penilaian karena factor subjektif penilai yang telah
terpengarus oleh hasil pengukuran, misalnya tulisan jelek atau tidak jelas itu
sering mempengaruhi subjektif penilaian.
·
Kecenderungan dari penilai untuk memberikan nilai secara murah atau mahal.
Ada guru yang mudah memberikan nilai ada yang sulit untuk memberikan nilai.
·
Adanya Hello-effect,
yakni adanya kesan penilai terhadap siswa.
·
Adanya pengaruh dari hasil sebelumnya.
·
Kesalahan yang disebabkan oleh kekeliruan menjumlah angka-angka hasil
penilaian.
3). Terletak
pada anak yang dinilai.
·
Siswa adalah manusia yang berperasaan dan bersuasana hati. Suasana hati
sangat berpengaruh terhadap hasil penilaian.
·
Keadaan fisik ketika siswa sedang dinilai.
·
Nasib siswa kadang-kadang mempunyai peranan terhadap hasil penilaian.
4). Terletak pada situasi dimana
penilaian berlangsung
·
Suasana pada saat terjadinya penilaian.
Keadaan yang gaduh akan mempengaruhi penilaian yang sebenarnya karena siswa
tidak dapat konsenterasi.
·
Pengawasan dalam penilaian.
Bentuk pengawasan yang tidak sesuai akan berpengaruh pada keobjektifan hasil
dari pengukuran yang ada.
SUBJEK DAN SASARAN EVALUASI
1. Subjek Evaluasi
Dalam
keterangan ini yang dimaksud dengan subjek evaluasi adalah orang yang melakukan
pekerjaan evaluasi. Siapa yang dapat di sebut sebagai subjek evaluasi untuk
setiap tes, di tentukan oleh suatu aturan pembagian tugas atau ketentuan yang
berlaku.
Ada
pandangan lain yang mengatakan subjek evaluasi adalah siswa, yakni orang yang
di evaluasi, dalam hal ini yang di pandang sebagai objek evaluasi adalah mata
pelajarannya. Pandangan lain mengatakan siswa sebagai objek evaluasi dan guru
sebagai subjek evaluasi.
2. Sasaran
Evaluasi
Adapun
sasaran evaluasi di sini mencakup beberapa sasaran penilaian untuk unsur-unsurnya,
meliputi : Input, Transformasi dan Out put.
a.
In Put
Berkenaan
dengan hal ini ada beberapa aspek yang harus di perhatikan untuk mencapai hasil
yang di inginkan, yaitu :
ü Kemampuan
Jika
sebuah institusi menginginkan out put yang berguna bagi nusa dan bangsa maka
haruslah memperhatikan atau memilah-milah kemampuan dari beberapa calon murid.
Adapun tes yang di gunakan adalah tes kemampuan.
ü Kepribadian
Kepribadian
adalah sesuatau yang terdapat pada diri manusia serta tampak bentuknya dalam
tingkah laku, sehingga seorang pendidik akan mengetahui satu-persatu calon
peserta didiknya. Adapun alat yang di pakai adalah tes kepribadian.
ü Sikap
Sikap
adalah bagian dari tingkah laku manusia yang menggambarkan kepribadian
seseorang, akan tetapi karena sikap ini sangat menonjol dalam pergaulan maka
banyak orang yang ingin tahu lebih dalam informasi khusus terkait dengannya.
Adapun alat yang di pakai adalah tes sikap.
ü Intelegensi
Dalam
hal ini para ahli seperti binet dan simon menciptakan tes buatan yang di kenal
dengan tes binet-simon yang dapat mengetahui IQ seseorang, karena IQ bukanlah
intelegensi.
b.
Transformasi
Di
sini ada beberapa unsur yang dapat menjadi sasaran atau objek pendidikan demi
di perolehnya hasil pendidikan yang di harapkan, yaitu :
ü Kurikulum/materi
ü Metode dan cara penilaian
ü Media
ü Sistem administrasi
ü Pendidik dan anggotanya.
c.
Out Put
Penilaian
atas lulusan suatu sekolah di lakukan untuk mengetahui seberapa jauh tingkah
pencapaian atau prestasi belajar mereka selama mengikuti program tersebut
dengan menggunakan tes pencapaian.
Comments
Post a Comment