Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal

Image
  Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa contoh upaya kolaboratif yang dapat dilakukan: 1.       Kolaborasi antara tenaga medis dan bidan: Tim medis yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan dapat bekerja sama untuk memberikan pelayanan kesehatan yang holistik kepada ibu hamil dan bayi yang akan lahir. Dengan saling berbagi pengetahuan dan keterampilan, mereka dapat meningkatkan pemantauan kehamilan, memberikan perawatan prenatal yang tepat, dan menangani komplikasi saat melahirkan. 2.       Kemitraan antara lembaga kesehatan dan masyarakat: Kolaborasi antara fasilitas kesehatan, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan maternal dan perinatal. Misalnya, mengadakan kampanye penyuluhan dan program edukasi di komunitas mengenai perawa

KONSEP DASAR RUMAH SEHAT




KONSEP DASAR RUMAH SEHAT

1.      Pengertian Rumah Sehat
Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia.

Rumah adalah salah satu persayaratan pokok bagi kehidupan manusia. Rumah atau tempat tinggal manusia, dari zaman ke zaman mengalami perkembangan. pada zaman purba manusia bertempat tinggal di gua-gua, kemudian berkembang,dengan mendirikan rumah tempat tinggal di hutan hutan dan dibawah pohon. Sampai pada abad modern ini manusia sudah membangun rumah (tempat tinggal nya) bertingkat dan diperlengkapi dengan peralatan yang serba modern. (7)
Faktor faktor yang perlu diperhatikan dalam membangun sebuah Rumah
a.      Faktor lingkungan
Baik lingkungan fisik, biologis maupun lingkungan sosial. Maksudnya, membangun sebuah rumah harus diperhatikan tempat dimana rumah itu didirikan. Dipegunungan ataukah di tepi pantai, didesa ataukkah di kota, didaerah dingin ataukah di daerah panas dan sebagai nya.
b.      Tingkat kemampuan ekonomi masyarakat
Hal ini di maksudkan rumah di bangun berdasarkan kemampuan keuangan penghuni nya,untuk itu maka bahan-bahan setempat yang rumah misalnya dari bambu, kayu atap rumbia dan sebagainya, merupakan bahan-bahan pokok-pokok pembuatan rumah.perlu di catat bahwa mendirikan rumah adalah bukan sekedar berdiri pada saat itu saja, namun di perlukan pemeliharaan seterusnya.oleh karena itu, kemampuan pemeliharaan oleh penghuni nya perlu dipertimbangkan.
c.       Teknologi yang di miliki oleh masyarakat
 Dewasa ini teknologi perumahan sudah begitu maju dan begitu modern. Akan tetapi teknologi modern itu sangat mahal dan bakhkan kadang-kadang tidak di mengerti masyarakat. Rakyat pedesaan bagaimana pun sederhananya, sudah mempunyai teknologi perumahan sendiri yang dipunyai turun-menurun.dalam rangka penerapan teknologi tepat guna,maka teknologi yang sudah diipunyai masyarakat tersebut di modifikasi. Kebijakan (peraturan) pemerintah yang menyangkut tata guna tanah. Untuk hal ini, bagi perumahan masyarakat pedesaan belum merupakan problem,namun dikota sudah menjadi masalah yang benar. (7)

2.      Syarat-Syarat Rumah Sehat
Persyaratan kesehatan perumahan adalah ketentuan teknis kesehatan yang wajib dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni dan masyarakat yang bermukim di perumahan dan masyarakat sekitar dari bahaya atau gangguan kesehatan. Persyaratan kesehatan perumahan yang meliputi persyaratan lingkungan perumahan dan pemukiman serta persyaratan rumah itu sendiri, sangat diperlukan karena pembangunan perumahan berpengaruh sangat besar terhadap peningkatan derajat kesehatan individu, keluarga dan masyrakat.
Adapun ketentuan persyaratan kesehatan rumah tinggal menurut Kepmenkes No. 829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai berikut :
a.      Bahan bangunan
1)      Lantai
Ubin atau semen adalah baik, namun tidak cocok untuk kondisi ekonomi pedesaan. Lantai kayu sering terdapat pada rumah-rumah orang yang mampu di pedesaan, dan ini pun mahal. Oleh karena itu, untuk lantai rumah pedesaan cukuplah tanah biasa yang dipadatkan. Syarat yang penting di sini adalah tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada musim hujan.  Untuk memperoleh lantai tanah yang padat(tidak berdebu) dapat ditempuh dengan menyiram air kemudian dipadatkan dengan benda-benda yang berat,dan dilakukan berkali-kali. Lantai yang basah dan berdebu menimbulkan sarang penyakit. Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme patogen. (7)
2)      Dinding
Tembok adalah baik, namun disamping mahal tembok sebenarnya kurang cocok untuk daerah tropis,lebih-lebih bila ventilasi tidak cukup. Dinding rumah di daerah tropis khususnya dipedesaan, lebih baik dinding atau papan. Sebab meskipun jendela tidak cukup, maka lubang-luubang pada dinding atau papan tersebut dapat merupakan ventilasi, dan dapat menambah penerangan alamiah. (7)
3)      Atap
Atap genteng adalah umum dipakai baik di daerah perkotaan maupun di pedesaan. Di samping atap genteng adalah cocok untuk daerah tropis juga dapat terjangkau oleh masyarakat dan bahkan masyarakat dapat membuatnya sendiri. Namun demikian banyak masyarakat pedesaan yang tidak mampu untuk itu maka atap daun rumbia atau daun kelapa pun dapat dipertahankan. Atap seng maupun asbes tidak cocok untuk rumah pedesaan, disamping mahal juga menimbulkan suhu panas di dalam rumah.
4)      Lain-lain (tiang,kaso,dan reng)
Kayu untuk tiang, bambu untuk kaso dan reng adalah umum dipedesaan. Menurut pengalaman bahan-bahan ini tahan lama. Tetapi perlu diperhatikan bahwa lubang-lubang bambu merupakan sarang vekto (tikus). Untuk menghidari ini maka cara memotongnya harus menurut ruas-ruas bambu tersebut, apabila tidak pada rusanya,maka lubang pada ujung-ujung bambu yang digunakan untuk kaso tersebut ditutup dengan kayu. (7)
b.      Ventilasi
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Luas lubang ventilasi yang permanen minimal 10% luas lantai.  Hal ini berarti keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya O2 di dalam rumah yang berarti kadar CO2 yang bersifat racun bagi penghuninya menjadi meningkat. Di samping itu tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara di dalam ruangan naik karena terjadi proses penguapan cairan dari kulit dan penyerapan.
Kelembaban akan merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri patogen (bakteri-bakteri penyebab penyakit). Fungsi kedua daripada ventilasi adalah membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri terutama bakteri patogen karena disitu selalu terjadi aliran udara yang terus-menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan selalu mengalir. Fungsi lainnya adalah untuk menjaga agar ruangan rumah selalu tetap di dalam kelembaban (humidity) yang optimum.
Ada 2 macam ventilasi, yakni :
1)      Ventilasi alamiah, di mana aliran udara di dalam ruangan tersebut terjadi secara alamiah melalui jendela, pintu, lubang angin, lubang-lubang pada dinding dan sebagainya. Di pihak lain ventilasi alamiah ini tidak menguntungkan karena juga merupakan jalan masuknya nyamuk dan serangga lainnya ke dalam rumah. Untuk itu harus ada usaha-usaha lain untuk melindungi kita dari gigitan-gigitan nyamuk tersebut.
2)      Ventilasi buatan, yaitu dengan mempergunakan alat-alat khusus untuk mengalirkan udara terebut, misalnya kipas angin dan mesin pengisap udara. Tetapi jelas alat ini tidak cocok dengan kondisi rumah di pedesaan. Perlu diperhatikan disini bahwa sistem pembuatan ventilasi harus dijaga agar udara tidak mandeg atau membalik lagi, harus mengalir. Artinya di dalam ruangan rumah harus ada jalan masuk dan keluarnya udara.(7)
c.       Cahaya
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan tidak terlalu banyak, dan Pencahayaan dengan intensitas penerangan minimal 60 lux dan tidak menyilaukan mata.
Kurangnya cahaya yang masuk ke dalam ruangan rumah, terutama cahaya matahari disamping kurang nyaman, juga merupakan media atau tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit-bibit penyakit. Sebaliknya terlalu banyak cahaya di dalam rumah akan menyebabkan silau dan akhirnya dapat merusakkan mata.
Cahaya dapat dibedakan menjadi 2, yakni:
1)      Cahaya alamiah, yakni matahari. Cahaya ini sangat penting karena dapat membunuh bakteri-bakteri patogen didalam rumah, misalnya baksil TBC. Oleh karena itu, rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup. Seyogyanya jalan masuk cahaya (jendela) luasnya sekurang-kurangnya 15-20 % dari luas lantai yang terdapat dalam ruangan rumah.
Perlu diperhatikan di dalam membuat jendela diusahakan agar sinar matahari dapat langsung masuk ke dalam ruangan, tidak terhalang oleh bangunan lain. Fungsi jendela di sini disamping sebagai ventilasi juga sebagai jalan masuk cahaya. Lokasi penempatan jendela pun harus diperhatikan dan diusahakan agar sinar matahari lama menyinari lantai (bukan menyinari dinding). Jalan masuknya cahaya alamiah juga diusahakan dengan genteng kaca.
2)      Cahaya buatan yaitu menggunakan sumber cahaya yang bukan alamiah, seperti lampu minyak tanah, listrik, api dan sebagainya.
d.      Luas bangunan rumah
Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya, artinya luas lantai bangunan tersebut harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya. Luas bangunan yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan perjubelan (overcrowded). Hal ini berdampak kurang baik terhadap kesehaan penghuninya, sebab disamping menyebabkan kurangnya konsumsi O2 juga bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi, akan mudah menular kepada anggota keluarga yang lain.

3.      Fasilitas-fasilitas di dalam Rumah Sehat
Rumah yang sehat harus mempunyai fasilitas-fasilitas sebagai berikut:
a.      Penyediaan air bersih yang cukup
Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter/orang/hari; Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan/atau air minum menurut Permenkes 416 tahun 1990 dan Kepmenkes 907 tahun 2002.
b.      Sarana Penyimpanan Makanan
Tersedia sarana penyimpanan makanan yang aman. Kepadatan hunian Luas kamar tidur minimal 8 m2 dan dianjurkan tidak untuk lebih dari 2 orang tidur.
c.       Pembuangan tinja,
d.      Pembuangan air limbah (air bekas/air buangan),
e.       Pembuangan sampah,
f.       Fasilitas dapur,
g.      Ruang berkumpul keluarga,
h.      Untuk rumah di pedesaan lebih cocok adanya serambi (serambi muka atau belakang).
Di samping fasilitas-fasilitas tersebut, ada fasilitas lain yang perlu diadakan tersendiri untuk rumah pedesaan yakni :
1)      Gudang merupakan tempat menyimpan hasil panen,gudang dapat berupa bagian dari rumah tempat tinggal atau bangunan tersendiri.
2)      Kandang ternak.oleh karena ternak adalah bagian hidup para petani, maka kadang-kadang ternak tersebut ditaruh didalam rumah. Hal ini tidak sehat karena ternak kadang-kadang merupakan sumber penyakit pula. Maka sebaiknya demi kesehatan, ternak harus terpisah dari rumah tinggal, atau dibikinkan kandang tersendiri
i.        Kualitas suhu udara
1)      Suhu udara nyaman antara 18 – 30 ˚C;
2)      Kelembaban udara 40 – 70 %;
3)      Gas SO2 kurang dari 0,10 ppm/24 jam;
4)      Pertukaran udara 5 kaki 3 /menit/penghuni;
5)      Gas CO kurang dari 100 ppm/8 jam;
6)      Gas formaldehid kurang dari 120 mg/m3
j.        Vektor penyakit
Tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang bersarang di dalam rumah.(8)
Persyaratan tersebut diatas berlaku juga terhadap kondominium, rumah susun (rusun), rumah took (ruko), rumah kantor (rukan) pada zona pemukiman. Pelaksanaan ketentuan mengenai persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman menjadi tanggung jawab pengembang atau penyelenggara pembangunan perumahan, dan pemilik atau penghuni rumah tinggal untuk rumah. (9)

4.      Parameter Penilaian Rumah Sehat
Lingkup penilaian rumah sehat dilakukan terhadap kelompok komponen rumah, sarana sanitasi dan perilaku penghuni, sebagai berikut :
a.       Kelompok komponen rumah, meliputi :
1)      Langit-langit
2)      Dinding
3)      Lantai
4)      Jendela kamar tidur
5)      Jendela ruang keluarga dan ruang tamu
6)      Ventilasi
7)      Sarana pembuangan asap dapur
8)      Pencahayaan
b.      Kelompok sarana sanitasi, meliputi :
1)      Sarana Air Bersih
2)      Sarana Pembuangan Kotoran
3)      Sarana Pembuangan Air Limbah
4)      Sarana Pembuangan Sampah
c.       Kelompok Perilaku Penghuni
1)      Membuka jendela kamar tidur
2)      Membuka jendela ruang keluarga
3)      Membersihkan rumah dan halaman
4)      Membuang tinja bayi dan balita ke jamban
5)      Membuang sampah pada tempat sampah.(10)

5.      Kriterian Rumah Sehat
Menurut Winslow dan APHA, Permukiman sehat dirumuskan sebagai suatu tempat untuk tinggal secara permanen. Berfungsi sebagai tempat untuk bermukim, beristirahat, berekreasi (bersantai) dan sebagai tempat berlindung dari pengaruh lingkungan yang memenuhi persyaratan fisiologis, psikologis, dan bebas dari penularan penyakit.
Rumusan yang dikeluarkan oleh American Public Health Association (APHA), syarat rumah sehat harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
a.       Memenuhi kebutuhan fisiologis. Antara lain, pencahayaan, penghawaan dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu. 
b.      Memenuhi kebutuhan psikologis. Antara lain, privacy yang cukup, komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah. 
c.       Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antarpenghuni rumah, yaitu dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan air limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang cukup. 
d.      Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan, baik yang timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.

Comments

Popular posts from this blog

Konsep Cairan dan Elektrolit Tubuh

Makalah Konsep Dasar Teori Air Susu Ibu (ASI)