Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal

Image
  Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa contoh upaya kolaboratif yang dapat dilakukan: 1.       Kolaborasi antara tenaga medis dan bidan: Tim medis yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan dapat bekerja sama untuk memberikan pelayanan kesehatan yang holistik kepada ibu hamil dan bayi yang akan lahir. Dengan saling berbagi pengetahuan dan keterampilan, mereka dapat meningkatkan pemantauan kehamilan, memberikan perawatan prenatal yang tepat, dan menangani komplikasi saat melahirkan. 2.       Kemitraan antara lembaga kesehatan dan masyarakat: Kolaborasi antara fasilitas kesehatan, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan maternal dan perinatal. Misalnya, mengadakan kampanye penyuluhan dan program edukasi di komunitas mengenai perawa

KONSEP INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA)




KONSEP INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA)

1.      Definisi ispa
ISPA merupakan kepanjangan dari infeksi saluran pernafasan akut dan mulai di kenalkan pada tahun 1984 setelah di bahas dalam lokakarya Nasional ISPA dicipanas jawa barat. Istilah ini merupakan padanan istilah bahasa inggri yakni Acute Respiratory Infections (ARI).

Ispa adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran napas mulai dari hidung(saluran atas)hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus,rongga telinga tengah dan pleura. ISPA umumnya berlangsung selama 14 hari.
           Adapun yang termasuk dalam infeksi saluran napas bagian atas adalah batuk pilek biasa, sakit telinga,radang tenggorokan, influenza, bronchitis dan juga sinusitis. Sedangkan infeksi Yang menyerang bagian bawah saluran napas seperti paruitu salah satu nya adalah pneumonia.
Pemberantasan penyakit ISPA di indonesia telah di mulai sejak tahun 1984,bersamaan dengan di umumkan nya pemberantasan penyakit ISPA tingkat Global oleh WHO. Pada tahun 1988 WHO mempublikasikan pola baru tatalaksana penderita ISPA, yakni memisahkan tatalaksana penyakit Pneumonia dengan penderita penyakit infeksi akut telinga dan tenggorokan.
Kemudian pada Lokakarya Nasional III tahun 1990 di cimacan telah dibahas tatalaksana penderita ISPA pola WHO pada tahun 1988 tersebut. Kemudian setelah diadaptasi sesuai dengan situasi dan konsisi setempat,terapkan maka pola tersebut di indonesia, maka dengan adanya penetapan tersebut tahun 1990 pemberantasan penyakit ISPA menitikberatkan atau memfokuskan kegiatanya pada penanggulangan Pneumonia Balita.
Sedangkan pengertian Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Patut diwaspadai apabila seseorang batuk pilek kemudian disertai dengan sesak napas. terlebih lagi apbila terlihat terdapat tarikan ke dalam pada dinding dada bagian bawah.maka jika ditemui ciri-ciri ini,segeralah rujuk ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
ISPA yang berlanjut menjadi Pneumonia ini umumnya terjadi pada anak kecil,terutama apabila terdapat gizi kurang ditambah dengan keadaan lingkungan yang tidak sehat,seperti contohnya terdapat asap rokok di dalam rumah atau terhadap polusi. Risiko terjadi pada anak-anak karena meningkatkan kemungkinan infeksi silang, beban immunologisnya (ketahanan tubuh) terlalu besar karena dipakai untuk penyakit parasit dan cacing, serta tidak tersedianya atau berlebihannya pemakain antibiotik. Dan dalam pelaksanaan pemberantasan penyakit ISPA semua bentuk Pneumonia umumnya para tenaga kesehatan menyebutnya “Pneumonia” saja.

2.      Klasifikasi penyakit ISPA
Pada tahun 1998 World Health Organization cit. Suyudi (2002) telah mempublikasikan pola baru tatalaksana penderita ISPA. Dalam hal penentuan kriteria ISPA ini, penggunaan pola tatalaksana penderita ISPA adalah Balita. Dengan gejala batuk dan atau kesukaran bernapas. Pola tatalaksana penderita ini sendiri terdiri atas 4 bagian yakni :
a.       Pemeriksaan
b.      Penentuan ada tidaknya tanda bahaya
c.       Penentuan Klasifikasi Penyakit
d.      Pengobatan
Dalam penentuan klasifikasi, penyakit dibedakan atas dua kelompok, yakni kelompok untuk umur 2 bulan hingga kurang dari 5 tahun dan kelompok umur kurang dari dua bulan.
Untuk kelompok umur 2 bulan -<5tahun klasifikasi dibagi atas :
a.       Pneumonia berat
b.      Pneumonia
c.       Bukan pneumonia
Untuk kelompok umur < 2 bulan klasifikasi dibagi atas :
1)      Pneumonia berat
2)      Bukan pneumonia
Sedangkan masing-masing gejala untuk klasifikasi di atas adalah sebagai berikut :
1)      Klasifikasi Pneumonia berat berdasarkan apabila terdapat gejala batuk atau kesukaran bernafas di sertai nafas sesak atau tarikan dinding dada bagian bawah kedalam(chest indrawing)pada anak usia 2 bulan -< 5 tahun. Sedangkan untuk anak berumur kurang dari 2 bulan diagnosis Pneumonia berat di tandai dengan adanya nafas cepat(fast breathing), yaitu frekuensi pernafasan sebanyak 60 kali permenit atau lebih, adanya tarikan yang kuat pada dinding dada bagian bawah ke dalam (severe chest indrawing).
2)      Klasifikasi Pneumonia didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran bernafas disertai adanya napas sesuia umur. Batas napas cepat (Fast Breathing)pada anak usia 2 bulan - < 1 tahun adalah 50 kali permenit dan 40 kali permenit untuk usia 1 - < 5 tahun.
3)      Klasifikasi bukan Pneumonia mencakup kelompok penderita balita dengan batuk yang tidak menunjukan gejala peningkatan frekuensi nafas dan tidak menunjukan adamya tarikam dinding dada bagian bawah ke dalam.

3.      Penyebab ISPA
Penyebab (etiologi) penyakit ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri,virus,dan richtesia. Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah : dari genus Streptococcus, Staphylococcus, Pneumococcus, Haemophylus, Bordetella dan Corinebacterium. Virus Penyebab ISPA antara lain : golongan MiksoVirus, AdenoVirus, CoronaVirus, PicornaVirus, Micoplasma, HerpesVirus, dan lain-lain.

4.      Faktor pendukung Penyebab ISPA
a.       Kondisi ekonomi
Keadaan ekonomi yang belum pulih dari krisis ekomnomi yang berkepanjangan berdampak peningkatan penduduk miskin d sertai dengan kemampuannya menyediakan ligkungan dan pemukiman yang sehat mendorong peningkatkan jumlah balita yang rentan terhadap serangan berbagai penyakit menular termasuk ISPA. Pada akhirnya akan mendorong meningkatkan nya penyakit ISPA dan Pneumonia pada balita.
b.      Kependudukan
Jumlah penduduk yang besar mendorong peningkatan jumlah populasi balita yang besar pula. Ditambah lagi dengan status kesehatan masyarakat yang masih rendah, akan menambah berat beban kegiatan pemberantasan penyakit ISPA.
c.       Geografi
Sebagai daerah tropis, indonesia memiliki petensi daerah endemis beberapa penyakit infeksi setiap saat dapat menjadi ancaman bagi kesehatan masyrakat.
Pengaruh Geografi dapat mendorong terjadinya peningkatan kasus maupun kematian penderita akibat penyakit ISPA. Dengan demikian pendekatan dalan pemberantasan ISPA perlu dilakukan dengan mengatasi semua faktor risiko dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi nya.
d.      perilaku hidup bersih dan sehat(PHBS)
PHBS merupakan modal utama bagi pencegahan penyakit ISPA. Perilaku bersih dan sehat tersebut sangat dipengaruhi oleh budaya dan tingkat pendidikan penduduk. Dengan makin meningkatkan tingkat pendidikan di masyarakat diperkirakan akan berpengaruh positif terhadap pemahaman masyarakat dalam menjaga kesehatan balita agar tidak terkena penyakit ISPA yaitu melalui upaya memperlihatkan rumah sehat dan lingkungan sehat.
e.       Lingkungan dan iklim Global
Pencemaran lingkungan seperti asap karena kebakaran hutan, gas buang sarana transportasi dan polusi udara dalam rumah merupakan ancaman kesehatan terutama penyakit ISPA. demikian pula perubahan iklim global terutama suhu, kelembaban, curah hujan, merupakan beban ganda dalam pemberantasan penyakit ISPA.
ISPA dan Pneumonia sangat rentan terjadi pada bayi dan balita. daya tahan tubuh dan juga polusi menjadi faktor pendukung terjadinya ISPA, seperti contohnya ISPA bagian atas seperti batuk dan pilek yang umunya terjadi karena ketahanan tubuh kurang. (11)

5.      Gejala ISPA
a.      Gejala ISPA ringan
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan gejala sebagai berikut :
1)      Batuk.
2)      Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misalnya pada waktu berbicara atau menangis).
3)      Pilek yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung.
4)      Panas atau demam, suhu badan lebih dari 370 ◦C atau jika dahi anak diraba dengan punggung tangan terasa panas.
Jika anak menderita ISPA ringan maka perawatan cukup dilakukan di rumah tidak perlu dibawa ke dokter atau Puskesmas. Di rumah dapat diberi obat penurun panas yang dijual bebas di toko-toko atau Apotik tetapi jika dalam dua hari gejala belum hilang, anak harus segera di bawa ke dokter atau Puskesmas terdekat.
b.      Gejala ISPA sedang
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika di jumpai gejala ISPA ringan dengan disertai gejala sebagai berikut :
1)      pernapasan lebih dari 50 kali /menit pada anak umur kurang dari satu tahun atau lebih dari 40 kali/menit pada anak satu tahun atau lebih.
2)      Suhu lebih dari 390C.
3)      Tenggorokan berwarna merah.
4)      Timbul bercak-bercak pada kulit menyerupai bercak campak
5)      Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.
6)      Pernafasan berbunyi seperti mendengkur.
7)      Pernafasan berbunyi seperti mencuit-cuit.
Dari gejala ISPA sedang ini, orangtua perlu hati-hati karena jika anak menderita ISPA ringan, sedangkan anak badan panas lebih dari 390C, gizinya kurang, umurnya empat bulan atau kurang maka anak tersebut menderita ISPA sedang dan harus mendapat pertolongan petugas kesehatan.(12)
c.       Gejala ISPA berat
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika ada gejala ISPA ringan atau sedang disertai satu atau lebih gejala sebagai berikut:
1)      Bibir atau kulit membiru
2)      Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu bernapas
3)      Anak tidak sadar atau kesadarannya menurun
4)      Pernafasan berbunyi mengorok dan anak tampak gelisah
5)      Pernafasan menciut dan anak tampak gelisah
6)      Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernapas
7)      Nadi cepat lebih dari 60 x/menit atau tidak teraba
8)      Tenggorokan berwarna merah
Pasien ISPA berat harus dirawat di rumah sakit atau puskesmas karena perlu mendapat perawatan dengan peralatan khusus seperti oksigen dan infus. (12)

Comments

Popular posts from this blog

Konsep Cairan dan Elektrolit Tubuh

Makalah Konsep Dasar Teori Air Susu Ibu (ASI)