Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal

Image
  Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa contoh upaya kolaboratif yang dapat dilakukan: 1.       Kolaborasi antara tenaga medis dan bidan: Tim medis yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan dapat bekerja sama untuk memberikan pelayanan kesehatan yang holistik kepada ibu hamil dan bayi yang akan lahir. Dengan saling berbagi pengetahuan dan keterampilan, mereka dapat meningkatkan pemantauan kehamilan, memberikan perawatan prenatal yang tepat, dan menangani komplikasi saat melahirkan. 2.       Kemitraan antara lembaga kesehatan dan masyarakat: Kolaborasi antara fasilitas kesehatan, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan maternal dan perinatal. Misalnya, mengadakan kampanye penyuluhan dan program edukasi di komunitas mengenai perawa

KONSEP DASAR ISTIRAHAT DAN TIDUR



KONSEP DASAR ISTIRAHAT DAN TIDUR


1.      Pengertian Istirahat
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang mutlak harus dipenuhi oleh semua orang. Dengan istirahat dan tidur yang cukup,tubuh baru dapat berfungsi secara optimal. Istirahat dan tidur sendiri memiliki makna yang berbeda pada setiap individu (Sumber, Wahit Iqbal Mubarak, SKM & Ns. Nurul Chayatin. S.Kep, 2007).


2.      Karakteristik Istirahat
a.       Merasakan bahwa segala sesuatu dapat diatasi.
b.      Merasa diterima.
c.       Mengetahui apa yang sedang terjadi.
d.      Bebas dari gangguan ketidaknyamanan.
e.       Mempunyai sejumlah kepuasan terhadap aktivitas yang mempunyai tujuan.
f.       Mengetahui adanya bantuan sewaktu memerlukan.

3.      Perbedaan Istirahat dan Tidur
Secara umum, istirahat berarti suatu keadaan tenang,relaks,tanpa
tekanan emosional,dan bebas dari perasaan gelisah. Jadi,beristirahat bukan berarti tidak melakukan aktivitas sama sekali. Terkadang,berjalan-jalan di taman juga bias dikatakan sebagai suatu bentuk istirahat. (Sumber, Wahit Iqbal Mubarak, SKM & Ns. Nurul Chayatin. S.Kep ,2007;225). Sedangkan pengertian tidur antara lain :
a.       Tidur adalah proses fisiologis yang bersiklus yang bergantian dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan. Siklus tidur terjaga mempengaruhi dan mengatur fungsi fisiologis dan respon prilaku.
b.      Tidur berasal dari kata bahasa latin "somnus" yang berarti alami periode pemulihan, keadaan fisiologi dari istirahat untuk tubuh dan pikiran.
c.       Tidur merupakan keadaan hilangnya kesadaran secara normal dan periode
d.      Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar yang di alami seseorang, yang dapat dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup (Wahit, 2007)
Jadi tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun. Tidur dikarakteristikkan dengan aktifitas fisik yang minimal,tingkat kesadaran yang bervariasi, perubahan proses fsiologis tubuh,dan penurunan respons terhadap stimulus eksternal. Hampir sepertiga dari waktu kita,kita gunakan untuk tidur. Hal tersebut didasarkan pada keyakinan bahwa tidur dapat memulihkan atau mengistirahatkan fisik setelah seharian beraktivitas,mengurangi stress dan kecemasan,serta dapat meningkatkan kemampuan dan konsenterasi saat hendak melakukan aktivitas sehari-hari. (Sumber, Wahit Iqbal Mubarak, SKM & Ns. Nurul Chayatin. S.Kep ,2007;225).
Kebutuhan istirahat dapat dirasakan apabila semua karakteristik tersebut diatas dapat terpenuhi. Hal ini dapat dijumpai apabila pasien merasakan segala kebutuhannya dapat diatasi, adanya pengawasan, dan penerimaan dari tindakan yang diberikan oleh tenaga kesehatan sehingga dapat memberika kedamaian. Apabila pasien tidak merasakan enam karakter tersebut diatas, maka kebutuhan istirahatnya masih belum terpenuhi sehingga diperlukan tindakan yang dapat meningkatkan terpenuhinya kebutuhan istirahat dan tidur. Misalnya, mndengarkan secara hati-hati tentang khawatiran personal pasien dan mencoba meringankannya jika memungkinkan.
Pasien yang mempunyai peraaan tidak diterima, tidak mungkin dapat beristirahat dengan tenang. Oleh sebab itu, maka tenaga kesehatan harus sensitif terhadap khawatiran pasien. Pengenalan pasien terhadap apa yang akan terjadi merupakan keadaan lain yang penting diketahui sehingga pasien dapat beristirahat. Adanya ketidaktahuan akan menimbulkan gangguan pada isirahat pasien dengan kecemasan pada tingkat yang berbeda-beda. Tenaga kesehatan harus membatu memberikan penjelasan kepada pasiennya.
Agar pasien merasa diterima dan mendapatkan kepuasan, maka pasien harus dilibatkan dalam melaksanakan berbagai aktivitas yang mempunyai tujuan. Hal tersebu dapat membuat pasien merasa diterima dan dihargai tentang kompetensiyang ada pada dirinya. Pasien akan merasa aman jika ia mengetahui bahwa ia akan mendapat bantuan sesuai dengan yang diperlukannya. Pasien yang merasa terisolasi dengan kurang mendapat bantuan, tidak akan dapat beristirahat. Oleh karenanya, tenaga kesehatan harus dapat menciptakan suasana agar pasien tidak merasa terisolasi dengan melibakan keluarga dan teman-teman pasien.

4.      Kebutuhan Tidur
Kebutuhan tidur pada manusian bergantung pada tingkat perkembangan. Tabel 8.1 berikut ini merangkum kebutuhan tidur manusia berdasarkan usia.
Tabel 8.1 Kebutuan tidur manusia
Umur
Tingkat perkembangan
Jumlah kebutuhan tidur
0-1 bulan
Bayi baru lahir
14-18 jam/hari
1-18 bulan
Masa bayi
12-14 jam/hari
18bulan-3 tahun
Masa anak
11-12 jam/hari
3-6 tahun
Masa prasekolah
11 jam/hari
6-12 tahun
Masa sekolah
10 jam/hari
12-18 tahun
Masa remaja
8,5 jam/hari
18-40 tahun
Masa dewasa
7-8 jam/hari
40-60 tahun
Masa muda paruh baya
7 jam/hari
60 tahun keatas
Masa dewasa tua
6 jam /hari

A.    KONSEP DASAR TIDUR
1.      Pengertian tidur
Tidur merupakan suatu kondisi tidak sadar dimana individu dapat dibangunkan oleh stimulus atau sensori yang sesuai. Dengan perkataan lain tidur merupakan suati keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, bukan hanya keadaan penuh dengan ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih kepada suatu urutan siklus yang berulang. Tidur memiliki ciri, yaitu adanya aktivitas yang minim, memiliki kesadaran yang bervariasi, terdapatnya perubahan proses fisiologis, terjadinya penurunan respons terhadap rangsangan dari luar. (Hidayat, 2008)

2.      Fisiologi tidur
Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur yang melibatkan hubungan mekanisme serebral secara bergatian agar mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk dapat tidur dan bangun. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem pengaktivasi retikularis. Sitem tersebut mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat, termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur. Pusat pengaturan aktivitas  kewaspadaan dan tidur terletak dalam mesensefalon dan bagian atas pons. Dalam keadaan sadar, neuron dalam reticular activating system (RAS) akan melepaskan katekolamin seperti norepineprin. Selain itu, RAS yang dapat memberika rangsangan visual, pendengaran, nyeri, dan perabaan, juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Pada saat tidur, terdapat pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berasal di pons dan batang otak tengah, yaitu bulbar synchronizing regional (BSR). Sedangkan saat bangun bergantungan dari keseimbangan impuls yang diterima di pusat otak dan sistem limbik. Dengan demiian, sistem pada batang otak yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah RAS dan BSR.

3.      Jenis-jenis Tidur
Berdasarkan prosesnya, terdapat dua jenis tidur. Pertama, jenis tidur yang disebabkan oleh menurunnya kegiatan di dalam sistem pengaktivkan retikularis. Jenis tidur tersebut disebut dengan tir gelombang lambat karena gelombang otaknya sangat lambat, atau disebut tidur nonrapid eye movement (NREM). Kedua, jenis tidur yang disebabkan oleh penyaluran isyarat-isyarat abnormal dari dalam otak, meskipun kegiatan otak mungkin tidak tertrkan secara berarti. Jenis tidur yang kedua disebut dengan jenis tidur paradoks atau tidur rapid eye movement (REM).
a.       Tidur gelombang lambat (slow wave sleep)/nonrapid eye movement (NREM).    
Tidur ini dikenal dengan tidur yang dalam, istirahat penuh, dengan gelombang otak yang lebih lambat, atau juga dikenal dengan tidur nyenyak. Ciri-ciri tidur nyenyak adalah menyegarkan, tanpa mimpi, atau tidur dengan gelombang delta. Ciri lainnya adalah individu berada dalam keadaan istirahat penuh, tekanan dara menurun, frekuensi napas menurun, pergerakan bola mata melambat,mimpi berkurang, dan metabolisme menurun.
Perubahan selama proses NREM tampak melalui elektronsefalograi dengan memperlihatkan gelombang otak berada pada setiap tahap tidur NREM. Tahap tersebut, yaitu: kewaspadaan penuh dengan gelombang beta yang berrekuensi tinggi dan bervoltase rendah; istirahat tentang yang dapat diperlihatkan pada gelombang alfa; tidur ringan karena terjadi perlambatan gelombang alfa ke jenis beta atau delta yang yang bervoltase rendah; dan tidur nyenyak gelombang lambat dengan gelombang delta bervoltase tinggi dan berkecepatan 1-2 per detik.
Tahapan tidur jenis NREM (Widianti, 2011)
1)   Tahap I
Tahapan ini adalah tahap transisi antara bangun dan tidur dengan ciri sebagai berikut: rileks, maih sadar dengan lingkungan, merasa mengantuk, bola mata bergerak dari samping ke sampng, frekuensi nadi dan nafas sedikit menurun, serta dapat bangun segera selama tahap ini berlagsung sekitar 5 menit.
2)   Tahap II
Tahapan II merupakan tahap tidur ringan da n proses tubuh terus menurun dengan ciri sebagai berikut: mata pada umumnya menetap, denyut jantung dan frekuensi napas menurun, temperatur tubuh menurun, metabolisme menurun, serta berlangsung pendek dan berakhir 10-15 menit.
3)   Tahap III
Tahap ini merupakan tahap tidur dengan ciri denyut nadi, frekuensi napas, dan proses tubuh lainnya lambat. Hal ini disebabkan oleh adanya dominasi sistem saraf parasimpatis sehingga sulit untuk bangun.
4)   Tahap IV
Tahap ini merupakan tahap tidur dalam dengan ciri kecepatan jantung dan pernapasan turun, jarang bergerak, sulit dibangunkan, gerak bola mata cepat, sekresi lambung menurun, dan tonus otot menurun.
b.      Tidur paradoks/ tidur rapid eye movement (REM)
Tidur jenis ini berlangsung pada tidur malam yang terjadi selama 5-20 menit, rata-rata timbul 90 menit. Priode pertama terjadi selama 800-100 menit. Namun apabila kondisi orang sangat lelah, maka awal tidur sangat cepat bahkan jenis tdur ini tidak ada. Ciri tidur REM adalah sebagai berikut:
1)      Biasanya disetai dengan mimpi aktif
2)      Lebih sulit dibangunkan dari pada selama tidur nyenyak NREM
3)      Tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan, menunjukan inhibisi kuat proyeksi spinal atas sistem pengaktivasi retikularis.
4)      Frekuensi jantung dan pernapasan menjadi tidak teratur.
5)      Pada otot perifer, terjadi beberapa gerakan otot yang tidak teratur.
6)      Mata cepat tertutup dan terbuka, nadi cepat dan irregular, tekanan darah meningkat atau berfluktuasi, sekresi gaster meningkat, dan metabolisme meningkat.
7)      Tidur ini penting untuk keseimbangan mental, emosi, juga berperan dalam belajar, memori, dan adaptasi.


4.      Fungsi dan Tujuan Tidur
Fungsi dan tujuan masih belum diketahui secara jelas. Meskipun demikian, tidur diduga bermanfaat untuk menjaga keseimbangan mental, emosional, dan kesehatan. Selain itu, stres pada paru-paru, sistem kardiovaskuler, endrokrin dan lain-lainnya juga menurun aktivitasnya. Energi yang tersimpan selama tidur dirahkan untuk fungsi-fungsi seluler yang penting. Secara umum terdapat dua efek isiologis tidur, pertama efek pada sistem saraf yang diperkirakan dapat  memulihkan kepekaan normal dan keseimbangan di antara berbagai susunan saraf. Kedua, efek pada struktur tubuh yang dapat memulihkan kesegaran da fungsi organ dalam tubuh, karena selama tidur telah terjadi penurunan aktivitas organ-organ tubuh tersebut. (Widianti, 2011)

5.      Faktor-Faktor yang Memengaruhi Tidur
Kualitas dan kuantitas tidur diprngaruhi oleh beberapa faktor. Kualitas tersebut dapat menunjukan adanya kemampuan individu untuk tidur dan memperoleh jumlah istirahat sesuai dengan kebutuhannya. Berikut ini merupakan faktor yang dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan tidur, antara lain (Widianti, 2011):
a.       Penyakit
Sakit dapat memengaruhi kebutuhan tidur seseorang. Banyak penyakit yang dapat memperbesar kebutuhan tidur, seperti penyakit yang disebabkan olehb infeksi, terutama infeksi limpa. Infeksi limpa berkaitan dengan keletihan, sehingga penderitanya membutuhkan lebih banyak waktu tidur untuk mengatasinya. Banyak juga keadaan sakit yang menjadikan pasien kurang tidur, bahkan tidak tidur.
b.      Latihan dan kelelahan
Keletihan akibat aktivitas yang tinggi dapat memerlukan lebih banyak tidur untuk menjaga keseimbangan energi yang telah dikeluarkan. Hal tersebut terlihat pada seseorang yang telah melakukan aktivitas dan mencapai kelelahan. Dengan demikian, orang tersebut akan lebih cepat untuk dapat tidur karena tahap tidur gelombang lambatnya (NREM) diperpendek.
c.       Stres psikologis
Kondisi stres psikilogis dapat terjadi pada seseorang akibat ketegangan jiwa. Seseorang yang memiliki masalah psikologis akan mengalami kegelisahan sehingga sulit untuk tidur.
d.      Obat
Obat juga dapat memengaruhi prose tidur. Beberapa jenis obat yang memengaruhi proses tidur, seperti jenis golongan obat diuretik yang dapat menyebabkan insomnia; antidepresan yang dapat menekan REM; kafein yang dapat meningkatkan saraf simpatis sehingga menyebabkan kesulitan untuk tidur; golongan beta bloker dapat berefek pada timbulnya insomnia; dan golongan narkotik dapat menekan REM sehingga mudah mengantuk.
e.       Nutrisi
Terpenuhinya kebutuhan nutrisi dapat mempercepat proses tidur. Konsumsi protein yang tinggi dapat menyebabkan individu tersebut akan mempercepat proses terjadinya tidur karena dihasilkan triptofan. Triptofan merupakan asam amino hasil pencernaan protein yang dapat membantu kemudahan dalam tidur. Demikian sebaliknya, kebutuhan gizi yang kurang dapat juga memengaruhi prose tidur, bahkan terkadang sulit untuk tidur.
f.       Lingkungan
Keadaan lingkungan yang aman dan nyaman bagi seseorang dapat mempercepat proses terjadinya tidur. Sebaiknya, lingkungan yang tidak aman dan nyaman bagi seseorang dapat menyebabkan hilangnya ketenangan sehingga mempengaruhi proses tidur.
g.      Motivasi
Motivasi merupakan suatu dorongan atau keinginan seseorang untuk tidur, sehingga dapat memengaruhi proses tidur. Selain itu, adanya keinginan untuk tidak tidur dapat menimbulkan gangguan proses tidur. (Widianti, 2011)

6.      Gangguan/Masalah Kebutuhan Tidur (Widianti, 2011)
a.       Insomnia
Insomnia merupakan suatu keadaan yang menyebabkan individu tidak mampu mendapatkan tidur yang adekuat, baik secara kualitas maupun kuantitas, sehimgga individu tersebut hanya tidur sebentar atau sudah tidur. Insomnia terbagi menjadi tiga jenis, yaitu inisial insomnia, intermite insomnia, dan terminal insomnia. Inisial insmnia merupakan ketidak mampuan individu untuk jatuh tidur atau mengawwali tidur. Intermiten insomnia merupakan ketidak mampuan tetap tidur karena selalu terbangun pada malam hari. Sedangkan terminal insomnia merupakan ketidak mampuan untuk tidur kembali setelah bangun tidur pada malam hari. Proses gangguan tidur ini kemungkinan besar disebabkan adanya rasa khawatir dan tekanan jiwa.
b.      Hipersomnia
Hipersomnia merupakan gangguan tidur dengan kriteria tidur berlebihan. Pada umumnya, lebih dari sembilan jam pada malam hari,yang disebabkan oleh kemungkinan adanya masalah psikologis, depresi, kecemasan, gangguan susunan saraf pusat, ginjal, hati, dan gangguan metabolisme.
c.       Parasomnia
Parasomnia merupakan kumpulan beberapa penyakit yang dapat mengganggu pola tidur. Misalnya, somnambulisme (berjalan-jalan dalam tidur) yang dapat terjadi pada anak-anak, yaitu pada tahap III dan IV dari tidur NREM. Somnambulisme ini dapat menyebabkan cedera.
d.      Enuresis
Enuresis merupakan buang air bersih yang tidak disengaja pada waktu tidur atau disebut juga dengan istilah mengompol. Enuresis ada dua macam, yaitu enuresis noktural dan enuresis dinural. Enuresis nokturnal merupakan mengompol pada waktu tidur. Umumnya, enuresis nokturnal terjadi sebagai gangguan tidur NREM. Sedangkan, enuresis diurnal merupakan mengompol pada saat bangun tidur.
e.       Apnea tidur dan mendengkur
Pada umumnya, mendengkur tidak termasuk pada gangguan tidur, tetapi mendengkur yang disetai dengan keadaan apnea dapat mendapat masalah. Mendengkur disebabkan oleh adanya rintanga dalam pengaliran idara di hidung dan mulut pada waktu tidur. Rintangan tersebut seperti adanya adenoid, amandel, atau mendengkurnya otot di belakang mulut. Terjadinya apnea dapat mengacaukan saat bernapas dan bahkan bisa menyebabkan berhenti napas. Apabila kondisi ini berlangsung lama, maka dapat menyebabkan kadar oksigen dalam darah dapat menurun dan denyut nadi menjadi tidak teratur.
f.       Narkolepsi
Narkolepsi merupakan keadaan tidur yang tidak dapat dikendalikan, seperti saat seseorang tidur dalam keadaan berdiri, mengemudikan kendaraan, atau ditengah suatu pembicaraan. Hal ini merupakan suatu gangguan neurologis.
g.      Mengigau
Mengigau merupakan suatu gangguan tidur bila terjadi terlalu sering dan di luar kebiasaan menyebabkan kuaitas dan kebutuhan tidur berkuarng sehingga dapat mengganggu fungsi organ dalam tubuh (perbaikan sel) dan dapat mudah menyebabkan masalah psikologis. Hasil pengamatan dapat menunjukan bahwa hampir semua orang pernah mengigau dan terjadi sebelum tidur REM.
h.      Gangguan pola tidur secara umum
Suatu keadaan ketika individu mengalami atau mempunyai resiko perubahan jumlah dan kualitas pola istirahat yang menyebabkan ketidaknyamanan atau mengganggu gaya hidup yang diinginkan. Gangguan ini terlihat pada pasien menunjukan perasaan lelah, mudah terangsang dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman di daerah sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala, serta sering menguap atau mengantuk. Penyebab dari gangguan pola tidur ini antara lain adalah kerusakan transfor okdigen, gangguan metabolisme, kerusakan eliminasi, pengaruh obat, immobilitas, nyeri pada kaki, takut operasi, terganggu oleh kawan sekamar, dan lain-lain. (Widianti, 2011)

Comments

  1. Terimaksih buat artikelnya semoga terus bermanfaat bagi semua orang

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Konsep Cairan dan Elektrolit Tubuh

Makalah Konsep Dasar Teori Air Susu Ibu (ASI)