Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal

Image
  Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa contoh upaya kolaboratif yang dapat dilakukan: 1.       Kolaborasi antara tenaga medis dan bidan: Tim medis yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan dapat bekerja sama untuk memberikan pelayanan kesehatan yang holistik kepada ibu hamil dan bayi yang akan lahir. Dengan saling berbagi pengetahuan dan keterampilan, mereka dapat meningkatkan pemantauan kehamilan, memberikan perawatan prenatal yang tepat, dan menangani komplikasi saat melahirkan. 2.       Kemitraan antara lembaga kesehatan dan masyarakat: Kolaborasi antara fasilitas kesehatan, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan maternal dan perinatal. Misalnya, mengadakan kampanye penyuluhan dan program edukasi di komunitas mengenai perawa

Pengaturan Keseimbangan Cairan



Pengaturan Keseimbangan Cairan

Pengaturan keseimbangan cairan terjadi melalui mekanisme haus, hormone antidiuretik (ADH), hormone aldosteron, prostaglandin, dan glukokortikoid.

1.      Rasa haus. Rasa haus adalah keinginan yang disadari erhadap kebutuhan akan cairan. Rasa haus biasanya muncul apabila osmolaritas plsma mencapai 295 mOsm/kg. Osmoreseptor yang terletak di pusat rasa haus hipotalamus sensitif terhadap perubahann osmolaritas pada  cairan ekstrasel. Bila osmolaritas meningkat, sel akan mengerut dan sensai rasa haus akan muncul akibat kondisi dehidrasi. Mekanismenya adalah sebagai berikut.
a.       Penurunan perfusi ginjal merangasang pelepasan rennin, yang akan menghasilkan angiotensin II. Angiotensin II merangsang hipotalamus untuk melaksanakan substrat neuron yang bertanggung jawab meneruskan sensasi haus.
b.      Osmoreseptor di hipotalamus mendeteksi peningkatan tejanan osmotik dan mengaktivasi jaringan saraf sehingga menghasilkan sensasi haus.
c.       Rasa haus dapat diinduksi oleh kekeringan local pada mulut akibat status hiperosmolar. Selain itu, rasa haus bisa juga muncul untuk menghilangkan sensasi kering yang tidak nyaman akibat penurunan saliva.
2.      Pengaruh hormonal
a.       Hormon ADH. Hormon ini di bentuk di hipotalamus dan disimpan dalam neurohipofisis pada hipofisis posterior. Stimuli utama untuk sekresi ADH adalah peningkatan osmolaritas dan penurunan cairan ekstrasel. Selain itu, sekresi juga dapat terjadi pada kondisi stress, trauma, pembedahan, nyeri, dan pada penggunaan beberapa jenis anestesi dan obat-obatan. Hormon ini meningkatkan reabsorpsi air pada duktus pengumpul sehingga dapat menahan air dan mempertahankan volume cairan ekstrasel. ADH juga disebut sebagai vasopressin karena mempunyai efek vasokonstriksi minor pada arteriol yang dapat meningkatkan tekanan darah.
b.      Hormon aldosteron. Hormon ini disekresi oleh kelenjar adrenal dan bekerja pada tubuh ginjal untuk meningkatkan absorpsi natrium. Retensi natrium mengakibatkan retensi air. Pelepasan adosteron dirangsang oleh perubahan konsentrasikalium, kadar natrium serum, dan sistem rennin-angiotensin I. Angiotensin I selanjutnya akan diubah menjadi angiontensin II. Sekresi aldosteron juga distimulasikan oleh peningkatan potassium dan penurunan konsentrasi sodium dalam cairan interstisial dan adrenocorticotropic hormone (ACTH) yang diproduksi oleh pituitari anterior. Ketika menjadi hipovolemia, maka terjadi tekanan darah arteri menurun, tekanan darah arteripada ginjal juga menurun, keadaan ini menyebabkan tegangan  otot arteri aferen ginjal menurun dan memicu sekresi renin. Renin menstimulasi aldosteron yng berefek pada retensi sodium, sehingga cairan tidak banyak keluar melalui ginjal.
3.      Prostaglandin. Prostaglandin merupakan asam lemak alami yang terdapt di banyak jaringan dan berperan dalam respon radang, pengontrolan tekanan darah, kontraksi uterus, dan motilitas gastrointestinal. Di ginjal, prostaglandin berperan mengatur sirkulasi ginjal, resorpsi natrium.
4.      Glukokortikoid. Glukokortikoid meningkatkan resorpsi natrium dan airnsehingga memperbesar volume darah dan mengakibatkan retensi natrium. Oleh karena itu, perubahan kadar glukokortikoid mengakibatkan perubahan pada keseimbangan volume darah (Tambayong, 2000).
5.      Sistem limpatik. Plasma protein dan cairan dari jaringan tidak secara langsung direabsorpsi ke dalam pembuluh darah. Sistem limpatik berperan penting dalam kelebihan cairan dan protein sebelum masuk dalam darah.
6.      Ginjal. Ginjal mempertahankan volume dan konsentrasi cairan dengan filtrasi CES di glumerulus, sedangkan sekresi dan reabsorpsi cairan terjadi di tubulus ginjal.
7.      Persarafan. Mekanisme persarafan juga berkontribusi dalam keseimbangan cairan dan sodium. Ketika terjadi peningkatan volume cairan CES, mekanoreseptor merespon pada dinding atrium kiri untuk distensi atrial dengan meningkatkan stroke volume dan memicu respon simpatetik pada ginjal untuk pelepasan aldosteron oleh korteks adrenal.

Asupan cairan pada individu dewasa berkisar 1.500-3.500 ml/hari. Sementara haluaran cairannya adalah 2.300 ml/hari. Pengeluaran cairan dapat terjadi melalui beberapa organ, yakni kulit, paru-paru, pencernaan dan ginjal.
1.      Kulit. Pengeluaran cairan melalui kulit diatur oleh kerja saraf simpatis yang merangsang aktivitas kelenjar keringat. Rangsangan pada kelenjar keringat ini disebabkan oleh aktivitas otot, temperature lingkungan yang tinggi, dan kondisi demam. Pengeluaran cairan melalui kulit dikenal dengan istilah insensible water loss (IWL). Hal yang sama juga berlaku pada paru-paru. Sementara itu, pengeluaran cairan melalui kulit berkisar 15-20 ml/24 jam.
2.      Patru-paru.meningkatnya jumlah cairan yang keluar melalui paru merupakan suatu bentuk respons terhadap perubahan kecepatan dan kedalaman napas karena pergerakan atau kondisi demam. IWL untuk paru adalah 350-400 ml/hari.
3.      Pencernaan. Dalam kondisi normal, jumlah cairan yang hilang melalui system pencernaan setiap harinya berkisar 100-200 ml. Perhitungan IWL secara keseluruhan adalah 10-15 ml/kg BB/24 jam, dengan penambahan 10% dari IWL normal setiap kenaikan suhu 1oC.
4.      Ginjal. Ginjal merupakan organ pengekskresi cairan yang utama pada tubuh. Pada individu dewasa, ginjal mengekskresikan sekitar 1.500 ml/hari.

Pengeluaran cairan dalam tubuh manusia berlangsung dalam tiga cara. Cara pertama melalui insensible water loss (IWL). Pada proses ini, cairan keluar melalui penguapan di paru-paru. Cara kedua melalui noteceble water loss (NWL); cairan di ekskresikan melalui keringat. Cara ketiga melalui feses, tetapi dengan jumlah yang sangat sedikit (Taylor, dkk.,1989). Sementara menurut Price dan Wilson (1995), pengeluaran cairan pada orang dewasa berlangsung dalam empat cara, yakni melalui urine (1.500 ml), feses (200 ml), udara ekspirasi (400 ml), dan keringat (400 ml). jadi, total pengeluaran cairan tubuh adalah 2.500 ml.
Ginjal merupakan organ pengatur keseimbangan cairan yang utama. Setiap harinya, ginjal menerima hampir 170 L darah untuk di saring menjadi urine. Produksi urine untuk Semua kelompok usia adalah 1 ml/kg/jam. Pada individu dewasa, produksi urine sekitar 1,51/hari. Jumlh urine yang diproduksi oleh ginjal dipengaruhi oleh ADH dan aldosterone (Tarwoto dan Wartonah, 2003)
  Dalam pengaruh keseimbangan cairan, dikenal dengan istilah obliogatory loss.  obliogatory loss adalah meanisme pengeluaran cairan yang mutlat terjadi untuk mempertahankan keseimbangan tubuh (misalnya pengeluaran keringat). Selain melalui kulit, paru-paru, system pencernaan, dan ginjal, keseimbangan cairan juga diatur melalui system kardiovskular, endokrin, dan pernafasan.

Comments

Popular posts from this blog

Konsep Cairan dan Elektrolit Tubuh

Makalah Konsep Dasar Teori Air Susu Ibu (ASI)