HUBUNGAN PENGETAHUAN
TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI, SUMBER INFORMASI DAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP
PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA REMAJA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Masa
remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, yang diawali
dengan pubertas serta terjadi perubahan, baik dari segi fisik sosial, maupun
emosional, yang diawali oleh datangnya haid (perempuan) dan mimpi basah
(laki-laki) menentukan titik awal masa remaja tidaklah mudah.[1]
Remaja
merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World Health
Organization (WHO) sekitar seperlima dari penduduk dunia adalah remaja
berusia 10-19 tahun. Sekitar 900 juta berada di negara berkembang. Di Indonesia
pada tahun 2007 jumlah remaja usia 10-24 tahun terdapat sekitar 64 juta atau
28,64% dari jumlah penduduk Indonesia.
Sekitar 1 miliar manusia atau setiap 1 diantara 6 penduduk dunia adalah
remaja. Sebanyak 85% di antaranya hidup di negara berkembang. Di Indonesia,
jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Antara tahun 1970 dan
2000, kelompok umur 15-24 jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau
dari 18% menjadi 21% dari total jumlah populasi penduduk Indonesia.[2]
Remaja
Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan sosial secara cepat dari
masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma,
nilai-nilai dan gaya hidup mereka. Kesehatan remaja sebagian besar ditentukan
oleh perilaku mereka. Hal terpenting dan kompleks menyangkut perilaku kesehatan
remaja adalah masalah seksual. Perilaku ingin mencoba hal yang baru jika
didorong oleh rangsangan seksual dapat membawa remaja masuk pada hubungan
pranikah dengan segala akibatnya. [3]
Demikian
juga dilaporkan oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
dilaporkan 63 persen remaja di Indonesia pada usia antara SMP dan SMA sudah
melakukan hubungan seksual di luar nikah ironisnya 21 persen di antaranya
dilaporkan melakukan aborsi. Persentase remaja yang melakukan hubungan seksual
pranikah tersebut mengalami peningkatan dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Berdasarkan data penelitian pada 2005-2006 di kota-kota besar, angka itu sempat
berada pada kisaran 47,54 persen. Namun, hasil survei terakhir 2008 meningkat
menjadi 63 persen.[4]
Survey
Kesehatan Remaja Indonesia[5],
menyebutkan bahwa 66% remaja putri usia sekolah menengah pertama (SMP) dan
sekolah menengah atas (SMA) tidak lagi perawan. Data ini berdasar hasil Survei
Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) yang dilakukan secara nasional.Itu artinya
remaja zaman sekarang rentan terhadap seks bebas akibat kurang kontrolnya
terhadap perkembangan teknologi informasi yang menyebar secara luas dan adanya
kelonggaran dari orang tuanya.
Di
Jawa Barat tahun 2007 berdasarkan survey kecil yang dilakukan Yayasan Pelita
Ilmu menemukan bahwa 42% dari 117 remaja yang berusia
13-20 tahun pernah berhubungan seks
dan separuh diantaranya masih aktif berhubungan seks dalam satu sampai tiga
bulan terakhir karena kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.[6]
Akibat
perilaku seks remaja/seks pranikah pada remaja antara lain Terjadinya KTD
(Kehamilan yang Tidak Diinginkan) hingga tindakan aborsi, terjangkitnya
penyakit menular seksual, resiko terkena kanker serviks dan HIV/AIDS, juga
dampak psikologis seperti rasa bersalah, marah, sedih, menyesal, malu bahkan
depresi. [7]
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Simanjorang (2011),
diberbagai kota besar Indonesia sekitar 20 hingga 30% remaja mengaku pernah melakukan
hubungan seks pranikah. Sebanyak 62,7% anak SMP mengaku sudah tidak perawan.
Sebanyak 21,2% remaja SMA mengaku pernah melakukan aborsi. Dari 2 juta wanita
Indonesia yang pernah melakukan aborsi, 1 juta adalah remaja perempuan. Lebih
lanjut Simanjorang menjelaskan, tingginya angka hubungan seks pranikah di
kalangan remaja tersebut erat kaitannya dengan meningkatnya jumlah aborsi saat
ini, serta kurangnnya pengetahuan remaja akan reproduksi sehat. Hal ini pula
yang menjadikan tingginya angka kematian ibu di Indonesia, dan menjadikan
Indonesia sebagai negara yang angka kematian ibunya tertinggi di seluruh Asia
Tenggara.
Tingginya
angka kematian ibu tidak lepas dari masih tingginya kehamilan yang tidak
diinginkan yaitu mencapai 16,8 %. Di sisi lain masih banyak ditemukan kehamilan
yang tidak ideal seperti : terlalu
banyak anak, terlalu tua, dan terlalu dekat jarak kehamilan, yang sangat
membahayakan bagi ibu atau lebih dikenal dengan 4T ada sebesar 22,4% dengan
rincian terlalu muda (<18 tahun) sebesar 4,1 %, hamil terlalu tua (>34
tahun) sebesar 3,8 %, jarak terlalu dekat (<2 tahun) sebesar 5,2 % dan
terlalu banyak (>4 kali) sebesar 9,4 %.[8]
Kehamilan
pada remaja wanita berusia 14 tahun ke bawah memiliki resiko komplikasi medis
lebih besar daripada wanita dengan usia lebih dewasa. Selain itu alat reproduksinya juga belum siap sepenuhnya.
Masalah-masalah ini dapat mengakibatkan kesulitan sewaktu melahirkan bayi. Hal
ini dapat menyebabkan eklampsia (kejang saat melahirkan), fistula obstetric,
kematian bayi maupun kematian ibu dan melahirkan secara caesar. Untuk itu peran
seorang tenaga kesehatan khususnya peran bidan sangat penting dalam upaya
pencegahan terhadap seks pranikah.[9]
Faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku seksual pada remaja diantaranya berasal dari
keluarga, sekolah/ pendidikan formal serta adat kebiasaan, pergaulan di
masyarakat. Remaja mulai ingin tahu tentang kehidupan seksual manusia. Untuk
itu, mereka mencari informasi mengenai seks, baik melalui buku, film, atau
gambar-gambar lain yang dilakukan secara sembunyi sembunyi. Hal ini dilakukan
remaja karena kurang terjalinnya komunikasi yang bersifat dialogis antar remaja
dengan orang dewasa, baik orangtua maupun guru, mengenai masalah seksual,
dimana kebanyakan masyarakat masih menganggap tabu untuk membicarakan masalah
seksual dalam kehidupan sehari-hari.[10]
Remaja
sering memperoleh informasi tentang banyak hal dari media massa baik cetak
maupun elektronik maka cenderung memberi perhatian terhadap hal-hal yang
dinilainya dapat meningkatkan harga diri atau jati diri tanpa adanya
penyaringan kemudian mengadopsinya tanpa menilai sesuai dengan nilai, norma
agama ataupun budaya yang berlaku di lingkungannya. Kecenderungan pengetahuan
remaja terhadap kesehatan reproduksi remaja dalam survei indikator Rancangan
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) selama 4 tahun terakhir belum
terlihat adanya peningkatan. Pemberian informasi kesehatan reproduksi bagi
remaja, dirasakan sangat penting agar remaja dapat tahu tenang kesehatan remaja
dengan benar, semakin awal pemberian informasi kepada remaja diharapkan akan
semakin berdampak positif kepada kehidupan reproduksi mereka dikemudian hari.[11]
Menurut
Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) 2007, pengetahuan remaja tentang kesehatan
reproduksi masih relative rendah. Untuk usis 15-24 tahun pengetahuan laki-laki
hanya 46,1 % dan pengetahuan perempuan hanya sekitar 43,1%.[12] Menurut
Baseline survey diketahui hanya 55% remaja yang mengetahui proses kehamilan
dengan benar, 42% mengetahui tentang HIV/AIDS dan hanya 24% mengetahui tentang
PMS, minimnya informasi remaja tersebut menimbulkan berbagai persoalan
dikalangan remaja, mulaidari soal narkoba dan HIV/AIDS, sampai hubungan seks
pranikah.
Remaja
sudah mulai berpikir kritis sehingga ia akan melawan bila orang tua, guru,
lingkungan, masih menganggapnya sebagai anak kecil. Bila guru dan orangtua
tidak memahami cara berpikir remaja maka akan timbul perilaku menyimpang.[13]
Perkembangan remaja tergantung pada pola asuh dan lingkungan dimana remaja itu
tinggal.[14]
Pola asuh orang tua sangat menentukan terhadap perilaku remaja karena masa
remaja membutuhkan perhatian yang khusus. Dimana masa remaja inilah merupakan
masa pencarian identitas diri.
Pola
asuh sebagai sikap orang tua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya meliputi
cara orang tua meberikan aturan-aturan, hadiah maupun hukuman, cara menunjukan
otoritasnya dan cara memberikan perhatian serta tanggapan terhadap anaknya.
Meliputi bukan hanya kebutuhan fisik (seperti makan dan minum) dan kebutuhan
psikologis (seperti rasa aman dan kasih sayang) tetapi juga mengajarkan
norma-norma yang berlaku di masyarakat agar anak dapat hidup selaras dengan
lingkungan.[15]
Ada
beberapa macam pola asuh orang tua yang diterapkan kepada anaknya menurut
Baumrind (1972)[16]
yaitu otoriter, demokratis, Permissive
dan Uninvolved/neglectful. Pola asuh
otoriter yaitu pola asuh yang kaku dan penghukum, Pola asuh demokratis yaitu
pola asuh orangtua yang ketat menentukan batasan yang jelas serta memberikan
alasan dan penjelasan kepada anak, pola asuh Permissive yaitu pola asuh orang tua yang memberikan anak mereka
perasaan santai atau arahan yang tidak konsisten dan tidak menuntut, pola asuh Uninvolved/neglectful yaitu gaya
pengasuhan dimana orang tua tidak mau terlibat dan tidak mau pula pusing-pusing
dengan kehidupan anaknya.
Peran
orang tua dan sekolah amat penting sebab remaja belum siap untuk bermasyarakat.
Bimbingan guru dan orang tua amat dibutuhkan agar remaja tidak salah arah,
karena di masyarakat amat banyak pengaruh negatif yang bisa menyengsarakan masa
depan remaja. [17]
Berdasarkan
penelitian dari Novita Citra Dwi (2014) dengan judul hubungan pengetahuan
tentang kesehatan reproduksi dan pola asuh orang tua dengan perilaku seksual
pranikah pada remaja di SMA Negeri 38 Jakarta, hasil penelitian hubungan pola
asuh orang tua terhadap perilaku seksual pranikah pada remaja di SMA Negeri 38
Jakarta diketahui bahwa dari 90 responden yang melakukan perilaku seksual
pranikah pada remaja, pada pola asuh orang tua tidak baik dengan perilaku buruk
sebanyak 58 responden (64.44 %), dan pada pola asuh orang tua baik dengan
perilaku buruk sebanyak 32 responden (35.55%). Hasil uji statistik diperoleh
nilai p value = 0.027 (p<0,05), maka dapat disimpulakan ada hubungan antara
pola asuh orang tua dengan perilaku seksual pranikahpada remaja di SMA Negeri
38 Jakarta Selatan tahun 2014.[18]
Berdasarkan
hasil penelitian Ririn Darmasih (2009) dengan judul faktor yang mempengaruhi
perilaku seks pranikah pada remaja SMA di Surakarta pada faktor sumber
informasi ternyata Sumber informasi berhubungan dengan perilaku seks pranikah
remaja (pvalue= 0,022 < 0,05). Sumber informasi remaja SMA di Surakarta yang
diperoleh tentang perilaku seks pranikah sebanyak 73 orang (64,0%), dalam
kategori sedikit (kurang dari atau sama dengan 7) dari sumber-sumber yang ada
seperti internet, TV, HP, VCD, video porno, teman, radio, poster, koran, buku
bacaan, majalah, dan brosur. Sedangkan sumber informasi yang diperoleh remaja
yaitu 41 orang (36,0%), dalam kategori banyak yaitu (lebih dari 7) dari
sumber-sumber yang ada seperti internet, TV, HP, VCD, video porno, teman,
radio, poster, koran, buku bacaan, majalah, dan brosur yang dapat mempengaruhi
perilaku seks pranikah remaja. Berdasarkan hasil yang diperoleh remaja SMA di
Surakarta menonton video porno sebanyak (88,6%), remaja memperoleh informasi
tersebut lebih banyak dari handpone dan internet. Biasanya mereka menonton
bersama teman-temannya di sekolah dan di luar rumah. Sumber informasi yang
diperoleh remaja lebih banyak diperoleh dari luar seperti internet, teman dan media
dari pada orang tuanya.[19]
Bidan
sebagai salah satu bagian dari petugas kesehatan sangat berperan penting. Salah
satu peran bidan yang diterapkan adalah perannya sebagai edukator atau pendidik
dengan memberikan penjelasan tentang kesehatan reproduksi serta bekerja sama
dengan pihak sekolah sehingga remaja bisa berdiskusi dan tidak akan mencari
tahu dari sumber yang tidak bertanggung jawab, memberikan KIE tentang bahaya
seks pranikah karena semakin majunya teknologi dan kemudahan mengakses
internet, serta kurangnya kontrol dari orang tua, memudahkan remaja untuk
mengakses situs-situs porno sehingga dapat mendorong naluri remaja untuk
melakukan seks secara bebas dan tidak bertanggung jawab. Bidan harus memberikan
KIE kepada remaja tentang bahaya dari seks pranikah yang mungkin memang belum
dipahami oleh remaja.[20]
Berdasarkan
uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Pengetahuan Tentang
Kesehatan Reproduksi, Sumber Informasi Dan Pola Asuh Orang Tua Terhadap
Perilaku Seks Pranikah pada Remaja di SMPN XXX Kabupaten XXX”.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan, informasi global (paparan media audio-visual) yang semakin mudah diakses
justru memancing anak dan remaja untuk mengadaptasi kebiasaan-kebiasaan tidak
sehat
dan pola asuh orang tua tentu saja bertujuan untuk lebih memahami dampak dari perilaku seksual pranikah baik
secara fisik sampai dampak sosial, sehingga dapat memberikan pemahaman lebih
dalam mengenai perilaku seks pranikah sebelum melakukan lebih jauh.
Dari
hasil survey pendahuluan yang dilakukan kepada 5 siswa 5 siswi di SMPN XXX. 4 siswa dan 3 siswi diantaranya
sudah melakukan hal yang tidak wajar dilakukan oleh usia anak sekolah seperti
berpegangan tangan, sampai mencium pipi itu merupakan tahap-tahap seks
pranikah. Dan 3 siswa 1 siswi tersebuti mendapatkan informasi tentang seks
berasal dari internet, 1 siswi 1 siswa
dari telvisi dan 1 siswi dari temen sebayanya, dilihat dari segi pola asuh
orang tua yang diterapkan orang tua terhadap 4 siswa 3 siswi tersebut adalah
pola asuh yang bersifat menetapkan aturan-aturan yang jelas namun tetap
mempertimbangkan keputusan yang terbaik untuk anaknya. Dan 1 siswa 2 siswi
lainnya belum menunjukan pada tahap-tahap perilaku seks pranikah dan sebagian
besar masih kurang pengetahuannya tentang kesehatan reproduksi yaitu sebanyak 3
orang siswa dan 3 orang siswi.
1.3
Pertanyaan Penelitian
Bagaimana
Hubungan Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi, Sumber Informasi Dan Pola
Asuh Orang Tua Terhadap Perilaku Seks Pranikah Pada Remaja di SMPN XXX Kabupaten
XXX?
1.4
Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Mengetahui
Hubungan Pengetahuan Tentang Kesehatan Reprosuksi, Sumber Informasi dan Pola
Asuh Orang Tua Terhadap Perilaku Seks Pranikah Pada Remaja di SMPN XXX Kabupaten
XXX tahun XXX.
1.4.2
Tujuan Khusus
Adapun tujuan khususnya pada
penelitian ini adalah :
1. Mengetahui Gambaran Pengetahuan
Tentang Kesehatan Reproduksi, Sumber Informasi, Pola Asuh Orang Tua dan
Perilaku Seks Pranikah Remaja SMPN XXX Kabupaten XXX Tahun XXX.
2. Mengetahui Hubungan Pengetahuan
Tentang Kesehatan Reproduksi, Sumber Informasi dan Pola Asuh Orang Tua Terhadap
Perilaku Seks Pranikah Pada Remaja SMPN XXX Kabupaten XXX Tahun XXX
1.5
Manfaat Penelitian
1.5.1
Manfaat Teoritis
Penelitian
ini secara teoritis bermanfaat untuk menguji teori dan menunjukan hubungan
antara variabel serta memberikan deskripsi statistik, menaksir dan meramalkan
hasilnya.
1.5.2
Manfaat Metodologi
Penelitian
ini tidak menghasilkan konsep metodologi baru, karena penelitian ini hanya di
fokuskan pada pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, sumber informasi dan
pola asuh orang tua terhadap perilaku seks pranikah pada remaja di SMPN XXX Kabupaten
XXX tahun XXX.
1.5.3
Manfaat Praktis
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan informasi terhadap
pentingnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, sumber informasi dan pola
asuh orang tua terhadap perilaku seks pranikah pada remaja di SMPN XXX Kabupaten
XXX Tahun XXX.
1.6
Ruang lingkup penelitian
Penelitian
ini dilakukan untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi, sumber informasi dan pola asuh orang tua terhadap perilaku seks
pranikah pada remaja di SMPN 3 Campaka. Alasan peneliti memilih lokasi di SMPN XXX
Kabupaten XXX karena terdapat 4 kejadian kehamilan yang tidak diinginkan. Waktu
pelaksanaan penelitian diselenggarakan pada bulan November tahun XXX. Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif analitik dengan pendektan cross
sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja di SMPN XXX Kabupaten
XXX yang berjumlah 443 remaja pada tahun XXX dan sampel dalam penelitian ini
adalah sebagian remaja di SMPN XXX Kabupaten XXX tahun XXX. Teknik pengambilan
sampel dalam penelitian ini adalah
teknik sampling purposive.
Setelah dilakukan teknik sampling
purposive, selanjutnya untuk mengetahui ukuran sampel yang dibutuhkan dari
masing-masing kelas maka dilakukan teknik Proporsional
stratified random sampling, jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 208
responden. Variabel yang diteliti
antara lain variabel independen (pengetahuan tentang kesehatan reproduksi,
sumber informasi dan pola asuh orang tua) dan variabel dependen (perilaku seks
pranikah). Data yang digunakan adalah data primer (pengisian kuesioner oleh
responden).
Comments
Post a Comment