RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
ADAPTASI BAYI
SEGERA SETELAH LAHIR
(ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
& BBL)
Bidang studi : ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN
BBL
Kode Bidang
Studi : Bd.332
Beban Studi : 5 SKS (T : 3 P : 3)
Pokok Bahasan :
Menjelaskan
adaptasi bayi segera setelah lahir
Sub Pokok
Bahasan : Adaptasi bayi segera setelah
lahir
-
Perubahan sistem pernapasan
-
Perubahan sistem peredaran darah
-
Perubahan sistim pengaturan suhu
-
Metabolisme
-
Glucosa
-
Gastrointestinal
Sasaran/Program study : Mahasiswa D III Kebidanan
Waktu : 3 x 50 Menit
Dosen :
A. STANDAR KOMPETENSI, KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
1. Standar Kompetensi
Setelah
menyelesaikan perkuliahan mahasiswa diharapkan mampu memahami Adaptasi bayi segera
setelah lahir.
2. Kompetesi Dasar
Diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan tentang adaptasi bayi segera setelah
lahir.
3. Indikator
Adaptasi
bayi segera setelah lahir:
1.
Menjelaskan Adaptasi bayi segera setelah lahir tentang perubahan sistem pernapasan
2.
Menjelaskan Adaptasi bayi segera setelah lahir tentang perubahan sistem peredaran darah
3.
Menjelaskan Adaptasi bayi segera setelah lahir tentang Perubahan sistim pengaturan suhu
4.
Menjelaskan Adaptasi bayi segera setelah lahir tentang Metabolisme
5.
Menjelaskan Adaptasi bayi segera setelah lahir tentang Glucosa
6.
Menjelaskan Adaptasi bayi segera setelah lahir tentang Gastrointestinal
B. MATERI
Adaptasi
bayi segera setelah lahir
-
Perubahan sistem pernapasan
-
Perubahan sistem peredaran darah
-
Perubahan sistim pengaturan suhu
-
Metabolisme
-
Glucosa
-
Gastrointestinal
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Diahir
kegiatan pembelajaran mahasiswa dapat:
1.
Menjelaskan Adaptasi bayi segera setelah lahir tentang perubahan sistem pernapasan
2.
Menjelaskan Adaptasi bayi segera setelah lahir tentang perubahan sistem peredaran darah
3.
Menjelaskan Adaptasi bayi segera setelah lahir tentang Perubahan sistim pengaturan suhu
7.
Menjelaskan Adaptasi bayi segera setelah lahir tentang Metabolisme
8.
Menjelaskan Adaptasi bayi segera setelah lahir tentang Glucosa
9.
Menjelaskan Adaptasi bayi segera setelah lahir tentang Gastrointestinal
D. REFERENSI
-
Sudarti, dkk. 2012. Asuhan
Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita. Yogyakarta: Nuha Medika
-
Marimbi, H. 2010. Biologi
Reproduksi.Yogyakarta: Nuha medika.
-
Dewi,L. Nanny Vivian. 2010. Asuhan
Neonatal Bayi dan Bidan. Jakarta: Salemba
Medika.
-
Wulandari,F. Ayu. 2011. Biologi
Reproduksi. Jakarta: Salemba Medika
-
Mirawati, Dwi. 2010. Buku Ajar Bilogi Reproduksi. Jakarta: EGC.
E.
METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab
F.
ALAT dan MEDIA
-
Laptop
-
Papan
tulis
-
Spidol
-
LCD
G.
KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
Tahap kegiatan
|
Kegiatan pengajaran
|
Kegiatan mahasiswa
|
Pembukaan
( 5 Menit )
|
-
Memberi salam
-
Membuka
daftar hadir
-
Menjelaskan
tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran
-
Penekanan
pentingnya materi yang akan disampaikan
-
Memberikan
apersepsi
|
-
Menjawab
salam
-
Mendengarkan
|
Penyampaian materi ( 125 Menit )
|
-
Menjelaskan
materi tentang
Adaptasi
bayi segera setelah lahir
ü Perubahan sistem
pernapasan
ü Perubahan sistem
peredaran darah
ü Perubahan sistim
pengaturan suhu
ü Metabolisme
ü Glucosa
ü Gastrointestinal
-
Menjawab
pertanyaan mahasiswa
|
-
Mendengarkan
dan memperhatikan dosen dengan seksama
-
Mahasiswa
menanyakan hal-hal yang belum jelas di sela-sela penyajian materi
-
Memperhatikan
penjelasan dosen
-
Mahasiswa
mencatat materi penjelasan dosen
|
Rangkuman dan Evaluasi
( 15 Menit )
|
-
Menyimpulkan
materi yang telah disampaikan
-
Memberikan
pertanyaan
|
-
Mendengarkan,
memperhatikan dan memahami
-
Menjawab
pertanyaan yang diajukan
|
Penutup
( 5 Menit )
|
-
Memberikan
motivasi kepada mahasiswa untuk rajin belajar
-
Mengucapkan
salam
|
-
Mendengarkan
-
Menjawab
salam
|
H.
EVALUASI
SOAL
1. Apa fungsi Upaya pernapasan pertama seorang
bayi ?
2. Untuk membuat sirkulasi yang baik pada bayi baru
lahir,
kehidupan diluar rahim harus terjadi 2 perubahan besar. Sebutkan!
3. Jelaskan 5 Tanda dan Gejala hipotermia!
4. Koreksi penurunan kadar gula darah dapat dilakukan dengan 3 cara, sebutkan!
5. Kemampuan neonatus mencerna, mengabsorpsi,
dan memetabolisme makanan tidak berbeda dari anak-anak. Jelaskan tiga pengecualiannya!
6. Sebutkan 4 contoh kekebalan alami pada bayi baru
lahir!
JAWABAN
1)
Ø Mengeluarkan cairan dalam paru-paru
Ø Mengembangkan
jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali
2)
Penutupan foramen ovale pada atrium jantung
Perubahan
duktus anteriosus antara paru-paru dan aorta
3)
Sejalan dengan menurunnya suhu
tubuh, bayi menjadi kurang aktif, letargis, hipotonus, tidak kuat menghisap ASI
dan menangis lemah.
Pernapasan megap-megap dan lambat,
denyut jantung menurun.
Timbul sklerema : kulit mengeras
berwarna kemerahan terutama dibagian punggung, tungkai dan lengan.
Muka bayi berwarna merah terang
Hipotermia menyebabkan terjadinya
perubahan metabolisme tubuh yang akan berakhir dengan kegagalan fungsi jantung,
perdarahan terutama pada paru-paru, ikterus dan kematian.
4)
o
melalui penggunaan ASI
o
melaui penggunaan cadangan glikogen
o
melalui pembuatan glukosa dari
sumber lain terutama lemak.
5)
v Sekresi amilase pankreas pada
neonatus tidak mencukupi sehingga bayi menggunakan hati kurang adekuat dari
pada anak-anak. Namun, bayi mudah mengasimilasi disakarida dan monosakarida.
v Absorpsi lemak dari saluran
pencernaan sedikit kurang daripada anak-anak. Akibatnya, penggunaan susu dengan
kadar lemak tinggi seperti susu sapi sering tidak adekuat.
v Oleh karena fungsi hati selama
paling sedikit seminggu pertama kehidupan tidak sempurnah, konsentrasi glukosa
dalam darah tidak stabil dan sering rendah.
6)
Ø perlindungan oleh kulit membran
mukosa
Ø fungsi saringan saluran napas
Ø pembentukan koloni mikroba oleh klit
dan usus
Ø perlindungan kimia oleh lingkungan
asam lambung
MATERI
ADAPTASI
BAYI SEGERA SETELAH LAHIR
Periode adaptasi terhadap kehidupan
di luar rahim disebut Periode Transisi. Periode ini berlangsung hingga 1 bulan
atau lebih setelah kelahiran untuk beberapa sistem tubuh. Transisi yang paling
nyata dan cepat terjadi adalah pada sistem pernapasan dan sirkulasi, sistem
termogulasi, dan dalam kemampuan mengambil serta menggunakan glukosa. Adaptasi
neonatal adalah Perubahan secara fungsional dari pada kehidupan intrauterin kepada
kehidupan ekstrauterin. Mampu beradaptasi akan menjadi homeostasis, gagal
beradaptasi akan menjadi morbiditi.
Adaptasi bergantung kepada:
o Kematangan : Bergantung kepada usia
kehamilan
o Status nutrisi : Berhubung dengan
berat badan lahir
o Toleransi : Kebolehan untuk
mengatasi persekitaran baru, mampu bertoleransi kepada keadaan hypoxia,
hipoglikemia, pengambilan kalori, dan lain-lain.
o Kemampuan beradaptasi : Kemampuan
dalam beradaptasi terhadap perubahan.
A.
PERUBAHAN SISTEM PERNAPASAN
Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari
pertukaran gas melalui plasenta. Perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada dalam
lingkungan interna (dalam kandungan Ibu) yang hangat dan segala kebutuhannya
terpenuhi (O2 dan nutrisi) ke lingkungan eksterna (diluar kandungan ibu) Setelah bayi lahir, pertukaran gas
harus melalui paru – paru. Bayi tersebut harus mendapat oksigen melalui sistem sirkulasi pernapasannya
sendiri yang baru, mendapatkan nutrisi oral untuk mempertahankan kadar gula
yang cukup, mengatur suhu tubuh dan melawan setiap penyakit.
a. Perkembangan
paru-paru
Paru-paru berasal dari titik tumbuh
yang muncul dari pharynx yang bercabang
dan kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan bronkus, proses ini terus berlanjut
sampai sekitar usia 8 tahun, sampai jumlah bronkus dan alveolus akan sepenuhnya berkembang, walaupun
janin memperlihatkan adanya gerakan napas sepanjang trimester II dan III.
Paru-paru yang tidak matang akan mengurangi kelangsungan hidup BBL sebelum usia
24 minggu. Hal ini disebabkan karena keterbatasan permukaan alveolus,
ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru dan tidak tercukupinya jumlah
surfaktan.
b. Awal
Adanya Napas
Faktor-faktor yang berperan pada
rangsangan nafas pertama bayi adalah:
ü
Hipoksia pada akhir persalinan dan
rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernafasan di
otak.
ü
Tekanan terhadap rongga dada, yang
terjadi karena kompresi paru - paru selama persalinan, yang merangsang masuknya
udara ke dalam paru - paru secara mekanis. Interaksi antara system pernapasan,
kardiovaskuler dan susunan saraf pusat menimbulkan pernapasan yang teratur dan
berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk kehidupan.
ü
Penimbunan karbondioksida (CO2)
Setelah bayi
lahir, kadar CO2 meningkat dalam darah dan akan merangsang pernafasan.
Berurangnya O2 akan mengurangi gerakan pernafasan janin, tetapi sebaliknya
kenaikan CO2 akan menambah frekuensi dan tingkat gerakan pernapasan janin.
ü
Perubahan suhu
Keadaan dingin
akan merangsang pernapasan.
c. Surfaktan dan
upaya respirasi untuk bernapas
Upaya pernapasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :
Ø Mengeluarkan cairan dalam paru-paru
Ø Mengembangkan
jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali.
Agar alveolus dapat berfungsi, harus
terdapat surfaktan (lemak
lesitin /
sfingomielin) yang cukup dan aliran darah ke paru –
paru. Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan, dan jumlahnya
meningkat sampai paru-paru matang (sekitar 30-34 minggu kehamilan). Fungsi surfaktan
adalah untuk mengurangi tekanan permukaan paru dan membantu untuk
menstabilkandinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasan.
Fungsi surfaktan adalah untuk mengurangi tekanan permukaan
paru dan membantu untuk menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak kolaps
pada akhir pernapasan. Tidak adanya surfaktan menyebabkan
alveoli kolaps setiap saat akhir pernapasan, yang menyebabkan sulit bernafas.
Peningkatan kebutuhan ini memerlukan penggunaan lebih banyak oksigen dan
glukosa. Berbagai peningkatan ini menyebabkan stres pada bayi yang sebelumnya
sudah terganggu.
d. Dari cairan menuju udara
Bayi cukup
bulan mempunyai cairan di paru-parunya. Pada saat bayi melewati jalan lahir
selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini diperas keluar dari paru-paru.
Seorang bayi yang dilahirkan secara sectio sesaria kehilangan keuntungan dari kompresi rongga dada dan dapat
menderita paru-paru basah dalam jangka waktu lebih lama. Dengan beberapa kali tarikan napas yang pertama udara memenuhi ruangan
trakea dan bronkus BBL. Sisa cairan di paru-paru dikeluarkan dari paru-paru dan
diserap oleh pembuluh limfe dan darah.
e. Fungsi sistem pernapasan dan kaitannya dengan fungsi
kardiovaskuler.
Oksigenasi yang
memadai merupakan faktor yang sangat penting dalam mempertahankan kecukupan
pertukaran udara.
Jika terdapat
hipoksia, pembuluh darah paru -
paru akan
mengalami vasokontriksi. Jika hal ini terjadi, berarti tidak ada pembuluh darah
yang terbuka guna menerima oksigen yang berada dalam alveoli, sehingga
menyebabkan penurunan oksigen jaringan, yang akan memperburuk hipoksia.
Peningkatan
aliran darah paru-paru akan memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan akan
membantu menghilangkan cairan paru-paru sehingga akan mendorong terjadinya
peningkatan sirkulasi limfe dan membantu mengilangkan cairan paru-paru sehingga
akan mendorong terjadinya peningkatan sirkulasi limfe dan membantu
menghilangkan cairan paru-paru serta merangsang perubahan sirkulasi limfe dan
membantu menghilangkan cairan paru-paru serta dan merangsang
perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim.
B. PERUBAHAN SISTEM PEREDARAN DARAH
Sistem sirkulasi darah terdiri dari jantung,
dan serangkaian pembuluh yaitu arteri, kapiler dan vena. Sistem ini berguna
untuk membagikan bahan nutrisi, oksigen dan hormon ke seluruh bagian tubuh
kemudian mengangkut limbah metabolisme sel tubuh. Setelah lahir darah BBL harus
melewati paru untuk mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh
guna mengantarkan oksigen ke jaringan.
Pada waktu bayi lahir, terjadi pelepasan dari plasenta
secara mendadak (saat umbilical cord dipotong/dijepit), tekanan atrium kanan
menjadi rendah, tahanan pembuluh darah sistemik (SVR) naik dan pada saat yang
sama paru mengembang, tahanan vaskular paru menyebabkan penutupan foramen ovale
(menutup setelah beberapa minggu), aliran darah di duktus arteriosus bottali
berbalik dari kiri ke kanan. Kejadian ini disebut sirkulasi transisi. Penutupan disebabkan kontraksi otot
polos pada akhir arteri pulmonalis dan secara anatomis pada usia 2-3 minggu.
Pada neonatus, reaksi pembuluh darah masih sangat kurang
sehingga keadaan kehilangan darah, dehidrasi dan kelebihan volume juga sangat
kurang cermat dan teliti. Tekanan sistolik merupakan indikator yang baik untuk
adekuat terhadap penggantian volume. Otoregulasi aliran darah otak pada bayi
baru lahir tetap terpelihara normal pada tekanan sistemik antara 60-130mmHg.
Frekuensi nadi bayi rata-rata 120 x/menit dengan tekanan darah sekitar 80/60
mmHg.
Konsentrasi hemoglobin janin dan ibu berbeda pada saat
kehamilan cukup bulan. Hemoglobin ibu mencapai hampir 12 g/100ml, berbeda
dengan hemoglobin janin, yang berkisar 15g/100 ml. Tiap gram hemoglobin mampu
mengangkut 1,34 ml oksigen. Kemampuan ini menigkat kemampuan darah janin untuk
mengangkut oksigen ditambah lagi afinitas oksigen darah janin yang tinggi
memudahkan perpindahan oksigen dari ibu ke janin.
Untuk
membuat sirkulasi yang baik, kehidupan diluar rahim harus terjadi 2 perubahan
besar:
·
Penutupan foramen ovale pada atrium jantung
·
Perubahan duktus anteriosus antara paru-paru dan aorta.
Dua
peristiwa yang merubah tekanan dalam sistem pembuluh darah:
Ø Pada saat tali pusat dipotong
resistensi pembuluh sistemik meningkat dan tekanan atrium kanan menurun,
tekanan atrium menurun karena berkurangnya aliran darah ke atrium kanan
tersebut. Hal ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium kanan itu
sendiri. Kedua kejadian ini membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit
mengalir ke paru-paru untuk menjalani proses oksigenasi ulang.
Ø Pernafasan pertama menurunkan
resistensi pada pembuluh darah paru-paru dan meningkatkan tekanan pada atrium
kanan oksigen pada pernafasan ini menimbulkan relaksasi dan terbukanya system
pembuluh darah paru. Peningkatan sirkulasi ke paru-paru mengakibatkan
peningkatan volume darah dan tekanan pada atrium kanan dengan peningkatan
tekanan atrium kanan ini dan penurunan pada atrium kiri, foramen kanan ini dan
penusuran pada atrium kiri, foramen ovale secara fungsional akan menutup.
Perbedaan
sirkulasi darah fetus dan bayi
Sirkulasi darah fetus:
·
Vena umbilicus : membawa darah yang telah mengalami
deoksigenasi dari plasenta ke permukaan dalam hepar
·
Ductus venosus : meninggalkan vena umbilicus sebelum
mencapai hepar dan mengalirkan sebagian besar darah baru yang mengalami oksigenasi
ke dalam vena cava inferior
·
Foramen ovale : merupakan lubang yang memungkinkan darah
lewat atrium dekstra ke dalam ventriculus sinistra
·
Ductus arteriousus : merupakan bypass yang terbentang dari
ventriculus dexter dan aorta desendens
·
Arteri hypogastrica : dua pembuluh darah yang mengembalikan
darah dari fetus ke plasenta. Pada feniculus umbilicus, arteri ini dikenal
sebagai arteri umbilicalis, arteri ini dikenal sebagai arteri umbilicalis. Di
dalam tubuh fetus arteri tersebut dikenal sebagai arteri hypogaastica.
Sistem sirkulasi fetus:
·
Vena umbulicalis : membawa darah yang kaya oksigen dari
plasenta ke permukaan dalam hepar. Vena hepatica meninggalkan hepar dan
mengambalikan darah ke vena cava inferior.
·
Ductus venosus : adalah cabang-cabang dari vena umbilicalis
dan mengalirkan sejumlah besar darah yang mengalami oksigenasi ke dalam vena
cava inferior.
·
Vena cava inferior : mengembalikan darah dari kepala dan
ekstermitas superior ke atrium dextrum. Darah ini bersama sisa aliran yang
dibawa oleh vena cava inferior melewati vulvula tricuspidalis masuk ke dalam
venriculus dexter.
·
Arteri pulmonalis : mengalirakan darah campuran ke paru-paru
yang nonfungsional masuk ke dalam venriculus dexter.
·
Ductus arteriosus : mengalirkan sebagian besar darah dari
vena venticulus dexter ke dalam aorta descendens untuk memasok darah
bagiabdomen, pelvis dan ekstermitas inferior.
·
Arteri hypogastrica : merupakan lanjutan dari arteria
illiaca interna, membawa darah kembali ke plasenta dengan mengandung lebih
banyak oksigen dan nutrien yang di pasok dari peredaran darah maternal.
Sirkulasi darah janin
Darah yang kaya oksigen dan nutrisi
yang berasal dari plasenta melalui vena umbilicalis masuk ke dalam tubuh janin.
Sebagian besar darah tersebut melewati duktus venosus arantii mengalir ke vena
kava inferior. Dalam atrium dekstra sebgaian darah akan mengalir ke atrium
sinistra malalui foramen ovale, dar atrium sinistra darah mengalir ke ventrikel
krir kemudian ke aorta.
Sebagian kecil darah dari atrium
kanan mengalir ke ventrikal kanan bersama dengan darah yang berasal dari vena
kava superior. Karena terdapat tekanan pada paru-paru yang belum berkembang
maka darah yang seharusnya dari ventrikal kanan melalui arteri pulmonalis ke paru-paru
akan mengalir ke aorta melalui duktus botalli. Sebagian kecil akan ke
paru-paru, selanjutnya ke atrium sinistra melalui vena pulmonalis. Darah dari
aorta akan mengalir ke seluruh tubuh. Darh hasil sisa pembengkakandialirkan ke
plasenta dengan 2 arteri umbilikalis.
Ketika janin lahir, bayi akan
menangis kuat dan menghirup udara maka paru-paru akan berkembang, tekanan dalam
paru-paru akan mengecil dan seolah darah terhisap ke paru-paru maka duktus
batolli tidak berfungsi lagi. Karena tekanan dalam atrium kiri meningkat,
foramen ovale akan ertutup, dan akibat tali pusat dipotong dan diikat maka
arteri umbilikalis dan duktus venosus arentii mengalami obiliterasi.
Perbedaan sirkulasi fetus dan sirkulasi neonatal
No
|
Perbedaan
|
Sirkulasi fetus
|
Sirkulasi neonatal
|
1
|
Sirkulasi fulmonal
|
Aktif, kurang berkembang
|
Aktif,perkembangan meningkat
|
2
|
Foramen ovale
|
Terbuka
|
Tertutup
|
3
|
Duktus arteriosus bottali
|
Terbuka
|
Tertutup
|
4
|
Duktus venosus arantii
|
Terbuka
|
Tertutup
|
5
|
Sirkulasi sistemik
|
Aktif dengan resisten rendah
|
Aktif dengan meningkatnya resisten
|
Perubahan pada saat lahir:
1. Penghentian pasokan darah dari
plasenta
2. Pengembangan dan pengisian udara
pada paru-paru
3. Penutup foramen ovale
4. Fibrosis
5. Vena umbilicalis
6. Ductus venosus
7. Atrei hypogastrica
8. Ductus arteriosus
Sistem
hematologi
Aliran darah fetal bermula dari vena umbilikalis, akibat
tahanan pembuluh paru yang besar (lebih tinggi dibanding tahanan vaskular
sistemik = SVR) hanya 10 % dari keluaran ventrikal kanan yang sampai paru, sedangkan sisanya (90%) terjadi sbunting
kanan dan ke kiri melalui duktus arteriosus bottali.
Pada waktu bayi lahir, terjadi pelepasan dari plasenta
secara mendadak (saat umbilical cord dipotong/dijepit), tekanan atrium kanan
menjadi rendah, tahanan pembuluh darah sistemik (SVR) naik dan pada saat yang
sama paru mengembang, tahanan vaskular paru menyebabkan penutupan foramen ovale
(menutup setelah beberapa minggu), aliran darah di duktus arteriosus bottali
berbalik dari kiri ke kanan. Kejadian ini disebut sirkulasi transisi. Penutupan
disebabkan kontraksi otot polos pada akhir arteri pulmonalis dan secara
anatomis pada usia 2-3 minggu.
Pada neonatus, reaksi pembuluh darah masih sangat kurang
sehingga keadaan kehilangan darah, dehidrasi, dan kelebihan volume juga sangat
kurang cermat dan teliti. Tekanan sistolik merupakan indikator yang baik untuk
adekuat terhadap penggantian volume. Otoregulasi aliran darah otak pada bayi
baru lahir tetap terpelihara normal pada tekanan sistemik antara 60-130mmHg.
Frekuensi nadi bayi rata-rata 120 x/menit dengan tekanan darah sekitar 80/60
mmHg.
Afinitas oksigen dan hemoglobin
Konsentrasi hemoglobin janin dan ibu berbeda pada saat
kehamilan cukup bulan. Hemoglobin ibu mencapai hampir 12 g/100ml, berbeda
dengan hemoglobin janin, yang berkisar 15g/100 ml. Tiap gram hemoglobin mampu
mengangkut 1,34 ml oksigen. Kemampuan ini menigkat kemampuan darah janin untuk
mengangkut oksigen ditambah lagi afinitas oksigen darah janin yang tinggi
memudahkan perpindahan oksigen dari ibu ke janin.
C. PENGATURAN SUHU
Bayi baru lahir
belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan mengalami stress dengan
adanya perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke
lingkungan luar yang suhunya lebih tinggi. Suhu dingin ini menyebabkan air
ketuban menguap lewat kulit. pada
lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan
usaha utama seorang bayi untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan
suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak coklat untuk produksi
panas. Timbunan lemak coklat terdapat di seluruh tubuh dan mampu meningkatkan
panas tubuh sampai 100%. Untuk membakar lemak coklat, sering bayi harus
menggunakan glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi
panas. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh seorang BBL. Cadangan lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat
dengan adanya stress dingin. Semakin lama
usia kehamilan semakin banyak persediaan lemak coklat bayi.
Tanda Dan Gejala Hipotermia
Hipotermia
dapat terjadi setiap saat apabila suhu di sekeliling bayi rendah dan upaya
mempertahankan suhu tubuh tidak diterapkan secara tepat terutama pada masa
stabilisasi yaitu 6-12 jam pertama setelah lahir. Misalkan bayi baru lahir
dibiarkan basah dan telanjang selama menunggu plasenta lahir meskipun
lingkungan di sekitar bayi cukup hangat.
Gejala awal
hipotermi apabila suhu <36°C atau kedua kaki & tangan teraba dingin.
Bila seluruh tubuh bayi terasa dingin maka bayi sudah mengalami hipotermi
sedang (suhu 32-36°C). Disebut hipotermi berat bila suhu <32°C, diperlukan
termometer ukuran rendah (low reading thermometer) yang dapat mengukur sampai
25°C. (Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo, 2001). Disamping sebagai
suatu gejala, hipotermi merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian.
(Indarso, F, 2001). Sedangkan menurut Sandra M.T. (1997) bahwa hipotermi yaitu
kondisi dimana suhu inti tubuh turun sampai dibawah 35°C.
Tanda dan Gejala hipotermia:
Sejalan dengan menurunnya suhu
tubuh, bayi menjadi kurang aktif, letargis, hipotonus, tidak kuat menghisap ASI
dan menangis lemah.
Pernapasan megap-megap dan lambat,
denyut jantung menurun.
Timbul sklerema : kulit mengeras
berwarna kemerahan terutama dibagian punggung, tungkai dan lengan.
Muka bayi berwarna merah terang
Hipotermia menyebabkan terjadinya
perubahan metabolisme tubuh yang akan berakhir dengan kegagalan fungsi jantung,
perdarahan terutama pada paru-paru, ikterus dan kematian.
Penilaian Hipotermi Bayi Baru Lahir
a. Gejala
Hipotermi Bayi Baru Lahir
Ø Bayi tidak
mau minum atau menetek
Ø Bayi tampak
lesu atau mengantuk saja
Ø Tubuh bayi
teraba dingin
Ø Dalam
keadaan berat, denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh bayi mengeras (Skleremia)
b. Tanda-Tanda
Hipotermi Sedang (Stress Dingin)
Aktifitas berkurang, letargis
Tangisan lemah
Kulit berwarna tidak rata
Kemampuan menghisap lemah
Kaki teraba dingin
c. Tanda-Tanda
Hipotermi Berat (Cedera Dingin)
Sama dengan hipotermi sedang
Bibir dan kuku kebiruan
Pernafasan lambat
Pernafasan tidak teratur
Bunyi jantung lambat
Selanjutnya mungkin timbul
hipoglikemi dan asidosis metabolic
d. Tanda-Tanda
Stadium Lanjut Hipotermi
v Muka, ujung
kaki dan tangan berwarna merah terang
v Bagian tubuh
lainnya pucat
v Kulit
memgeras dan timbul kemerahan pada punggung, kaki dan tangan (Sklerema)
Mekanisme Kehilangan Panas Tubuh
Bayi
Bayi baru lahir dapat kehilangan
panas tubuhnya melalui cara-cara berikut:
v Evaporasi
adalah jalan
utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas dapat terjadi karena penguapan
cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena
setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan. Kehilangan panas juga
terjadi pada bayi yang terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera
dikeringkan dan diselimuti. Misal : BBL tidak langsung dikeringkan dari air
ketuban, selimut atau popok basah bersentuhan dengan kulit bayi.
v Konduksi
adalah
kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan
permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur atau timbangan yang temperaturnya
lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme
konduksi apabila bayi diletakkan diatas benda-benda tersebut. Misal :
popok/celana basah tidak langsung digantI, tangan perawat yang dingin, tempat
tidur, selimut, stetoskop yang dingin
v Konveksi
adalah
kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih
dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di dalam ruangan yang dingin akan
cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika terjadi
konveksi aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi atau
pendingin ruangan. Misal : BBL diletakkan dekat pintu/jendela terbuka, Aliran
udara dari pipa AC.
v Radiasi
adalah
kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda-benda yang
mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi bisa kehilangan
panas dengan cara ini karena benda-benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh
bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung). misal : BBL diletakkan
ditempat yang dingin, Udara dingin pada dinding luar dan jendela, Penyekat
tempat tidur bayi yang dingin.
Pencegahan Kehilangan Panas
Mekanisme
pengaturan temperatur tubuh pada bayi baru lahir, belum berfungsi sempurna.
Oleh karena itu, jika tidak segera dilakukan upaya pencegahan kehilangan panas
tubuh maka bayi baru lahir dapat mengalami hipotermia. Bayi dengan hipotermia,
sangat berisiko tinggi untuk mengalami kesakitan berat atau bahkan kematian.
Hipotermia mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak
segera dikeringkan dan diselimuti walaupun berada di dalam ruangan yang relatif
hangat.
Mengatasi
kedinginan ini dengan memberinya selimut. Hangatkan pula suhu lingkungan atau
ruangan dimana bayi berada. Jika di ruang ber-AC atur suhu AC batas maksimal(
hindari suhu yang terlalu rendah) dan taruh bayi jauh dari udara AC yang
berhembus. Jika perlu bisa dengan mematikan AC atau menghangatkan ubuh anak
dengan lampu 60 watt yang ditempatkan di atas tempat tidurnya. Jaraknya kurang
lebih 1,5 meter dari tubuh anak.
Mencegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya sebagai berikut:
ü Keringkan
tubuh bayi tanpa menghilangkan verniks
Keringkan bayi mulai dari muka,
kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan
verniks. Verniks akan membantu menghangatkan tubuh bayi. Ganti handuk basah
dengan handuk/kain yang kering. Biarkan bayi di atas perut ibu.
ü Letakkan
bayi agar terjadi kontak kulit ibu ke kulit bayi
Letakkan bayi tengkurap di dada
ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada/perut ibu. Usahakan
kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi sedikit lebih rendah
dari puting payudara ibu. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di
dada ibu paling sedikit 1 jam.
ü Selimuti ibu
dan bayi dan pakaikan topi di kepala bayi
Selimuti tubuh ibu dan bayi
dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi. Bagian kepala bayi memiliki
luas permukaan yang relatif luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas
jika bagian tersebut tidak tertutup.
ü Jangan
segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
Lakukan penimbangan setelah satu
jam kontak kulit ibu ke kulit bayi dan bayi selesai menyusu. Karena bayi baru
lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya (terutama jika tidak
berpakaian), sebelum melakukan penimbangan, terlebih dahulu selimuti bayi
dengan kain atau selimut bersih dan kering. Berat badan bayi dapat dinilai dari
selisih, berat bayi pada saat berpakaian/diselimuti dikurangi dengan berat
pakaian/selimut. Bayi sebaiknya dimandikan sekitar enam jam atau lebih setelah lahir.
Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama setelah lahir dapat menyebabkan
hipotermia yang sangat membahayakan kesehatan bayi baru lahir.
ü Segera
setelah tubuh bayi dikeringkan dan tali pusat dipotong, ganti handuk dan kain
yang telah dipakai kemudian selimuti bayi dengan selimut dan kain hangat,
kering dan bersih. Kain basah yang diletakkan dekat tubuh bayi akan menyebabkan
bayi tersebut mengalami kehilangan panas tubuh. Jika selimut bayi harus dibuka
untuk melakukan suatu prosedur, segera selimuti kembali dengan handuk atau
selimut kering, segera setelah prosedur tersebut selesai.
ü Anjurkan ibu
untuk memeluk dan memberikan ASI.
Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat
menjaga kehangatan tubuh dan mencegah kehilangan panas. Anjurkan ibu untuk
menyusukan bayinya segera setelah lahir. Sebaiknya pemberian asi harus dimulai
dalam waktu satu jam pertama kelahiran.
ü Tempatkan
bayi dilingkungan hangat
Idealnya bayi baru lahir
ditempatkan ditempat tidur yang sama dengan ibunya ditempat tidur yang sama.
Menempatkan bayi bersama ibunya adalah cara yang paling mudah untuk menjaga
agar bayi tetap hangat, mendorong ibu segera menyukan bayinya dan mencegah
paparan infeksi pada bayi.
ü Rangsangan
taktil
Upaya ini
merupakan cara untuk mengaktifkan berbagai refleks protektif pada tubuh bayi
baru lahir. Mengeringkan tubuh bayi juga merupakan tindakan stimulasi. Untuk
bayi yang sehat hal ini biasanya cukup untuk merangsang terjadinya pernafasan
spontan. Jika bayi tidak memberikan respon terhadap pengeringan dan rangsangan
taktil, kemudian menunjukkan tanda-tanda kegawatan, segera lakukan tindakan
untuk membantu pernafasan.
D.
METABOLISME GLUKOSA
Untuk memfungsikan otak memerlukan
glukosa dalam jumlah tertentu. Dengan tindakan penjepitan tali pusat dengan
klem pada saat lahir seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa
darahnya sendiri. Pada setiap bayi baru lahir, glukosa darah akan turun dalam
waktu cepat (1 sampai 2 jam).
Koreksi
penurunan kadar gula darah dapat dilakukan dengan 3 cara :
o
melalui penggunaan ASI
o
melaui penggunaan cadangan glikogen
o
melalui pembuatan glukosa dari
sumber lain terutama lemak.
Gejala
hipoglikemi dapat tidak jelas dan tidak khas, meliputi; kejang-kejang halus,
sianosis, apneu, tangis lemah, letargi, lunglai dan
menolak makanan. Hipoglikemi juga dapat tanpa gejala pada awalnya. Akibat
jangka panjang hipoglikemi adalah kerusakan yang meluas di seluruh di sel-sel
otak.
Bayi baru lahir kurang bulan, lewat
bulan, hambatan pertumbuhan dalam rahim dan disstres janin merupakan resiko
utama, karena simpanan energi berkurang atau digunakan sebelum lahir.
Gejala-gejala hipoglikemi bisa tidak
jelas dan tidak khas meliputi:
o Kejang-kejang halus
o Sianosis
o Apneu
o Tangis lemah
o Letargi
o Lunglai
E.
GASTROINTESTINAL
Sebelum lahir, janin cukup bulan
akan mulai menghisap dan menelan. Reflek gumoh dan reflek batuk yang matang
sudah terbentuk baik pada saat lahir.
Kemampuan bayi baru lahir cukup
bulan untuk menelan dan mencerna makanan (selain susu) masih terbatas. Hubungan
antara esofagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang mengakibatkan
“gumoh” pada bayi baru lahir dan neonatus, kapasitas lambung masih terbatas
kurang dari 30 cc untuk bayi baru lahir cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan
bertambah secara lambat bersamaan dengan tumbuhnya bayi baru lahir. Pengaturan
makanan yang sering oleh bayi sendiri penting contohnya.
Sistem gastrointestinal pada bayi
baru lahir cukup bulan relatif matur. Sebelum lahir, janin cukup bulan
mempraktikkan perilaku menghisap dan menelan. Refleks muntah dan batuk yang
matur telah lengkap pada saat lahir. Sfingter jantung (sambungan esofagus bawah
dan lambung) tidak sempurna, yang membuat regurgitasi isi lambung dalam jumlah
banyak pada bayi baru lahir dan bayi muda. Kapasitas lambungpada bayi cukup
terbatas, kurang dari 30 cc untuk bayi baru lahir cukup bulan.
Usus bayi baru lahir relatif tidak
matur. Sistem otot yang menyusun organ tersebut lebih tipis dan kurang efisien
dibandingkan pada orang dewasa sehingga gelombang feristaltik tidak dapat
diprediksikan. Kolon pada BBL cenderung mengalami kompliksi kehilangan cairan.
Kondisi ini mebuat penyakit diare kemungkinan besar serius pada bayi muda.
Kemampuan neonatus mencerna, mengabsorpsi,
dan memetabolisme makanan tidak berbeda dari anak-anak. Namun, ada tiga pengecualian,
yaitu sebagai berikut:
v Sekresi amilase pankreas pada
neonatus tidak mencukupi sehingga bayi menggunakan hati kurang adekuat dari
pada anak-anak. Namun, bayi mudah mengasimilasi disakarida dan monosakarida.
v Absorpsi lemak dari saluran
pencernaan sedikit kurang daripada anak-anak. Akibatnya, penggunaan susu dengan
kadar lemak tinggi seperti susu sapi sering tidak adekuat.
v Oleh karena fungsi hati selama
paling sedikit seminggu pertama kehidupan tidak sempurnah, konsentrasi glukosa
dalam darah tidak stabil dan sering rendah.
F.
KEKEBALAN TUBUH
Sistem imunitas bayi baru lahir
masih belum matang, sehingga menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai
infeksi dan alergi. Sistem imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami
maupun yang di dapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang mencegah atau
meminimalkan infeksi. Berikut beberapa contoh kekebalan alami:
Ø perlindungan oleh kulit membran
mukosa
Ø fungsi saringan saluran napas
Ø pembentukan koloni mikroba oleh klit
dan usus
Ø perlindungan kimia oleh lingkungan
asam lambung
Kekebalan alami juga disediakan pada
tingkat sel yaitu oleh sel darah yang membantu BBL membunuh mikroorganisme
asing. Tetapi pada BBL se-sel darah ini masih belum matang, artinya BBL
tersebut belum mampu melokalisasi dan memerangi infeksi secara efisien.
Kekebalan yang didapat akan muncul
kemudian. BBL dengan kekebalan pasif mengandung banyak virus dalam tubuh
ibunya. Reaksi antibodi keseluruhan terhadap antigen asing masih belum dapat
dilakukan sampai awal kehidupa anak. Salah satu tugas utama selama masa bayi
dan balita adalah pembentukan sistem kekebalan tubuh.
Defisiensi kekebalan alami bayi
menyebabkan bayi rentan sekali terjadi infeksi dan reaksi bayi terhadap infeksi
masih lemah. Oleh karena itu, pencegahan terhadap mikroba (seperti pada praktek
persalinan yang aman dan menyusui ASI dini terutama kolostrum) dan deteksi dini
serta pengobatan dini infeksi menjadi sangat penting.
Neonatus mewarisi banyak kekebalan
dari ibunya karena banyak antibodi berdifusi dari darah ibu melalui plasenta
masuk fetus. Akan tetapi, neonatus sendiri tidak membentuk antibodi yang
bermakna. Menjelang akhir bulan pertama, gamma globulin bayi yang mengandung
antibodi, turun sampai kurang dari separuh kadar semula disertai penurunan
kekebalan sebanding. Kemudian proses imunisasi bayi mulai membentuk antibodi,
dan konsentrasi gamma globulin pada hakekatnya kembali ke normal menjelang usia
6 sampai 20 tahun.
Comments
Post a Comment