Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal

Image
  Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa contoh upaya kolaboratif yang dapat dilakukan: 1.       Kolaborasi antara tenaga medis dan bidan: Tim medis yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan dapat bekerja sama untuk memberikan pelayanan kesehatan yang holistik kepada ibu hamil dan bayi yang akan lahir. Dengan saling berbagi pengetahuan dan keterampilan, mereka dapat meningkatkan pemantauan kehamilan, memberikan perawatan prenatal yang tepat, dan menangani komplikasi saat melahirkan. 2.       Kemitraan antara lembaga kesehatan dan masyarakat: Kolaborasi antara fasilitas kesehatan, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan maternal dan perinatal. Misalnya, mengadakan kampanye penyuluhan dan program edukasi di komunitas mengenai perawa

RPP: ADAPTASI BAYI SEGERA SETELAH LAHIR




RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
ADAPTASI BAYI SEGERA SETELAH LAHIR
(ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN & BBL)


Bidang studi                      : ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BBL
Kode Bidang Studi           : Bd.332
Beban Studi                       : 5 SKS (T : 3 P : 3)
Pokok Bahasan                  : Menjelaskan adaptasi bayi segera setelah lahir
Sub Pokok Bahasan           : Adaptasi bayi segera setelah lahir
-          Perubahan sistem pernapasan
-          Perubahan sistem peredaran darah
-          Perubahan sistim pengaturan suhu
-          Metabolisme
-          Glucosa
-          Gastrointestinal
Sasaran/Program study      : Mahasiswa D III Kebidanan
Waktu                                : 3 x 50 Menit
Dosen                                :

A.    STANDAR KOMPETENSI, KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
1.      Standar Kompetensi
Setelah menyelesaikan perkuliahan mahasiswa diharapkan mampu memahami Adaptasi bayi segera setelah lahir.
2.      Kompetesi Dasar
Diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan tentang adaptasi bayi segera setelah lahir.
3.      Indikator
Adaptasi bayi segera setelah lahir:
1.      Menjelaskan Adaptasi bayi segera setelah lahir  tentang perubahan sistem pernapasan
2.      Menjelaskan Adaptasi bayi segera setelah lahir  tentang perubahan sistem peredaran darah
3.      Menjelaskan Adaptasi bayi segera setelah lahir  tentang Perubahan sistim pengaturan suhu
4.      Menjelaskan Adaptasi bayi segera setelah lahir  tentang Metabolisme
5.      Menjelaskan Adaptasi bayi segera setelah lahir  tentang Glucosa
6.      Menjelaskan Adaptasi bayi segera setelah lahir  tentang Gastrointestinal

B.     MATERI
Adaptasi bayi segera setelah lahir
-          Perubahan sistem pernapasan
-          Perubahan sistem peredaran darah
-          Perubahan sistim pengaturan suhu
-          Metabolisme
-          Glucosa
-          Gastrointestinal

C.    TUJUAN PEMBELAJARAN
Diahir kegiatan pembelajaran mahasiswa dapat:
1.      Menjelaskan Adaptasi bayi segera setelah lahir  tentang perubahan sistem pernapasan
2.      Menjelaskan Adaptasi bayi segera setelah lahir  tentang perubahan sistem peredaran darah
3.      Menjelaskan Adaptasi bayi segera setelah lahir  tentang Perubahan sistim pengaturan suhu
7.      Menjelaskan Adaptasi bayi segera setelah lahir  tentang Metabolisme
8.      Menjelaskan Adaptasi bayi segera setelah lahir  tentang Glucosa
9.      Menjelaskan Adaptasi bayi segera setelah lahir  tentang Gastrointestinal

D.    REFERENSI
-          Sudarti, dkk. 2012. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita. Yogyakarta: Nuha Medika
-          Marimbi, H. 2010. Biologi Reproduksi.Yogyakarta: Nuha medika.
-          Dewi,L. Nanny Vivian. 2010. Asuhan Neonatal Bayi dan Bidan. Jakarta: Salemba Medika.
-          Wulandari,F. Ayu. 2011. Biologi Reproduksi. Jakarta: Salemba Medika
-          Mirawati, Dwi. 2010. Buku Ajar Bilogi Reproduksi. Jakarta: EGC.


E.     METODE
1.      Ceramah
2.      Tanya jawab

F.     ALAT dan MEDIA
-          Laptop
-          Papan tulis
-          Spidol
-          LCD

G.    KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
Tahap kegiatan
Kegiatan pengajaran
Kegiatan mahasiswa
Pembukaan
( 5 Menit )
-          Memberi salam
-          Membuka daftar hadir
-          Menjelaskan tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran
-          Penekanan pentingnya materi yang akan disampaikan
-          Memberikan apersepsi
-          Menjawab salam
-          Mendengarkan

Penyampaian materi ( 125 Menit )
-          Menjelaskan materi tentang
Adaptasi bayi segera setelah lahir
ü  Perubahan sistem pernapasan
ü  Perubahan sistem peredaran darah
ü  Perubahan sistim pengaturan suhu
ü  Metabolisme
ü  Glucosa
ü  Gastrointestinal
-          Menjawab pertanyaan mahasiswa
-          Mendengarkan dan memperhatikan dosen dengan seksama
-          Mahasiswa menanyakan hal-hal yang belum jelas di sela-sela penyajian materi
-          Memperhatikan penjelasan dosen
-          Mahasiswa mencatat materi penjelasan dosen
Rangkuman dan Evaluasi
( 15 Menit )
-          Menyimpulkan materi yang telah disampaikan
-          Memberikan pertanyaan
-          Mendengarkan, memperhatikan dan memahami
-          Menjawab pertanyaan yang diajukan
Penutup
( 5 Menit )
-          Memberikan motivasi kepada mahasiswa untuk rajin belajar
-          Mengucapkan salam
-          Mendengarkan
-          Menjawab salam

H.    EVALUASI
SOAL
1.      Apa fungsi Upaya pernapasan pertama seorang bayi ?
2.      Untuk membuat sirkulasi yang baik pada bayi baru lahir, kehidupan diluar rahim harus terjadi 2 perubahan besar. Sebutkan!
3.      Jelaskan 5 Tanda dan Gejala hipotermia!
4.     Koreksi penurunan kadar gula darah dapat dilakukan dengan 3 cara, sebutkan!
5.      Kemampuan neonatus mencerna, mengabsorpsi, dan memetabolisme makanan tidak berbeda dari anak-anak. Jelaskan tiga pengecualiannya!
6.      Sebutkan 4 contoh kekebalan alami pada bayi baru lahir!

JAWABAN
1)       
Ø  Mengeluarkan cairan dalam paru-paru
Ø  Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali
2)       
*       Penutupan foramen ovale pada atrium jantung
*       Perubahan duktus anteriosus antara paru-paru dan aorta
3)       
*      Sejalan dengan menurunnya suhu tubuh, bayi menjadi kurang aktif, letargis, hipotonus, tidak kuat menghisap ASI dan menangis lemah.
*      Pernapasan megap-megap dan lambat, denyut jantung menurun.
*      Timbul sklerema : kulit mengeras berwarna kemerahan terutama dibagian punggung, tungkai dan lengan.
*      Muka bayi berwarna merah terang
*      Hipotermia menyebabkan terjadinya perubahan metabolisme tubuh yang akan berakhir dengan kegagalan fungsi jantung, perdarahan terutama pada paru-paru, ikterus dan kematian.
4)       
o   melalui penggunaan ASI
o   melaui penggunaan cadangan glikogen
o   melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak.
5)       
v  Sekresi amilase pankreas pada neonatus tidak mencukupi sehingga bayi menggunakan hati kurang adekuat dari pada anak-anak. Namun, bayi mudah mengasimilasi disakarida dan monosakarida.
v  Absorpsi lemak dari saluran pencernaan sedikit kurang daripada anak-anak. Akibatnya, penggunaan susu dengan kadar lemak tinggi seperti susu sapi sering tidak adekuat.
v  Oleh karena fungsi hati selama paling sedikit seminggu pertama kehidupan tidak sempurnah, konsentrasi glukosa dalam darah tidak stabil dan sering rendah.
6)       
Ø  perlindungan oleh kulit membran mukosa
Ø  fungsi saringan saluran napas
Ø  pembentukan koloni mikroba oleh klit dan usus
Ø  perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung



MATERI
ADAPTASI BAYI SEGERA SETELAH LAHIR

Periode adaptasi terhadap kehidupan di luar rahim disebut Periode Transisi. Periode ini berlangsung hingga 1 bulan atau lebih setelah kelahiran untuk beberapa sistem tubuh. Transisi yang paling nyata dan cepat terjadi adalah pada sistem pernapasan dan sirkulasi, sistem termogulasi, dan dalam kemampuan mengambil serta menggunakan glukosa. Adaptasi neonatal adalah Perubahan secara fungsional dari pada kehidupan intrauterin kepada kehidupan ekstrauterin. Mampu beradaptasi akan menjadi homeostasis, gagal beradaptasi akan menjadi morbiditi.
Adaptasi bergantung kepada:
o    Kematangan : Bergantung kepada usia kehamilan
o    Status nutrisi : Berhubung dengan berat badan lahir
o    Toleransi : Kebolehan untuk mengatasi persekitaran baru, mampu bertoleransi kepada keadaan hypoxia, hipoglikemia, pengambilan kalori, dan lain-lain.
o    Kemampuan beradaptasi : Kemampuan dalam beradaptasi terhadap perubahan.
A.    PERUBAHAN  SISTEM PERNAPASAN
Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta. Perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada dalam lingkungan interna (dalam kandungan Ibu) yang hangat dan segala kebutuhannya terpenuhi (O2 dan nutrisi) ke lingkungan eksterna (diluar kandungan ibu) Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru – paru. Bayi tersebut harus mendapat oksigen melalui sistem sirkulasi pernapasannya sendiri yang baru, mendapatkan nutrisi oral untuk mempertahankan kadar gula yang cukup, mengatur suhu tubuh dan melawan setiap penyakit.
a.       Perkembangan paru-paru
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx yang bercabang dan kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan bronkus, proses ini terus berlanjut sampai sekitar usia 8 tahun, sampai jumlah bronkus dan alveolus akan sepenuhnya berkembang, walaupun janin memperlihatkan adanya gerakan napas sepanjang trimester II dan III. Paru-paru yang tidak matang akan mengurangi kelangsungan hidup BBL sebelum usia 24 minggu. Hal ini disebabkan karena keterbatasan permukaan alveolus, ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru dan tidak tercukupinya jumlah surfaktan.
b.      Awal Adanya Napas
Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi adalah:
ü Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernafasan di otak.
ü Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru - paru selama persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam paru - paru secara mekanis. Interaksi antara system pernapasan, kardiovaskuler dan susunan saraf pusat menimbulkan pernapasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk kehidupan.
ü Penimbunan karbondioksida (CO2)
Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat dalam darah dan akan merangsang pernafasan. Berurangnya O2 akan mengurangi gerakan pernafasan janin, tetapi sebaliknya kenaikan CO2 akan menambah frekuensi dan tingkat gerakan pernapasan janin.
ü Perubahan suhu
Keadaan dingin akan merangsang pernapasan.
c.       Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernapas
Upaya pernapasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :
Ø  Mengeluarkan cairan dalam paru-paru
Ø  Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali.
Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat surfaktan (lemak lesitin / sfingomielin) yang cukup dan aliran darah ke paru – paru. Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan, dan jumlahnya meningkat sampai paru-paru matang (sekitar 30-34 minggu kehamilan). Fungsi surfaktan adalah untuk mengurangi tekanan permukaan paru dan membantu untuk menstabilkandinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasan.
Fungsi surfaktan adalah untuk mengurangi tekanan permukaan paru dan membantu untuk menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasan. Tidak adanya surfaktan menyebabkan alveoli kolaps setiap saat akhir pernapasan, yang menyebabkan sulit bernafas. Peningkatan kebutuhan ini memerlukan penggunaan lebih banyak oksigen dan glukosa. Berbagai peningkatan ini menyebabkan stres pada bayi yang sebelumnya sudah terganggu.
d.      Dari cairan menuju udara
Bayi cukup bulan mempunyai cairan di paru-parunya. Pada saat bayi melewati jalan lahir selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini diperas keluar dari paru-paru. Seorang bayi yang dilahirkan secara sectio sesaria kehilangan keuntungan dari kompresi rongga dada dan dapat menderita paru-paru basah dalam jangka waktu lebih lama. Dengan beberapa kali tarikan napas yang pertama udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus BBL. Sisa cairan di paru-paru dikeluarkan dari paru-paru dan diserap oleh pembuluh limfe dan darah.
e.       Fungsi sistem pernapasan dan kaitannya dengan fungsi kardiovaskuler.
Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat penting dalam mempertahankan kecukupan pertukaran udara. Jika terdapat hipoksia, pembuluh darah paru - paru akan mengalami vasokontriksi. Jika hal ini terjadi, berarti tidak ada pembuluh darah yang terbuka guna menerima oksigen yang berada dalam alveoli, sehingga menyebabkan penurunan oksigen jaringan, yang akan memperburuk hipoksia.
Peningkatan aliran darah paru-paru akan memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan akan membantu menghilangkan cairan paru-paru sehingga akan mendorong terjadinya peningkatan sirkulasi limfe dan membantu mengilangkan cairan paru-paru sehingga akan mendorong terjadinya peningkatan sirkulasi limfe dan membantu menghilangkan cairan paru-paru serta merangsang perubahan sirkulasi limfe dan membantu menghilangkan cairan paru-paru serta dan merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim.

B.     PERUBAHAN  SISTEM PEREDARAN DARAH
Sistem sirkulasi darah terdiri dari jantung, dan serangkaian pembuluh yaitu arteri, kapiler dan vena. Sistem ini berguna untuk membagikan bahan nutrisi, oksigen dan hormon ke seluruh bagian tubuh kemudian mengangkut limbah metabolisme sel tubuh. Setelah lahir darah BBL harus melewati paru untuk mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke jaringan.
Pada waktu bayi lahir, terjadi pelepasan dari plasenta secara mendadak (saat umbilical cord dipotong/dijepit), tekanan atrium kanan menjadi rendah, tahanan pembuluh darah sistemik (SVR) naik dan pada saat yang sama paru mengembang, tahanan vaskular paru menyebabkan penutupan foramen ovale (menutup setelah beberapa minggu), aliran darah di duktus arteriosus bottali berbalik dari kiri ke kanan. Kejadian ini disebut sirkulasi transisi. Penutupan disebabkan kontraksi otot polos pada akhir arteri pulmonalis dan secara anatomis pada usia 2-3 minggu.
Pada neonatus, reaksi pembuluh darah masih sangat kurang sehingga keadaan kehilangan darah, dehidrasi dan kelebihan volume juga sangat kurang cermat dan teliti. Tekanan sistolik merupakan indikator yang baik untuk adekuat terhadap penggantian volume. Otoregulasi aliran darah otak pada bayi baru lahir tetap terpelihara normal pada tekanan sistemik antara 60-130mmHg. Frekuensi nadi bayi rata-rata 120 x/menit dengan tekanan darah sekitar 80/60 mmHg.
Konsentrasi hemoglobin janin dan ibu berbeda pada saat kehamilan cukup bulan. Hemoglobin ibu mencapai hampir 12 g/100ml, berbeda dengan hemoglobin janin, yang berkisar 15g/100 ml. Tiap gram hemoglobin mampu mengangkut 1,34 ml oksigen. Kemampuan ini menigkat kemampuan darah janin untuk mengangkut oksigen ditambah lagi afinitas oksigen darah janin yang tinggi memudahkan perpindahan oksigen dari ibu ke janin.
Untuk membuat sirkulasi yang baik, kehidupan diluar rahim harus terjadi 2 perubahan besar:
·         Penutupan foramen ovale pada atrium jantung
·         Perubahan duktus anteriosus antara paru-paru dan aorta.
Dua peristiwa yang merubah tekanan dalam sistem pembuluh darah:
Ø  Pada saat tali pusat dipotong resistensi pembuluh sistemik meningkat dan tekanan atrium kanan menurun, tekanan atrium menurun karena berkurangnya aliran darah ke atrium kanan tersebut. Hal ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium kanan itu sendiri. Kedua kejadian ini membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit mengalir ke paru-paru untuk menjalani proses oksigenasi ulang.
Ø  Pernafasan pertama menurunkan resistensi pada pembuluh darah paru-paru dan meningkatkan tekanan pada atrium kanan oksigen pada pernafasan ini menimbulkan relaksasi dan terbukanya system pembuluh darah paru. Peningkatan sirkulasi ke paru-paru mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan pada atrium kanan dengan peningkatan tekanan atrium kanan ini dan penurunan pada atrium kiri, foramen kanan ini dan penusuran pada atrium kiri, foramen ovale secara fungsional akan menutup.
Perbedaan sirkulasi darah fetus dan bayi
Sirkulasi darah fetus:
·         Vena umbilicus : membawa darah yang telah mengalami deoksigenasi dari plasenta ke permukaan dalam hepar
·         Ductus venosus : meninggalkan vena umbilicus sebelum mencapai hepar dan mengalirkan sebagian besar darah baru yang mengalami oksigenasi ke dalam vena cava inferior
·         Foramen ovale : merupakan lubang yang memungkinkan darah lewat atrium dekstra ke dalam ventriculus sinistra
·         Ductus arteriousus : merupakan bypass yang terbentang dari ventriculus dexter dan aorta desendens
·         Arteri hypogastrica : dua pembuluh darah yang mengembalikan darah dari fetus ke plasenta. Pada feniculus umbilicus, arteri ini dikenal sebagai arteri umbilicalis, arteri ini dikenal sebagai arteri umbilicalis. Di dalam tubuh fetus arteri tersebut dikenal sebagai arteri hypogaastica.
Sistem sirkulasi fetus:
·         Vena umbulicalis : membawa darah yang kaya oksigen dari plasenta ke permukaan dalam hepar. Vena hepatica meninggalkan hepar dan mengambalikan darah ke vena cava inferior.
·         Ductus venosus : adalah cabang-cabang dari vena umbilicalis dan mengalirkan sejumlah besar darah yang mengalami oksigenasi ke dalam vena cava inferior.
·         Vena cava inferior : mengembalikan darah dari kepala dan ekstermitas superior ke atrium dextrum. Darah ini bersama sisa aliran yang dibawa oleh vena cava inferior melewati vulvula tricuspidalis masuk ke dalam venriculus dexter.
·         Arteri pulmonalis : mengalirakan darah campuran ke paru-paru yang nonfungsional masuk ke dalam venriculus dexter.
·         Ductus arteriosus : mengalirkan sebagian besar darah dari vena venticulus dexter ke dalam aorta descendens untuk memasok darah bagiabdomen, pelvis dan ekstermitas inferior.
·         Arteri hypogastrica : merupakan lanjutan dari arteria illiaca interna, membawa darah kembali ke plasenta dengan mengandung lebih banyak oksigen dan nutrien yang di pasok dari peredaran darah maternal.
Sirkulasi darah janin
Darah yang kaya oksigen dan nutrisi yang berasal dari plasenta melalui vena umbilicalis masuk ke dalam tubuh janin. Sebagian besar darah tersebut melewati duktus venosus arantii mengalir ke vena kava inferior. Dalam atrium dekstra sebgaian darah akan mengalir ke atrium sinistra malalui foramen ovale, dar atrium sinistra darah mengalir ke ventrikel krir kemudian ke aorta.
Sebagian kecil darah dari atrium kanan mengalir ke ventrikal kanan bersama dengan darah yang berasal dari vena kava superior. Karena terdapat tekanan pada paru-paru yang belum berkembang maka darah yang seharusnya dari ventrikal kanan melalui arteri pulmonalis ke paru-paru akan mengalir ke aorta melalui duktus botalli. Sebagian kecil akan ke paru-paru, selanjutnya ke atrium sinistra melalui vena pulmonalis. Darah dari aorta akan mengalir ke seluruh tubuh. Darh hasil sisa pembengkakandialirkan ke plasenta dengan 2 arteri umbilikalis.
Ketika janin lahir, bayi akan menangis kuat dan menghirup udara maka paru-paru akan berkembang, tekanan dalam paru-paru akan mengecil dan seolah darah terhisap ke paru-paru maka duktus batolli tidak berfungsi lagi. Karena tekanan dalam atrium kiri meningkat, foramen ovale akan ertutup, dan akibat tali pusat dipotong dan diikat maka arteri umbilikalis dan duktus venosus arentii mengalami obiliterasi.
Perbedaan sirkulasi fetus dan sirkulasi neonatal
No
Perbedaan
Sirkulasi fetus
Sirkulasi neonatal
1
Sirkulasi fulmonal
Aktif, kurang berkembang
Aktif,perkembangan meningkat
2
Foramen ovale
Terbuka
Tertutup
3
Duktus arteriosus bottali
Terbuka
Tertutup
4
Duktus venosus arantii
Terbuka
Tertutup
5
Sirkulasi sistemik
Aktif dengan resisten rendah
Aktif dengan meningkatnya resisten
Perubahan pada saat lahir:
1.      Penghentian pasokan darah dari plasenta
2.      Pengembangan dan pengisian udara pada paru-paru
3.      Penutup foramen ovale
4.      Fibrosis
5.      Vena umbilicalis
6.      Ductus venosus
7.      Atrei hypogastrica
8.      Ductus arteriosus
Sistem hematologi
Aliran darah fetal bermula dari vena umbilikalis, akibat tahanan pembuluh paru yang besar (lebih tinggi dibanding tahanan vaskular sistemik = SVR) hanya 10 % dari keluaran ventrikal kanan yang sampai paru, sedangkan sisanya (90%) terjadi sbunting kanan dan ke kiri melalui duktus arteriosus bottali.
Pada waktu bayi lahir, terjadi pelepasan dari plasenta secara mendadak (saat umbilical cord dipotong/dijepit), tekanan atrium kanan menjadi rendah, tahanan pembuluh darah sistemik (SVR) naik dan pada saat yang sama paru mengembang, tahanan vaskular paru menyebabkan penutupan foramen ovale (menutup setelah beberapa minggu), aliran darah di duktus arteriosus bottali berbalik dari kiri ke kanan. Kejadian ini disebut sirkulasi transisi. Penutupan disebabkan kontraksi otot polos pada akhir arteri pulmonalis dan secara anatomis pada usia 2-3 minggu.
Pada neonatus, reaksi pembuluh darah masih sangat kurang sehingga keadaan kehilangan darah, dehidrasi, dan kelebihan volume juga sangat kurang cermat dan teliti. Tekanan sistolik merupakan indikator yang baik untuk adekuat terhadap penggantian volume. Otoregulasi aliran darah otak pada bayi baru lahir tetap terpelihara normal pada tekanan sistemik antara 60-130mmHg. Frekuensi nadi bayi rata-rata 120 x/menit dengan tekanan darah sekitar 80/60 mmHg.
Afinitas oksigen dan hemoglobin
Konsentrasi hemoglobin janin dan ibu berbeda pada saat kehamilan cukup bulan. Hemoglobin ibu mencapai hampir 12 g/100ml, berbeda dengan hemoglobin janin, yang berkisar 15g/100 ml. Tiap gram hemoglobin mampu mengangkut 1,34 ml oksigen. Kemampuan ini menigkat kemampuan darah janin untuk mengangkut oksigen ditambah lagi afinitas oksigen darah janin yang tinggi memudahkan perpindahan oksigen dari ibu ke janin.
C.   PENGATURAN SUHU
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan mengalami stress dengan adanya perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke lingkungan luar yang suhunya lebih tinggi. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit. pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak coklat untuk produksi panas. Timbunan lemak coklat terdapat di seluruh tubuh dan mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100%. Untuk membakar lemak coklat, sering bayi harus menggunakan glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh seorang BBL. Cadangan lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin. Semakin lama usia kehamilan semakin banyak persediaan lemak coklat bayi.
Tanda Dan Gejala Hipotermia
Hipotermia dapat terjadi setiap saat apabila suhu di sekeliling bayi rendah dan upaya mempertahankan suhu tubuh tidak diterapkan secara tepat terutama pada masa stabilisasi yaitu 6-12 jam pertama setelah lahir. Misalkan bayi baru lahir dibiarkan basah dan telanjang selama menunggu plasenta lahir meskipun lingkungan di sekitar bayi cukup hangat.
Gejala awal hipotermi apabila suhu <36°C atau kedua kaki & tangan teraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi terasa dingin maka bayi sudah mengalami hipotermi sedang (suhu 32-36°C). Disebut hipotermi berat bila suhu <32°C, diperlukan termometer ukuran rendah (low reading thermometer) yang dapat mengukur sampai 25°C. (Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo, 2001). Disamping sebagai suatu gejala, hipotermi merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian. (Indarso, F, 2001). Sedangkan menurut Sandra M.T. (1997) bahwa hipotermi yaitu kondisi dimana suhu inti tubuh turun sampai dibawah 35°C.
Tanda dan Gejala hipotermia:
*      Sejalan dengan menurunnya suhu tubuh, bayi menjadi kurang aktif, letargis, hipotonus, tidak kuat menghisap ASI dan menangis lemah.
*      Pernapasan megap-megap dan lambat, denyut jantung menurun.
*      Timbul sklerema : kulit mengeras berwarna kemerahan terutama dibagian punggung, tungkai dan lengan.
*      Muka bayi berwarna merah terang
*      Hipotermia menyebabkan terjadinya perubahan metabolisme tubuh yang akan berakhir dengan kegagalan fungsi jantung, perdarahan terutama pada paru-paru, ikterus dan kematian.
 Penilaian Hipotermi Bayi Baru Lahir
a.       Gejala Hipotermi Bayi Baru Lahir
Ø  Bayi tidak mau minum atau menetek
Ø  Bayi tampak lesu atau mengantuk saja
Ø  Tubuh bayi teraba dingin
Ø  Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh bayi mengeras (Skleremia)
b.      Tanda-Tanda Hipotermi Sedang (Stress Dingin)
*      Aktifitas berkurang, letargis
*      Tangisan lemah
*      Kulit berwarna tidak rata
*      Kemampuan menghisap lemah
*      Kaki teraba dingin
c.       Tanda-Tanda Hipotermi Berat (Cedera Dingin)
*      Sama dengan hipotermi sedang
*      Bibir dan kuku kebiruan
*      Pernafasan lambat
*      Pernafasan tidak teratur
*      Bunyi jantung lambat
*      Selanjutnya mungkin timbul hipoglikemi dan asidosis metabolic
d.      Tanda-Tanda Stadium Lanjut Hipotermi
v  Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang
v  Bagian tubuh lainnya pucat
v  Kulit memgeras dan timbul kemerahan pada punggung, kaki dan tangan (Sklerema)


Mekanisme Kehilangan Panas Tubuh Bayi
Bayi baru lahir dapat kehilangan panas tubuhnya melalui cara-cara berikut:
v  Evaporasi
adalah jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas dapat terjadi karena penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan. Kehilangan panas juga terjadi pada bayi yang terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselimuti. Misal : BBL tidak langsung dikeringkan dari air ketuban, selimut atau popok basah bersentuhan dengan kulit bayi.
v  Konduksi
adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur atau timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apabila bayi diletakkan diatas benda-benda tersebut. Misal : popok/celana basah tidak langsung digantI, tangan perawat yang dingin, tempat tidur, selimut, stetoskop yang dingin
v  Konveksi
adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di dalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika terjadi konveksi aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi atau pendingin ruangan. Misal : BBL diletakkan dekat pintu/jendela terbuka, Aliran udara dari pipa AC.
v  Radiasi
adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi bisa kehilangan panas dengan cara ini karena benda-benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung). misal : BBL diletakkan ditempat yang dingin, Udara dingin pada dinding luar dan jendela, Penyekat tempat tidur bayi yang dingin.
Pencegahan Kehilangan Panas
Mekanisme pengaturan temperatur tubuh pada bayi baru lahir, belum berfungsi sempurna. Oleh karena itu, jika tidak segera dilakukan upaya pencegahan kehilangan panas tubuh maka bayi baru lahir dapat mengalami hipotermia. Bayi dengan hipotermia, sangat berisiko tinggi untuk mengalami kesakitan berat atau bahkan kematian. Hipotermia mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan diselimuti walaupun berada di dalam ruangan yang relatif hangat.
Mengatasi kedinginan ini dengan memberinya selimut. Hangatkan pula suhu lingkungan atau ruangan dimana bayi berada. Jika di ruang ber-AC atur suhu AC batas maksimal( hindari suhu yang terlalu rendah) dan taruh bayi jauh dari udara AC yang berhembus. Jika perlu bisa dengan mematikan AC atau menghangatkan ubuh anak dengan lampu 60 watt yang ditempatkan di atas tempat tidurnya. Jaraknya kurang lebih 1,5 meter dari tubuh anak.
Mencegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya sebagai berikut:
ü  Keringkan tubuh bayi tanpa menghilangkan verniks
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Verniks akan membantu menghangatkan tubuh bayi. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Biarkan bayi di atas perut ibu.
ü  Letakkan bayi agar terjadi kontak kulit ibu ke kulit bayi
Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada/perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi sedikit lebih rendah dari puting payudara ibu. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.
ü  Selimuti ibu dan bayi dan pakaikan topi di kepala bayi
Selimuti tubuh ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi. Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yang relatif luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup.
ü  Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
Lakukan penimbangan setelah satu jam kontak kulit ibu ke kulit bayi dan bayi selesai menyusu. Karena bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya (terutama jika tidak berpakaian), sebelum melakukan penimbangan, terlebih dahulu selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering. Berat badan bayi dapat dinilai dari selisih, berat bayi pada saat berpakaian/diselimuti dikurangi dengan berat pakaian/selimut. Bayi sebaiknya dimandikan sekitar enam jam atau lebih setelah lahir. Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama setelah lahir dapat menyebabkan hipotermia yang sangat membahayakan kesehatan bayi baru lahir.
ü  Segera setelah tubuh bayi dikeringkan dan tali pusat dipotong, ganti handuk dan kain yang telah dipakai kemudian selimuti bayi dengan selimut dan kain hangat, kering dan bersih. Kain basah yang diletakkan dekat tubuh bayi akan menyebabkan bayi tersebut mengalami kehilangan panas tubuh. Jika selimut bayi harus dibuka untuk melakukan suatu prosedur, segera selimuti kembali dengan handuk atau selimut kering, segera setelah prosedur tersebut selesai.
ü  Anjurkan ibu untuk memeluk dan memberikan ASI.
Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan mencegah kehilangan panas. Anjurkan ibu untuk menyusukan bayinya segera setelah lahir. Sebaiknya pemberian asi harus dimulai dalam waktu satu jam pertama kelahiran.
ü  Tempatkan bayi dilingkungan hangat
Idealnya bayi baru lahir ditempatkan ditempat tidur yang sama dengan ibunya ditempat tidur yang sama. Menempatkan bayi bersama ibunya adalah cara yang paling mudah untuk menjaga agar bayi tetap hangat, mendorong ibu segera menyukan bayinya dan mencegah paparan infeksi pada bayi.
ü  Rangsangan taktil
Upaya ini merupakan cara untuk mengaktifkan berbagai refleks protektif pada tubuh bayi baru lahir. Mengeringkan tubuh bayi juga merupakan tindakan stimulasi. Untuk bayi yang sehat hal ini biasanya cukup untuk merangsang terjadinya pernafasan spontan. Jika bayi tidak memberikan respon terhadap pengeringan dan rangsangan taktil, kemudian menunjukkan tanda-tanda kegawatan, segera lakukan tindakan untuk membantu pernafasan.

D.    METABOLISME GLUKOSA
Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Dengan tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap bayi baru lahir, glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1 sampai 2 jam).
Koreksi penurunan kadar gula darah dapat dilakukan dengan 3 cara :
o   melalui penggunaan ASI
o   melaui penggunaan cadangan glikogen
o   melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak.
Gejala hipoglikemi dapat tidak jelas dan tidak khas, meliputi; kejang-kejang halus, sianosis, apneu, tangis lemah, letargi, lunglai dan menolak makanan. Hipoglikemi juga dapat tanpa gejala pada awalnya. Akibat jangka panjang hipoglikemi adalah kerusakan yang meluas di seluruh di sel-sel otak.
Bayi baru lahir kurang bulan, lewat bulan, hambatan pertumbuhan dalam rahim dan disstres janin merupakan resiko utama, karena simpanan energi berkurang atau digunakan sebelum lahir.
Gejala-gejala hipoglikemi bisa tidak jelas dan tidak khas meliputi:
o   Kejang-kejang halus
o   Sianosis
o   Apneu
o   Tangis lemah
o   Letargi
o   Lunglai

E.     GASTROINTESTINAL
Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan menelan. Reflek gumoh dan reflek batuk yang matang sudah terbentuk baik pada saat lahir.
Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna makanan (selain susu) masih terbatas. Hubungan antara esofagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang mengakibatkan “gumoh” pada bayi baru lahir dan neonatus, kapasitas lambung masih terbatas kurang dari 30 cc untuk bayi baru lahir cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan bertambah secara lambat bersamaan dengan tumbuhnya bayi baru lahir. Pengaturan makanan yang sering oleh bayi sendiri penting contohnya.
Sistem gastrointestinal pada bayi baru lahir cukup bulan relatif matur. Sebelum lahir, janin cukup bulan mempraktikkan perilaku menghisap dan menelan. Refleks muntah dan batuk yang matur telah lengkap pada saat lahir. Sfingter jantung (sambungan esofagus bawah dan lambung) tidak sempurna, yang membuat regurgitasi isi lambung dalam jumlah banyak pada bayi baru lahir dan bayi muda. Kapasitas lambungpada bayi cukup terbatas, kurang dari 30 cc untuk bayi baru lahir cukup bulan.
Usus bayi baru lahir relatif tidak matur. Sistem otot yang menyusun organ tersebut lebih tipis dan kurang efisien dibandingkan pada orang dewasa sehingga gelombang feristaltik tidak dapat diprediksikan. Kolon pada BBL cenderung mengalami kompliksi kehilangan cairan. Kondisi ini mebuat penyakit diare kemungkinan besar serius pada bayi muda.
Kemampuan neonatus mencerna, mengabsorpsi, dan memetabolisme makanan tidak berbeda dari anak-anak. Namun, ada tiga pengecualian, yaitu sebagai berikut:
v  Sekresi amilase pankreas pada neonatus tidak mencukupi sehingga bayi menggunakan hati kurang adekuat dari pada anak-anak. Namun, bayi mudah mengasimilasi disakarida dan monosakarida.
v  Absorpsi lemak dari saluran pencernaan sedikit kurang daripada anak-anak. Akibatnya, penggunaan susu dengan kadar lemak tinggi seperti susu sapi sering tidak adekuat.
v  Oleh karena fungsi hati selama paling sedikit seminggu pertama kehidupan tidak sempurnah, konsentrasi glukosa dalam darah tidak stabil dan sering rendah.

F.     KEKEBALAN TUBUH
Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami maupun yang di dapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang mencegah atau meminimalkan infeksi. Berikut beberapa contoh kekebalan alami:
Ø  perlindungan oleh kulit membran mukosa
Ø  fungsi saringan saluran napas
Ø  pembentukan koloni mikroba oleh klit dan usus
Ø  perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung
Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel yaitu oleh sel darah yang membantu BBL membunuh mikroorganisme asing. Tetapi pada BBL se-sel darah ini masih belum matang, artinya BBL tersebut belum mampu melokalisasi dan memerangi infeksi secara efisien.
Kekebalan yang didapat akan muncul kemudian. BBL dengan kekebalan pasif mengandung banyak virus dalam tubuh ibunya. Reaksi antibodi keseluruhan terhadap antigen asing masih belum dapat dilakukan sampai awal kehidupa anak. Salah satu tugas utama selama masa bayi dan balita adalah pembentukan sistem kekebalan tubuh.
Defisiensi kekebalan alami bayi menyebabkan bayi rentan sekali terjadi infeksi dan reaksi bayi terhadap infeksi masih lemah. Oleh karena itu, pencegahan terhadap mikroba (seperti pada praktek persalinan yang aman dan menyusui ASI dini terutama kolostrum) dan deteksi dini serta pengobatan dini infeksi menjadi sangat penting.
Neonatus mewarisi banyak kekebalan dari ibunya karena banyak antibodi berdifusi dari darah ibu melalui plasenta masuk fetus. Akan tetapi, neonatus sendiri tidak membentuk antibodi yang bermakna. Menjelang akhir bulan pertama, gamma globulin bayi yang mengandung antibodi, turun sampai kurang dari separuh kadar semula disertai penurunan kekebalan sebanding. Kemudian proses imunisasi bayi mulai membentuk antibodi, dan konsentrasi gamma globulin pada hakekatnya kembali ke normal menjelang usia 6 sampai 20 tahun.

Comments

Popular posts from this blog

Konsep Cairan dan Elektrolit Tubuh

Makalah Konsep Dasar Teori Air Susu Ibu (ASI)