RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
MELAKSAKAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN
(ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN
BBL)
Bidang studi : ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN
BBL
Kode Bidang
Studi : Bd.332
Beban Studi : 5 SKS (T : 3 P : 3)
Pokok Bahasan :
Melaksanakan
asuhan kebidanan pada ibu bersalin
Sub Pokok
Bahasan : Asuhan kebidanan pada
persalinan kala II :
-
Pemantauan ibu : kontraksi, tanda-tanda kala II, keadaan umum, kemajuan
persalinan
-
Pemantauan janin : Saat bayi belum lahir
-
Melakukan episiotomi dan anatomi
-
Menolong persalinan sesuai APN
Sasaran/Program study : Mahasiswa D III Kebidanan
Waktu : 3 x 50 Menit
Dosen :
A. STANDAR KOMPETENSI, KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
1. Standar Kompetensi
Setelah
menyelesaikan perkuliahan mahasiswa diharapkan mampu memahami asuhan kebidanan
persalinan kala II.
2. Kompetesi Dasar
Diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan dan melaksanakan asuhan kebidanan
persalinan kala II.
3. Indikator
Asuhan
kebidanan pada persalinan kala II :
1.
Menjelaskan dan melaksanakan Pemantauan ibu : kontraksi, tanda-tanda kala
II, keadaan umum, kemajuan persalinan
2.
Menjelaskan dan melaksanakan Pemantauan janin : Saat bayi belum lahir
3.
Menjelaskan dan melaksanakan episiotomi dan anatomi
4.
Menjelaskan dan melaksanakan pertolongan persalinan sesuai APN
B. MATERI
Asuhan
kebidanan pada persalinan kala II :
-
Pemantauan ibu : kontraksi, tanda-tanda kala II, keadaan umum, kemajuan
persalinan
-
Pemantauan janin : Saat bayi belum lahir
-
Melakukan episiotomi dan anatomi
-
Menolong persalinan sesuai APN
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Diahir
kegiatan pembelajaran mahasiswa dapat:
1.
Memahami dan melaksanakan pemantauan ibu
2.
Menjelaskan dan melaksanakan
Pemantauan janin : Saat bayi belum lahir
3.
Menjelaskan dan Melakukan episiotomi dan anatomi
4.
Menjelaskan dan melakukan pertolongan persalinan sesuai APN
D. REFERENSI
-
Sumarah. 2010. Perawatan Ibu
Bersalin. Yogyakarta: Fitramaya
-
Perce,
Evelin C.2009. Anatomi dan fisiologi
untuk prmedis. Jakarta: Grmedi
-
Manuaba,dkk.2010.Ilmu Kandungan,penyakit kandungan,dan KB.Jakarta:
EGC
-
Nurasiah, ai.dkk. 2012.
Asuhan persalinan Normal. Bandung:
PT. Refika Aditama
-
JNPK-KR. 2008. Buku Acuan Asuhan
Persalinan Normal. Jakarta
E.
METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab
F.
ALAT dan MEDIA
-
Laptop
-
Papan
tulis
-
Spidol
-
LCD
G.
KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
Tahap
kegiatan
|
Kegiatan
pengajaran
|
Kegiatan
mahasiswa
|
Pembukaan
( 5 Menit )
|
-
Memberi salam
-
Membuka
daftar hadir
-
Menjelaskan
tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran
-
Penekanan
pentingnya materi yang akan disampaikan
-
Memberikan
apersepsi
|
-
Menjawab
salam
-
Mendengarkan
|
Penyampaian materi ( 125 Menit )
|
-
Menjelaskan
materi tentang
Asuhan
kebidanan pada persalinan kala II :
§ Pemantauan ibu :
kontraksi, tanda-tanda kala II, keadaan umum, kemajuan persalinan
§ Pemantauan janin
: Saat bayi belum lahir
§ Melakukan
episiotomi dan anatomi
§ Menolong
persalinan sesuai APN
-
Menjawab
pertanyaan mahasiswa
|
-
Mendengarkan
dan memperhatikan dosen dengan seksama
-
Mahasiswa
menanyakan hal-hal yang belum jelas di sela-sela penyajian materi
-
Memperhatikan
penjelasan dosen
-
Mahasiswa
mencatat materi penjelasan dosen
|
Rangkuman dan Evaluasi
( 15 Menit )
|
-
Menyimpulkan
materi yang telah disampaikan
-
Memberikan
pertanyaan
|
-
Mendengarkan,
memperhatikan dan memahami
-
Menjawab
pertanyaan yang diajukan
|
Penutup
( 5 Menit )
|
-
Memberikan
motivasi kepada mahasiswa untuk rajin belajar
-
Mengucapkan
salam
|
-
Mendengarkan
-
Menjawab
salam
|
H.
EVALUASI
SOAL
1.
Sebutkan 4 tanda dan Gejala Kala II!
2.
Sebutkan 3 Pemantauan Janin Saat bayi belum lahir!
3. Sebutkan 3 Indikasi dilakukannya
episiotomi!
4. Tujuan asuhan persalinan normal
adalah?
JAWABAN
1.
·
Ibu merasakan ingin mengejan bersamaan dengan taerjadinya
kontraksi
·
Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rectum atau
vagina
·
Perinium terlihat menonjol
·
Vulva membuka
2.
I. Denyut jantung janin (DJJ)
J. Warna dan adanya air ketuban (
jernih, keruh, kehijauan bercampur mekonium)
K. Penyusupan kepala janin
3.
Ø
Terjadi gawat janin dan persalinan mungkin harus
diselesaikan dengan bantuan alat (ekstraksi cunam atau vakum)
Ø
Jaringan parut pada perineum atau vagina yang memperlambat
kemajuan persalinan.
Ø
Adanya penyulit (distosia bahu, persalinan sungsang)
4. menjaga kelangsungan hidup dan
memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai
upaya terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal mungkin
agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang
diinginkan (optimal).
MATERI
MELAKSANAKAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN
Asuhan kebidanan pada
persalinan kala II
A.
Pemantauan Ibu
1.
Tanda-tanda dan Gejala Kala II
·
Ibu merasakan ingin mengejan bersamaan dengan taerjadinya
kontraksi
·
Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rectum atau
vagina
·
Perinium terlihat menonjol
·
Vulva membuka
Tanda-tanda
pasti kala II ditentukan melalui pemeriksaan dalam (informasi objek)
·
Pembukaan servik telah lengkap
·
Terlihatnya bagian kepala bayi
2. Kontraksi
·
Sangat kuat durasi 60-70 detik, 2-3 menit sekali
·
Sangat sakit dan akan mengurang bila mengejan
·
Kontraksi mendorong kepal keruang panggul yang menimbulkan
tekanaan pada otot dasar panggul sehingga timbul reflek dorongan mengejan
3. Keadaan Umum
·
Tanda-tanda vital: tekanan darah (tiap 30 menit), suhu, nadi
(tiap 30 menit), pernafasan
·
Kandung kemih
·
Urine: protein dan keton
·
Dehidrasi: cairan mual dan muntah
·
Kondisi Umum: kelemahan dan keletihan fisik, tingkah laku,
dan respon terhadap persalinan serta nyeri dan kemampuan koping
·
Upaya ibu mengejan
·
Tiap kontraksi 30 menit
4. Kemajuan Persalinan
Ø Kemajuan persalinan sangat baik bila
penurunan yang terarur dan janin dijalan lahir serta dimulainya fase
pengeluaran.
Ø Lama kala II rata-rata menurun
Friedmen adalah 1 jam untuk primigravida dan 15 menit untuk multipara.
Ø Pada kala II yang berlangsung lebih
dari 2 jam bagi Primigravida atau 1 jam bagi multipara dianggap sudah normal
oleh mereka yang setuju dengan pendapat friedmen tetapi saat ini disebut tidak
mengindikasi perlunya melahirkan bayi dengan forcefs atau vacuum ekstraksi.
Kontraksi otot selama kala II adalah sering, kuat atau sedikit lama, yaitu
kira-kira menit, yang berlangsung 60-90 detik dengan interaksi tinggi dan semakin
ekspulatif sifatnya.
B.
Pemantauan Janin
1. Saat bayi belum lahir
Ø Denyut jantung janin (DJJ):
·
Denyut dasar 120-160x)/ menit
·
Perubahan DJJ, pantau tiap 15 menit
·
Variasi DJJ dari DJJ dasar
·
Pemeriksaan auskultasi DJJ tiap 30 menit
Ø Warna dan adanya air ketuban (
jernih, keruh, kehijauan bercampur mekonium)
Ø Penyusupan kepala janin
Kondisi yang harus diatasi sebelum
pelaksanan kala II
·
Syok
·
Dehidrasi
·
Infeksi
·
Preklamsia/eklamsia
·
Gawat janin
·
Penurunan kepala terhenti
·
Adanya gejala dan tanda distrosia bayi
·
Pewarnaan mekonium pada cairan ketuban
·
Kehamilan ganda
·
Tali pusat menumbung/lilitan tali pusat
Asuhan Dan Dukungan
Pemberian rasa aman, dukungan dan keyakinan kepada ibu bahwa
ibu mampun bersalin
Membantu pernafasan
Membantu Teknik mengejan
Ikut serta menghormati dan keluarga yang menemani
Memberikan tindakan yang menyenangkan
Penerapan pencegahan infeksi(PI)
Pastikan kandung kemih kosong
Posisi ibu selama kala II persalinan mempengaruhi kondisi
janin seperti juga pada kala I.Penelitian menunjukkan pola denyut jantung
abnormal lebih rendah pada posisi tegak lurus dan rata-rata pH arteri umbilitus
lebih tinggi.Beberapa uji coba menanyakan kepada wanita posisi mana yang lebih
mereka sukai dan menemukan antusiasisme yang sangat besar untuk sikap yang tegak
lurus, menyebabkan sedikit nyeri, dan sedikit nyyeri punggung.Posisi litotomi
dengankaki pada pemijak kaki dialami kurang nyaman dan lebih menyakitkan serta
restriksi pada pergerakan.Wanita yang pernah melahirkan pada posisi tersebur
akan lebih suka pilihan pada posisi vertical dimana masa yang akn dating.
2. Saat bayi lahir
v Berilah ASI pada 30 menit pertama
bayi lahir, karena pada saat bayi lahir pemberian makanan melalui ari-ari
terputus sehingga harus segera digantu dengan ASI.
v Jagalah suhu kamar agar tetap
hanagat, atau tidak kedinginan, karena dalam kandungan ibu, bayi bayi
mendapatkan kehangatan sesuai suhu ibu.
v Atur Pertukaran udara dengan baik,
karena bayi baru lahir belum mengantur suhu tubuhnya dengan baik.
v Cucilah tangan bersih-bersih sebelum
ibu merawat bayi, jagalah tempat tidur bayi dan popok tetap bersih, jangan
biarkan orang lain memegang bayi bila tidak perlu. Bila bayi anda mendewtrita
demam, diare, susuh nafas, kejang-kejang segera bawa kedokter. Bila berat lahir
kurang dari 1,5 kg atau terdapat kelainan, maka segera ke puskesmas atau ke
dokter
C.
Melakukan episiotomi dan amniotomi
EPISIOTOMI
Episiotomy adalah insisi dari perineum untuk memudahkan
persalinan dan mencegah rupture perineum totalis. Pada masa lalu dianjurkan
untuk melakukan epieiotomi secara rutin yang tujuannya untuk mencegah robekan
berlebihan pada perineum, membuat tepi luka rata agar mudah dilakukan
penjahitan, mencegah penyulit atau tahanan pada kepala dan infeksi, tetapi hal
itu tidak didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang cukup. Sebaliknya, hal ini
tidak boleh diartikan bahwa episiotomi tidak diperbolehkan, karena ada indikasi
tertentu untuk tetap dilakukannya tindakan episiotomy. Para penolong persalinan
harus cermat membaca kata rutin pada episiotomy karena hal itulah yang
dianjurkan, bukan episiotominya.
Cara Melakukan Episiotomi
1. Pegang gunting yang tajam dengan
satu tangan.
2. Letakkan jari telunjuk dan tengah
diantara kepala bayi dan perineum, searah dengan rencana sayatan.
3. Tunggu fase puncak his, kemudian
selipkan gunting dalam keadaan terbuka diantara jari telunjuk dan tengah.
4. Gunting perineum, dimulai dari
komissura posterior 45 derajat ke lateral (kiri atau kanan).
5. Lanjutkan pimpinan persalinan.
Tentang episiotomi
·
Tidak dilakukan secara rutin
·
Bila tidak tepat waktu dan prosedurnya salah, terjadi
peningkatan jumlah perdarahan, laserasi derajat 3 atau 4 dan kejadian hematoma
·
Menyebabkan nyeri pasca persalinan
·
Meningkatkan resiko infeksi
Persiapan
·
Pertimbangkan indikasi episiotomi dan pastikan bahwa
episiotomi penting untuk kesehatan dan kenyamanan ibu/bayi
·
Pastikan perlengkapan dan bahan-bahan yang diperlukan sudah
tersedia dan steril
·
Gunakan teknik aseptik setiap saat, cuci tangan dan gunakan
sarung tangan steril
·
Jelaskan kepada ibu alasan dilakukannya episiotomi dan diskusikan
prosedurnya dengan ibu, berikan dukungan dan dorongan pada ibu
Indikasi
·
Terjadi gawat janin dan persalinan mungkin harus
diselesaikan dengan bantuan alat (ekstraksi cunam atau vakum)
·
Jaringan parut pada perineum atau vagina yang memperlambat
kemajuan persalinan.
·
Adanya penyulit (distosia bahu, persalinan sungsang)
Tujuan
Mempercepat persalinan dengan memperlebar jalan lahir lunak
Mengendalikan robekan perineum untuk memudahkan menjahit
Menghindari robekan perineum spontan
Memperlebar jalan lahir pada tindakan pervagina
Pertimbanagn melakukan episiotomi
ü Waktu yang tepat melakukan
episiotomi
ü Pada waktu puncak his dan pada saat
meneran
ü Lingkar kepala pada perineum sekitar
5 cm
ü Indikasi melakukan episiotomi
ü Hamper mayoritas pada primigravida
dapat dihindarkan dengan mempertimbangkan elastisitas perineum
ü Pada multigravida dengan perineum
yang kaku
ü Pada persalinan premature atau letak
sungsang
Jenis
episiotomi
Medialis
Sayatan
dimulai pada garis tengah komissura posterior lurus ke bawah tetapi tidak sampai
mengenai serabut sfingter ani.
Otot yang
terpotong
o
M. Transversa perinei
o
M. Bulbocavernosi
o
M. Bulbococcygeal
o
M. Iliococcygei
Manfaat
·
Secara anatomis lebih alamiah
·
Menghindari pembuluh-pembuluh darah dan syaraf, jadi
penyembuhan tidak terlalu sakit
·
Lebih mudah dijahit karena anatomis jaringan lebih mudah
·
Nyeri saat berhubungan (dispareunia) jarang terjadi
·
Kehilangan darah lebih sedikit
·
Jarang terjadi kesalahan penyembuhan
Bahaya
·
Jika meluas bisa memanjang sampai ke spincter ani yang
mengakibatkan kehilangan darah lebih banyak, lebih sulit dijahit dan jika
sampai spincter ani harus dirujuk.
Mediolateralis
Sayatan disini dimulai dari bagian belakang introitus vagina
menuju ke arah belakang dan samping. Arah sayatan dapat dilakukan ke arah kanan
ataupun kiri, tergantung pada kebiasaan orang yang melakukannya. Panjang
sayatan kira-kira 4 cm
Manfaat
·
Perluasan laserasi akan lebih kecil kemungkinannya menjani
spincter ani
Bahaya
·
Penyembuhan terasa lebih sakit dan lama
·
Mungkin kehilangan darah lebih banyak
·
Jika dibandingkan dengan medialis (yang tidak sampai
spincter ani) lebih sulit dijahit
·
Bekas luka parut kurang baik
·
Pelebaran introitus vagina
·
Kadangkala diikuti dispareunia (nyeri saat berhubungan)
Episiotomi
Lateralis
Sayatan disini dilakukan ke arah lateral mulai dari
kira-kira jam 3 atau 9 menurut arah jarum jam. Episiotomi ini sudah jarang
dilakukan, karena banyak menimbulkan komplikasi.
Episiotomi Lateralis jarang dilakukan karena luka sayatan
dapat melebar ke arah dimana terdapat pembuluh darah pudendal internal,
sehingga dapat menimbulkan perdarahan yang banyak. Selain itu parut yang
terjadi dapat menimbulkan rasa nyeri yang mengganggu.
AMNIOTOMI/pemecahan
selaput ketuban
Amniotomi adalah tindakan untuk membuka selaput ketuban
(amnion) dengan jalan membuat robekan kecil yang kemudian akan melebar secara
spontan akibat gaya berat cairan dan adanya tekanan didalam rongga amnion.
Tindakan ini hanya dilakukan pada saat pembukaan lengkap atau hampir lengkap
agar penyelesaian proses persalinan berlangsung sebagaimana mestinya. Menurut
hasil berbagai penelitian yang dikutip dari jurnal kedokteran, melakukan
amniotomi dini secara rutin pada persalinan sama sekali tidak memberikan
manfaat terhadap proses persalinan. Dahulu ada anggapan bahwa dengan
dipecahkannya ketuban maka proses persalinan akan lebih pendek dan nyeri akan
berkurang anggapan ini terbantahkan oleh penelitian yang melibatkan wanita
dengan hasil bahwa, ternyata pemecahan selaput ketuban secara rutin sama sekali
tidak terbukti mempercepat persalinan dan mengurang rasa nyeri. Cairan amnion
berfungsi sebagai pelindung bayi dari tekanan kontraksi uterus. Karena alas an
inilah maka amniotomi dini tidak dilakukan pada persalinan kala I. biasanya
selaput ketuban akann pecah secara spontan.
Diantara waktu kontraksi, lakukan pemeriksaan dalam dengan
hati-hati. Raba selaput ketuban untuk memastikan apakah kepala sudah masuk
panggul dengan baik dan tali pusat atau bagian-bagian kecil tubuh bayi
(misalkan tangan) tidak bisa dipalpasi. Jika ternyata bagian-bagian kecil dari
tubuh bayi dapat dipalpasi, maka janagan sekali-kali mencoba memecahkan selaput
ketuban karena akan meyebabkan penyulit persalinan. Saat memecahkan selaput
ketuban, satu tangan berada diatas fundus untuk memfiksasi kepala agar tetap
berada didalam PAP denagn baik dan terkunci sementara satu tangan berada dalam
vagina bertugas untuk memecahakn selaput ketuban. Setelah selaput ketuban
dipecahkan, pertahankan satu tanganuntuk berada didalam vagina untuk mengetahui
penurunan kepala janin dan memastikan bahwa tali pusat atau bagian kecil janin
tidak teraba.
Istilah
untuk menjelaskan penemuan cairan ketuban/selaput ketuban
·
Utuh (U), membran masih utuh, memberikan sedikit perlindungan kepada
bayi uterus, tetapi tidak memberikan informasi tentang kondisi
·
Jernih (J), membran pecah dan tidak ada anoksia
·
Mekonium (M), cairan ketuban bercampur mekonium, menunjukkan adanya
anoksia/anoksia kronis pada bayi
·
Darah (D), cairan ketuban bercampur dengan darah, bisa menunjukkan
pecahnya pembuluh darah plasenta, trauma pada serviks atau trauma bayi
·
Kering (K), kantung ketuban bisa menunjukkan bahwa selaput ketuban sudah
lama pecah atau postmaturitas janin
Alasan
untuk menghindari pemecahan ketuban dini
Kemungkinan kompresi tali pusat
Molase yang meningkat serta kemungkinan kompresi kepala yang
tidak merata
Tekanan yang meningkat pada janin mengakibatkan oksigenasi
janin yang berkurang
Indikasi
amniotomi
Ø
Jika ketuban belum pecah dan serviks telah membuka
sepenuhnya
Ø
Akselerasi persalinan
Ø
Persalinan pervaginam menggunakan instrumen
Tindakan
amniotomi berpotensi bahaya, oleh karena itu, bidan hanya dapat melaksanakan
amniotomi pada keadaan sebagai berikut :
ü Pembukaan lengkap, tetapi selaput
ketuban belim pecah
ü Bayi berada pada posisi puncak
kepala dengan kepala sudah menancap
Dampak yang mungkin disebabkan oleh amniotomi adalah sebagai
berikut :
v Kompresi tali pusat
v Kompresi kepal yang tidak merata
disertai molding yang lebih luas dan kaput suksedaneum dapat meningkatkan
resiko perdarahan intravaskula, terutama jika ketuban pecah pada awal
persalinan.
Bahaya potensial disebabkan oleh amniotomi adalah
sebagai berikut :
Prolaps tali pusat potensial jika ketuban pecah dengan
kondisi kepala janin belum engage atau janin memiliki presentasi gabungan atau
dengan atau presentasi bokong yang tidak cakap atau bayi kecil
Infeksi intrauterus potensial jika ketuban pecah sebelum persalinan
dimulai dan pecahnya ketuban berlangsung lama.
Mekanisme
amniotomi
·
Saat melakukan pemeriksaan dalam, sentuh ketuban yang
menonjol, pastikan kepala telah engaged dan tidak teraba adanya tali pusat atau
bagian-bagian kecil janin lainnya.
·
Pegang ½ klem kocher/kelly memakai tangan kiri dan memasukan
kedalam vagina dengan perlindungan 2 jari tangan kanan yang mengenakan sarung
tangan hingga menyentuh elaput ketuban
·
Saat kekuatan his sedang berkurang, dengan bantuan jari-jari
tangan kanan, goreskan klem ½ kocher untuk menyobek 1-2 cm hingga pecah
·
Tarik keluar klem ½ kocher/kelly dengan tangan kiri dan
rendam dalam larutan klorin 0,5%. Tetap pertahankan jari-jari tangan kanan
didalam vagina untuk merasakan turunnya kepala janin dan memastikan tetap tidak
teraba adanya tali pusat. Keluarkan jari tangan kanan dari vagina, setelah
yakin bahwa kepala turun dan tidak teraba tali pusat. Cuci dan lepaskan sarung
tangan dalam keadaan terbalik didalam larutan klorin 0,5%
·
Periksa kembali denyut jantung janin
Prinsip-prinsip dalam melakukan amiotomi adalah
sebagai berikut :
Lakukan amniotomi dengan teknik aseptic
Pada saat amniotomi, kepala janin harus tetap berada di
serviks dan tidak dikeluarkan dari panggul selama prosedur karena tindakana
seperti itu akan menyebaabkan prolaps tali pusat
Lakukan amniotomi diantara kontraksi sehingga terjadi
hal-hal berikut: Dorongan yang menyebabkan ketuban pecah berkurang
Ketuban tidak diregang dengan ketat terhadap kepala janin (
sehingga terdapat ruang yang tidak terlalu sedikit untuk memegang ketuban
kemudian merobeknya dengan aman).
Gunakaan alat yang efektif dan mudah digunakan untuk
tindakan cepat, seperti klem alia atau berbagai bentuk lain yang diproduksi
untuk tujuan ini. instrument yang menggelinding atau tergelincir pada permukaan
selaput tidak menguntungkan bagi klinis sekaligus memperpanjang periode
pemeriksaan dalam bagi ibu.
Setelah melakukan pemecahan ketuban, biarkan jari didalam
vagina sampai kontraksi selanjutnya. Hal ini bertujuan sebagai berikut : Mengevaluasi dampak amniotomi pada
serviks (pembuaan) dan pada janin (penurunan dan rotasi). Memastikan bahwa tidak terjadi
proplaps tali pusat
Evaluasi bunyi jantung janin selama dan setelah amniotomi
dilakukan. Tindakan ini bertujuan untuk mengkaji dampak yang timbul pada janin
segera setelah amniotomi.
D. Menolong Persalinan Sesuai APN
Pengertian Asuhan Persalinan Normal adalah asuhan kebidanan pada
persalinan normal yang mengacu kepada asuhan yang bersih dan aman selama
persalinan dan setelah bayi lahir serta upaya pencegahan komplikasi.
Persalinan
dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun
pada janin.
Tujuan
asuhan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan hidup dan memberikan
derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya
terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal mungkin agar
prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang
diinginkan (optimal).
Setiap
intervensi yang akan diaplikasikan dalam asuhan persalinan normal harus
mempunyai alasan dan bukti ilmiah yang kuat tentang manfaat intervensi tersebut
bagi kemajuan dan keberhasilan proses persalinan.
Keterampilan
yang diajarkan dalam pelatihan asuhan persalinan normal harus diterapkan sesuai
dengan standar asuhan bagi semua ibu bersalin di setiap tahapan persalinan oleh
setiap penolong persalinan dimana pun hal tersebut terjadi. Persalinan dan
kelahiran bayi dapat terjadi di rumah, puskesmas ataupun rumah sakit. Penolong
persalinan mungkin saja seorang bidan, perawat, dokter umum atau spesialis
obstetri. Jenis asuhan yang akan diberikan dapat disesuaikan dengan kondisi dan
tempat persalinan sepanjang dapat memenuhi kebutuhan spesifik ibu dan bayi baru
lahir.
BERIKUT INI ADALAH LANGKAH APN LENGKAP 58 LANGKAH:
I. Mengenali Gejala dan Tanda Kala II
1. Mengenali dan Melihat adanya tanda
persalinan kala II Yang dilakukan adalah: tingkat kesadaran penderita,
pemeriksaan tanda-tanda :
a. Ibu mempunyai keinginan untuk
meneran
b. Ibu merasakan tekanan yang semakin
meningkat pada rektum dan vaginanya.
c. Perineum menonjol.
d. Vulva vagina dan sfingter ani
membuka.
II. Menyiapkan Pertolongan Persalinan .
2. Memastikan perlengkapan peralatan,
bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong persalinan dan
menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk resusitasi → tempat
datar, rata, bersih, kering dan hangat, 3 handuk atau kain bersih dan kering,
alat penghisap lendir, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm diatas tubuh
bayi.
a. Menggelar kain diatas perut ibu. Dan
tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi.
b. Menyiapkan oksitosin 10 unit dan
alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set.
3. Pakai celemek plastik yang bersih.
4. Melepaskan dan menyimpan semua
periasan yang dipakai, mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang
mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk pribadi yang kering dan
bersih.
5. Memakai sarung tangan disinfeksi
tingkat tinggi atau steril untuk pemeriksaan dalam.
6. Masukan oksitosin 10 unit
kedalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai sarung tangan
disinfeksi tinggkat tinggi atau steril.
III. Memastikan Pembukaan Lengkap Dan
keadaan Janin Bayi.
7. Membersihkan vulva dan perineum,
menyekanya dengan hati-hati dari depan kebelakang dengan menggunakan kapas atau
kasa yang sudah di basahi air disinfeksi tingkat tinggi.
a. Jika Introitus vagina, perineum,
atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan kasa dari arah depan ke
belakang.
b. Buang kapas atau kasa pembersih
(terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia.
c. Ganti sarung tangan jika
terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan rendam dalam larutan klorin 0,5 % →
langkah 9.
8. Lakukan Periksa dalam untuk
memastikan pembukaan lengkap.
Bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap
maka lakukan amniotomi.
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan
cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan
korin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya
selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.
10. Memeriksa denyut jantung janin
setelah kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal.
IV. Menyiapkan Ibu Dan Keluarga Untuk
Membantu proses pimpinan meneran.
11. Memberi tahu ibu pembukaan sudah
lengkap dan keadaan janin baik, membantu ibu dalam posisi yang nyaman sesuai
keinginannya.
12. Meminta bantuan keluarga untuk
menyiapkan posisi ibu untuk meneran.
(
pada saat adanya his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan dia
merasa nyaman ).
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu
mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran.
14. Ajarkan ibu untuk berjalan,
berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada
dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
V. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi
15. Jika kepala bayi telah membuka vulva
dengan diameter 5-6 cm meletakan handuk bersih diatas perut ibu untuk
mengeringkan bayi.
16. Meletakan kain yang bersih di lipat
1/3 bagian di bawah bokong ibu.
17. Membuka tutup partus set dan
perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.
18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua
tangan.
VI. Persiapan Pertolongan Kelahiran
Bayi.
Lahirnya kepala.
19. Saat kepala bayi membuka vulva
dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain
tadi, letakan tangan yang lain di kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan
membantu lahirnya kepala, menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan saat
kepala lahir.
20. Memeriksa lilitan tali pusat dan
mengambil tindakan yang sesuai jika terjadi lilitan tali pusat.
a. Jika tali pusat melilit leher secara
longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.
b. Jika tali pusat melilit leher secara
kuat, klem tali pusat didua tempat dan potong diantara kedua klem tersebut.
21. menunggu hingga kepala bayi
melakukan putaran peksi luar secara spontan.Lahirnya Bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran
paksi luar, tepatkan ke dua tangan di masing-masing sisi muka bayi.
Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya, dengan lembut
menariknya kearah bawah dan kearah luar sehingga bahu anterior muncul di bawah
arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan kearah luar
untuk melahirkan bahu posterior. Lahirnya badan dan tungkai
23. Setelah kedua bahu di lahirkan,
menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang berada di bagian bawah ke arah
perineum, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ketangan tersebut.
Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan
tangan bagian bawah saat menyangga tubuh bayi saat dilahirkan.Menggunakan
tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior saat
bayi keduanya lahir.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir,
menelusurkan tangan yang ada di atas ( anterior ) dari punggung kearah kaki
bayi untuk menyangga saat punggung dan kaki lahir memegang kedua mata kaki bayi
dan dengan hati – hati membantu kelahiran kaki.
VII. Penanganan Bayi Baru Lahir.
25. Menilai bayi dengan cepat, kemudian
meletakan bayi diatas perut ibu di posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari
tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakan bayi di tempat yang
memungkinkan).
26. Segera mengeringkan bayi mulai dari
muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali tangan tanpa membersihkan
verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Biarkan bayi diatas
perut ibu.
27. Periksa kembali uterus untuk
memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal).
28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik
oksitosin agar uterus berkontraksi baik..
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi
lahir, suntukan oksitosin 10 unit IM (Intara muskuler) 1/3 paha atas bagian
distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).
30. Setelah 2 menit pasca persalinan,
jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Melakukan
urutan pada tali pusat mulai dari klem dari arah bayi dan memasang klem ke
dua 2 cm dari klem pertama ke arah ibu.
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
a. Dengan satu tangan, pegang tali
pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan penguntungan tali
pusat diantara dua klem tersebut.
b. Ikat tali pusat dengan benang DTT
atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan
mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
c. Lepaskan klem dan masukan dalam
wadah yang telah disediakan.
32. Letakkan bayi agar ada kontak kulit
ibu ke kulit bayi. Letakkan bayi tengkurap didada ibu. Luruskan
bahu bayi sehingga bayi menempel di dada/perut ibu. Usahan kepala bayi berada
diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu.
33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain
hangat dan pasang topi dikepala bayi.
VIII.
Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala III.
Oksitosin
34. Memindahkan klem pada tali pusat
sekitar 5-10 cm dari vulva.
35. Meletakan satu tangan diatas kain
yang ada di perut ibu, tepat diatas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini
untuk melakukan palpasi kontraksi dan
36. Setelah uterus berkontraksi,
tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke
arah belakang – atas ( dorso – kranial) secara hati-hati (untuk mencegah
inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan
penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi
prosedur diatas.
·
Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau
anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu.
Mengeluarkan Plasenta
37. Lakukan penegangnan dan dorongan
dorso-kranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong
menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas,
mengikuti poros jalan lahir, (tetap lakukan tekanan dorso-kranial)
a. Jika tali pusat bertambah panjang,
pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan
plasenta.
b. Jika plasenta tidak lepas setelah 15
menit menegangkan tali pusat:
Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh.
Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya.
Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir
atau bila terjadi perdarahan, segera lakukan plasenta manual.
38. Saat plasenta terlihat di introitus
vagina, lahirkan plasenta dengan menggunakan ke dua tangan, pegang dan putar
plasenta hingga selaput ketuban terpilih kemudian lahirkan dan tempatkan
plasenta pada wadah yang telah disediakan.
Ø
Jika selaput ketuban robek, pakia sarung tangan DTT atau
steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan
atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.
Ø
Rangsangan Taktil (Masase) Uterus.
39. Segera setelah plasenta dan selaput
ketuban lahir, melakukan Masase uterus, meletakan telapak tangan di fundus dan
melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus
berkontraksi ( Fundus menjadi keras).
Ø
Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak
berkontraksi setelah 15 detik masase.
IX. Menilai Perdarahan
40. Memeriksa kedua sisi placenta baik
bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukan
plesenta kedalam kantung plastik atau tempat khusus.
41. Mengevaluasi adanya laserasi pada
vagina dan perineum dan segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan
aktif.
Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan
aktif segera lakukan penjahitan.
X. Melakukan Prosedur paska persalinan
42. Pastikan uterus berkontraksi dengan
baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.
43. Biarkan bayi tetap melakukan kontak
kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.
a. Sebagian besar bayi akan berhasil
melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusu pertama
biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit bayi cukup menyusu dari satu payudara.
b. Biarkan bayi berada didada ibu
selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu.
44. Setelah 1 jam, lakukan pemeriksaan
fisik bayi baru lahir, beri antibiotika salep mata pencegahan, dan vit K 1 mg
IM di paha kiri anterolateral.
45. Setelah 1 jam pemberian vit K
berikan suntikan imunisasi hepatitis B di paha kanan anterolateral. Letakan
bayi didalam jangkawan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan. Letakan kembali
bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu 1 jam pertama dan biarkan
sampai bayi berhasil menyusu.
Evaluasi
46. Lakukan pemantauan kontraksi dan
mencegah perdarahan pervaginam.
Ø 2-3 kali dalam 15 menit pertama
pasca persalinan.
Ø Setiap 15 menit pada 1 jam pertama
paska persalinan.
Ø Setiap 20-30 menit pada jam kedua
paska persalinan
Ø Jika uterus tidak berkontraksi
dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai untuk menatalaksanaan atonia uteri.
47. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan
masase uterus dan menilai kontraksi.
48. Evaluasi dan estimasi jumlah
kehilangan darah.
49. Memeriksakan nadi ibu dan keadaan
kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama paska persalinan dan setiap
30 menit selama jam kedua paska persalinan.
o Memeriksa temperatur tubuh ibu
sekali setiap jam selama 2 jam pertama paska persalinan
o Melakukan tindakan yang sesuai untuk
temuan yang tidak normal.
50. Periksa kembali bayi dan pantau
setiap 15 menit untuk pastikan bahwa bayi bernapas dengan baik (40-60
kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5-37,5 0C).
Ø
Jika bayi sulit bernapas, merintih atau retraksi,
diresusitasi dan segera merujuk kerumah sakit.
Ø
Jika bayi napas terlalu cepat, segera dirujuk.
o
Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Kembalikan
bayi kulit kekulit dengan ibunya dan selimuti ibu dan bayi dengan satu selimut.
Kebersihan Dan keamanan
51. Tempatkan semua peralatan dalam
larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit), mencuci dan membilas
peralatan setelah didekontaminasi.
52. Buang bahan – bahan yang
terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang sesuai.
53. Bersihkan ibu dengan menggunakan air
disinfeksi tingkat tinggi. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah.
Bantu ibu untuk memakai pakaian yang bersih dan kering.
54. Pastikan bahwa ibu nyaman, membantu
ibu memberikan ASI, menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan
makanan yang diinginkan.
55. Dekontaminasi tempat bersalin dengan
klorin 0,5% .
56. Mencelupkan sarung tangan kotor
kedalam larutan klorin 0,5% membalikan bagian sarung tangan dalam ke luar dan
merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
57. Mencuci kedua tangan dengan sabun
dan air yang mengalir.
Pendokumentasian
58. Lengkapi patograf (Halaman depan dan
belakang, periksa tanda vital dan asuhan kala IV).
Comments
Post a Comment