Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal

Image
  Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa contoh upaya kolaboratif yang dapat dilakukan: 1.       Kolaborasi antara tenaga medis dan bidan: Tim medis yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan dapat bekerja sama untuk memberikan pelayanan kesehatan yang holistik kepada ibu hamil dan bayi yang akan lahir. Dengan saling berbagi pengetahuan dan keterampilan, mereka dapat meningkatkan pemantauan kehamilan, memberikan perawatan prenatal yang tepat, dan menangani komplikasi saat melahirkan. 2.       Kemitraan antara lembaga kesehatan dan masyarakat: Kolaborasi antara fasilitas kesehatan, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan maternal dan perinatal. Misalnya, mengadakan kampanye penyuluhan dan program edukasi di komunitas mengenai perawa

RPP: MENGIDENTIFIKASI KOMPLIKASI KEHAMILAN DAN PENATALAKSANAANNYA




RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
MENGIDENTIFIKASI KOMPLIKASI KEHAMILAN
DAN PENATALAKSANAANNYA
(Penyakit dan Kelainan Alat Kandungan, Penyakit Kardiovaskuler, Penyakit darah, Penyakit saluran pernafasan, Penyakit traktus digestivus, hepar, pancreas)

(ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN)


Bidang studi                    : ASUHAN KEBIDANAN I (KEHAMILAN)
Kode Bidang Studi         : Bd.333
Beban Studi                    : 5 SKS (T : 3 P : 2)
Pokok Bahasan                : Mengidentifikasi Komplikasi Kehamilan Dan Penatalaksanaannya
Sub Pokok Bahasan        : Penyakit dan Kelainan dalam Kehamilan :
1.      Penyakit dan Kelainan Alat Kandungan
2.      Penyakit Kardiovaskuler
3.      Penyakit darah
4.      Penyakit saluran pernafasan
5.      Penyakit traktus digestivus, hepar, pancreas
Sasaran/Program study      : Mahasiswa D III Kebidanan
Waktu                                : 3 x 50 Menit
Dosen                                :

A.    STANDAR KOMPETENSI, KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
1.      Standar Kompetensi
Setelah menyelesaikan perkuliahan mahasiswa diharapkan mampu mengidentifikasi komplikasi kehamilan dan penatalaksanaannya.
2.      Kompetesi Dasar
Diharapkan mahasiswa dapat menguasai materi komplikasi penyakit yang mempengaruhi dan dipengaruhi kehamilan dan penatalaksanaannya
3.      Indikator
Komplikasi kehamilan dan penatalaksanaannya:
1.      Menjelaskan macam-macam komplikasi kehamilan
2.      Menjelaskan komplikasi kehamilan pada penyakit dan Kelainan Alat Kandungan

B.     MATERI
1.      Penyakit dan Kelainan Alat Kandungan
2.      Penyakit Kardiovaskuler
3.      Penyakit darah
4.      Penyakit saluran pernafasan
5.      Penyakit traktus digestivus, hepar, pancreas

C.    TUJUAN PEMBELAJARAN
Diahir kegiatan pembelajaran mahasiswa dapat:
1.      Mengetahui penyakit dan kelainan alat kandungan dan penatalaksanaannya
2.      Mengetahui penyakit kardiovaskuler dan penatalaksanaannya
3.      Mengetahui penyakit darah dan penatalaksanaannya
4.      Mengetahui penyakit saluran pernafasan dan penatalaksanaannya
5.      Mengetahui penyakit traktus digestivus, hepar, pancreas dan penatalaksanaannya

D.    REFERENSI
-          Manuaba, 2008. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluaraga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
-          Prawirohardjo, Sarwono, 2008. Ilmu Kebidanan. Edisi IV. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
-          Asrinah, dkk.2010.Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan. Yogjakarta: GrahaIlmu
-          Hanni, Ummi.2010.Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Fisiologi. Jakarta: Salemba Medika

E.     METODE
1.      Ceramah
2.      Tanya jawab

F.     ALAT dan MEDIA
-          Laptop
-          Papan tulis
-          Spidol
-          LCD

G.    KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
Tahap kegiatan
Kegiatan pengajaran
Kegiatan mahasiswa
Pembukaan
( 5 Menit )
-          Memberi salam
-          Membuka daftar hadir
-          Menjelaskan tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran
-          Penekanan pentingnya materi yang akan disampaikan
-          Memberikan apersepsi
-          Menjawab salam
-          Mendengarkan

Penyampaian materi ( 125 Menit )
-          Menjelaskan materi tentang
-          komplikasi kehamilan dan penatalaksanaannya:
1.      Penyakit dan Kelainan Alat Kandungan
2.      Penyakit Kardiovaskuler
3.      Penyakit darah
4.      Penyakit saluran pernafasan
5.       Penyakit traktus digestivus, hepar, pancreas
-          Mendengarkan dan memperhatikan dosen dengan seksama
-          Mahasiswa menanyakan hal-hal yang belum jelas di sela-sela penyajian materi
-          Memperhatikan penjelasan dosen
-          Mahasiswa mencatat materi penjelasan dosen
Rangkuman dan Evaluasi
( 15 Menit )
-          Menyimpulkan materi yang telah disampaikan
-          Memberikan pertanyaan
-          Mendengarkan, memperhatikan dan memahami
-          Menjawab pertanyaan yang diajukan
Penutup
( 5 Menit )
-          Memberikan motivasi kepada mahasiswa untuk rajin belajar
-          Mengucapkan salam
-          Mendengarkan
-          Menjawab salam


H.    EVALUASI
SOAL
  1. Jelaskan macam-macam komplikasi kehamilan
  2. Sebutkan 5 macam kelainan alat kandungan
  3. Sebutkan penanganan anemia dalam kehamilan
  4. Sebutkan alat pencernaan yang berhubungan dengan penyakit traktus digestivus,
  5. Sebutkan penanganan TB Paru dalam kehamilan


JAWABAN
1.                   
Ø  Penyakit dan Kelainan Alat Kandungan
Ø  Penyakit Kardiovaskuler
Ø  Penyakit darah
Ø  Penyakit saluran pernafasan
Ø  Penyakit traktus digestivus, hepar, pancreas
2.                   
Ø  Septum Uterus (Uterus Septus)
Ø  Uterus Unikornis
Ø  Uterus Bikornis Bikollis (uterus didelphys)
Ø  Uterus Bikornis
Ø  Uterus Arkuatus
3.                   
Ø  Pemberian asam folat, biasanya bersamaan dengan pemberian Sulfas ferosus
Ø  Diet makanan yang bergizi (tinggi kalori dan protein)
Ø  Ditemukan pada wanita yang tidak mengkonsumsi sayuran segar atau kandungan protein tinggi
4.                    
Ø  Berikan penjelasan dan pendidikan kepada pasien bahwa penyakitnya bersifat kronik sehingga diperlukan pengobatan yang lama dan teratur.
Ø  Anjarkan untuk menutup mulut dan hidungnya bula batuk, bersin, dan tertawa.
Ø  Ibu hamil dengan proses aktif hendanya jangan dicampurkan dengan wanita hamil.
Ø  Untuk diagniosis pasti dan pengobatan selalu bekerjasama dengan ahli paru.
Ø  Pendertia dengan proses aktif apalagi dengan batuk darah sebaiknya di rawat di RS, dalam kamar isolasi. Gunanya untuk mencegah penularan untuk menjamin makanan dan istirahat yang cukup, pengobatan intensif dan teratur.
5.                   
Ø  Mulut
Ø  Esofagus
Ø  Lambung
Ø  Usus halus
Ø  Usus besar
Ø  Daerah anus




MATERI
MENGIDENTIFIKASI KOMPLIKASI KEHAMILAN
DAN PENATALAKSANAANNYA

A.    PENYAKIT DAN KELAINAN ALAT KANDUNGAN
1.      Definisi
Uterus adalah tempat janin dibesarkan. Seperti organ tubuh lainnya, uterus terbentuk seiring berlangsungnya proses tumbuh kembang janin yang berjenis kelamin perempuan. Normalnya, bentuk uterus seperti buah alpukat gepeng dan beratnya antara 30-50 gram. Adakalanya, proses pembentukan uterus tidak berlangsung secara sempurna sehingga terjadi beberapa kelainan bentuk uterus. Kelainan bentuk uterus tersebut dapat menyebabkan terjadinya masalah reproduksi.
Kelainan uterus terjadi pada 15% perempuan dengan lebih dari 3 kali abortus spontan. Kelainan anatomik ini diklasifikasikan sebagai kelainan kongenital dan kelainan yang didapat (acquired). Di samping kemungkinan kehilangan kehamilan, malformasi uterus juga merupakan faktor predisposisi terjadinya infertilitas, persalinan prematur, dan presentasi abnormal janin (Sarwono,2008).  
Uterus terletak ditengah – tengah panggul namun jika tidak normal letak uterus dapat berubah, secara struktur dibagi menjadi badan atau korpus dan serviks. Kelainan bentuk ini menyebabkan bagian – bagian uterus tersebut tidak terbentuk atau terbentuk namun dengan bentuk yang tidak normal. Kelainan – kelainan bawaan pada uterus adalah kelainan yang timbul pada pertumbuhan duktus mulleri berupa tidak terbentuknya satu atau kedua duktus, gangguan dalam kedua duktus, dan gangguan dalam kanalisasi setelah fusi (Sarwono, 2008).
2.      Etiologi
Terjadinya kelainan bentuk ini dapat disebabkan oleh kelainan kongenital dan kelainan yang didapat.
a.      Kelainan Kongenital dapat terjadi karena :
Ø  Gagal dalam pembentukan
Apabila hanya terbentuk satu duktus mulleri, disebut uterus unikornis. Dalam hal peristiwa ini vagina dan serviks bentuknya normal, sedangkan uterus hanya mempunyai satu tanduk serta satu tuba, dan biasanya hanya ada satu ovarium serta satu ginjal. Apabila kedua duktus mulleri tidak terbentuk, maka uterus dan vagina tidak ada kecuali sepertiga bagian bawah vagina. Selain itu kedua tuba juga tidak terbentuk atau terdapat rudimeter. Dengan adanya ovarium yang normal ciri – ciri seks sekunder tampak normal, akan tetapi terdapat amenorea primer (Sarwono, 2008)
Ø  Gangguan dalam mengadakan fusi
Kegagalan untuk bersatu seluruhnya atau sebagian dari kedua duktus mulleri  dan merupakan kelainan yang paling sering dijumpai.
b.      Kelainan Uterus Didapat
Ø  Perlekatan Intrauterin
Trauma intrauterin akibat kuretase endometrial yang berlebihan atau endometritis pasca abortus adalah penyebab yang paling sering menyebabkan perlekatan (adhesion). Synechiae intrauterin atau sindrom asherman adalah kelainan uterus yang didapat berhubungan dengan kehilangan kehamilan berulang. Kelainan yang terjadi dapat berupa perlekatan ringan sampai dengan seluruh kavum uteri. Perlekatan ini diduga akan menyebabkan penurunan volume kavum uteri dan dapat berpengaruh pada pertumbuhan plasenta yang normal sehingga memicu terjadinya kehilangan kehamilan (Sarwono, 2008).
Ø  Kelainan pada Kavum Uteri
Kelainan pada kavum uteri seperti leiomiomas dan polip dapat menyebabkan terjadinya kehilangan kehamilan. Mioma adalah tumor jinak yang paling sering dijumpai pada perempuan usia reproduktif. Tumor ini diklasifikasikan berdasarkan letaknya pada uterus dan disebut sesuai dengan letaknya sebagai mioma uteri subserosa, intramural, dan submukosa (Sarwono, 2008).
Ø  Inkompetensi Serviks (Cervical Incompetence)
Inkompetensi serviks adalah ketidakmampuan serviks uteri untuk mempertahankan kehamilan. Inkompetensi serviks sering menyebabkan kehilangan kehamilan pada trimester kedua. Kelainan ini dapat berhubungan kelainan uterus yang lain seperti septum uterus, dan bikornis. Sebagian besar kasus yang terjadi merupakan akibat dari trauma bedah pada serviks yaitu pada konisasi, prosedur eksisi loop electrosurgical, dilatasi serviks yang berlebihan pada terminasi kehamilan atau laserasi obstetric (Sarwono, 2008)

3.      Klasifikasi
a.      Kelainan Bawaan uterus
Ø  Septum Uterus (Uterus Septus)
Terdapat satu uterus,akan tetapi di dalamnya terdapat dua ruangan yang dipisahkan oleh sekat. Sekat itu memisahkan kavum uteri seluruhnya (uterus septus) atau hanya sebagian (uterus subseptus). Uterus septus terjadi akibat dari penyerapan yang tidak lengkap septum uterovaginal yang mengikuti penyatuan duktus mulleri. Keadaan ini merupakan kelainan kongenitaluterus yang paling banyak dijumpai dari seluruh kelainan uterus yang terjadi. Septum tersusun dari jaringan fibromuskular yang terjadi pada fundus uteri atau dapat memanjang sampai membagi kavum uteri menjadi dua bagian sampai dengan ostium uteri.septum juga dapat berbentuk segmental sehingga membentuk dinding yang tidak sempurna pada kavum uteri (Sarwono, 2008)
Ø  Uterus Unikornis
Agenesis atau hipoplasia salah satu dari duktus mulleri akan menyebabkan terjadinya uterus unikornisyang didapatkan pada 20% dari kelainan uterus. Terdapat banyak variasi dari kelainan ini, antara lain terbentuknya uterus saja atau diikuti dengan kornu yang rudimenter. Kornu yang rudimenter dapat dibedakan berdasarkan ada atau tidaknya kavum uteri. (Sarwono,2008)
Ø  Uterus Bikornis Bikollis (uterus didelphys)
Uterus terdiri dari dua bagian terpisah dan tidak jarang ditemukan bersamaan dua vagina atau satu vagina dengan sekat
Ø  Uterus Bikornis
Kelainan ini terjadi pada 10 % dari kelainan duktus mulleri. Sebagai akibat dari fusi yang tidak sempurna kornu uterus setinggi fundus, sehingga terdapat dua kavum uteri yang saling berhubungan dan satu serviks. Terjadi belahan sagital uterus yang dimulai dari luar uterus sampai mencapai ostium uteri internum pada uterus bikornis kompletus dan kurang dari itu pada uterus bikornis parsialis. 
Ø  Uterus Arkuatus
Pada fundus uteri tampak cekungan, yang ke dalam diteruskan menjadi subseptum.
Ø  DES Exposure
DES adalah estrogen aktif sintetik oral yang diperkenalkan pada tahun 1940 untuk mencegah kehilangan kehamilan berulang, persalinan prematur dan komplikasi lain pada kehamilan. Kelainan uterus sering terjadi pada janin dari perempuan yang mendapatkan pengobatan DES. Kelainan yang paling sering dijumpai adalah bentuk T kavum uteri, uterus yang kecil, dan tidak terbentuknya kavum uteri.

b.      Kelainan Letak Uterus
Ø  Anterversio teri
Kelainan bentuk uterus ke depan dijumpai pada perut gantung (abdomen  pendulum) dan setelah operasi ventrofiksasio. Perut gantung terdapat pada multipara karena melemahnya dinding perut, terutama multipara yang gemuk. Uterus membengkok ke depan sedemikian rupa, sehingga letak fundus uteri dapat lebih rendah daripada simfisis.
Wanita menegluh tentang rasa nyeri di perut bawah dan dipinggang bawah, menderita intertrigo di lipatan kulit, dan kadang – kadang varises dan edema di vulva. Selain itu perut gantung menghalangi masuknya kepala ke dalam panggul sehingga terjadi kelainan letak anak.
Ø  Retrofleksio uteri
Kadang – kadang kelainan ini dapat menyebabkan kemandulan karena kedua tuba tertekuk sehingga patensi kurang, selain itu karena ostium uteri eksternum tidak tetap bersentuhan dengan air mani sewaktu dan setelah persetubuhan. Apabila wanita hamil biasanya korpus teri naik ke atas sehingga lekukan uterus berkurang. Uterus yang hamil lebih tua ke luar dari panggul, kehamilan berlangsung cukup bulan. Namun kadang hal tersebut tidak terjadi dan uterus gravidus yang bertumbuh terus pada suatuwaktu terkurung dalam rongga panggul ( retrofleksio uteri gravid inkarserata). Terkurungnya uterus dapat disebabkan oleh uterus yang tertahan oleh perlekatan – perlekatan atau oleh sebab – sebab lain yang tidak diketahui.
4.      Penatalaksanaan
Kelainan anatomik uterus menyebabkan kehilangan kehamilan secara berulang secara khusus dapat didiagnosis dengan ultrasonografi, histerosalpingografi (HSG), atau sonohisterografi. Histerosalpingografi dipergunakan untuk malakukan penilaian potensi tub, deteksi mioma submukosum, sebagian malformasi uterus dan perlekatan intrauterine. Histeroskopi memungkinkan melakukan diagnosis dan pengobatan secara bersamaan pada kelainan uterus. Simultan laparoskopi sering diperlukan untuk melihat fundus uteri untuk membedakan antara septum uterus atau bikornis. Operasi plastik untuk menyatukan uterus didelfis dan uterus septus dalam menanggulangi abortus habitualis dan partus prematurus setelah operasi dapat terjadi kehamilan yang menghasilkan lahirnya anak hidup cukup bulan (Sarwono, 2008)
Pada kelainan bentuk alat kandungan ini, bila kehamilan mencapai 36 minggu atau lebih persalinannya berlangsung lancar, maka partus spontan dapat diharapkan. Jika ada indikasi maka partus diakhiri dalam kala II.

B.     PENYAKIT KARDIOVASKULER
1.      Definisi
Penyakit jantung terbanyak disebabkan oleh rheuma (90%) dan biasanya dalam bentuk stenosis mitral, disamping itu dapat juga disebabkan oleh karena kelainan jantung congenital dan penyakit otot jantung. Penyakit jantung pada wanita hamil merupakan sebab kematian yang penting. Bidan sulit mendiagnosa penyakit jantung, mungkin baru diketahui kalau ada decompensatio seperti : sesak nafas , sianosis, kelainan nadi, edema atau ascites, jantung yang berdebar-debar dan lain-lain.
2.      Diagnosa
Dokter dapat mendiagnosa penyakit jantung atas adanya :
a.       Bising diastolis atau bising sistolis yang kuat
b.      Pembesaran jantung pada gambar Rontgen
c.       Adanya aritmia ( bunyi jantung yang tidak teratur )
3.      klasifikasi
Pasien dengan penyakit jantung biasanya dibagi dalam 4 golongan :
a.       Golongan 1 : Pasien yang tidak perlu membatasi kegiatan badannya.
b.      Golongan 2 : Pasien yang harus sedikit membatasi diri. Kalau melakukan pekerjaan sehari-harinya maka terasa capai, jantung berdebar-debar, sesak nafas atau terjadi angina pektoris.
c.       Golongan 3 : Pasien yang sangat harus membatasi diri . Pasien golongan ini senang dalam istirahat tapi kalau bekerja sedikit saja merasa capai, sesak, dll.
d.      Golongan 4 : Pasien yang memperlihatkan gejala – gejala decompensatio walaupun dalam istirahat.
Klasifikasi ini penting untuk prognosa. Akan tetapi, ada juga hal-hal lain yang mempengaruhi prognosa yaitu antara lain :
a.       Umur pasien
b.      Anamnesa penyakit. Kalau pernah mengalami keadaan dekompensatio, maka prognosa kurang baik
c.       Fibrilasi jantung
Penyakit jantung yang berat dianggap menyebabkan partus praematurus atau kematian intrauterin karena janin kekurangan O. Sebaliknya kehamilan sangat memberatkan pekerjaan jantung sehingga golongan 1 dan 2 dalam kehamilan dapat masuk ke dalam golongan 3 atau 4.
4.      Pengobatan
Pada penderita penyakit jantung diusahakan untuk membatasi penambahan berat badan yang berlebihan, anemia secepat mungkin diatasi dan preeklampsi sedapat-dapatnya dijauhkan karena sangat memberatkan pekerjaan jantung.
a.       Golongan 1 dan 2 : biasanya dapat melalui kehamilan dan persalinan dengan selamat.
Kalau kala II terlalu panjang, posisi baik dan kepala sudah sampai di dasar panggul dapat ditolong dengan forceps. Dalam pengobatan penyakit jantung ada 4 hal yang harus diperhatikan :
1)      Cukup istirahat ; 10 jam istirahat malam dan ½ jam setiap kali setelah makan. Hanya pekerjaan ringan yang diizinkan.
2)      Menghindarkan infeksi terutama infeksi jalan pernafasan bagian atas. Pasien harus menjauhkan diri dari orang – orang pilek atau sakit kerongkongan.
3)      Tanda – tanda dini decompensatio yang harus cepat diketahui ialah batuk, rhonci basal, dyspnoe, dan haemoptoe.
4)      Sebaiknya pasien masuk rumah sakit 2 minggu sebelum persalinan untuk istirahat.
5)      Untuk menjauhkan infeksi biasanya diberi antibiotik selama persalinan dan dalam masa nifas.
6)      Waktu persalinan, kepala dan dada ditinggikan.
7)      Nadi dan pernafasan dicatat tiap ½ jam dalam kala I dan tiap 10 menit dalam kala II. Nadi di atas 115 menit dan pernafasan di atas 28 menit harus dilaporkan.
8)      Kalau terjadi decompensatio biasanya diberi morfin dan digitalis. Kalau kepala sudah sampai di dasar panggul boleh dilakukan ekstraksi forcipal dengan anestesi lokal.
9)      Sesudah persalinan sebaiknya dipasang gurita untuk mencegah terjadinya kolaps postpartum.
10)  Semua pasien dengan penyakit jantung harus istirahat rebah selama 2 minggu pada masa nifas dan diberi antibiotik untuk mencegah endokarditis.
11)  Kontrasepsi dianjurkan kepada pasien.
b.      Golongan 3 : Baiknya golongan ini jangan hamil. Kalau menjadi hamil juga, sebaiknya pasien dirawat di Rumah Sakit selama kehamilan, persalinan dan nifas, di bawah pengawasan ahli penyakit dalam dan ahli kebidanan. Persalinan hendaknya pervaginam. Sebaiknya ahli mempertimbangkan abortus therapeuticus pada golongan ini. Sterilisasi harus dianjurkan.
c.       Golongan 4 : Pasien golongan ini tidak boleh hamil. Kalau menjadi hamil juga, pimpinan yang terbaik ialah mengusahakan persalinan per vaginam.

C.    PENYAKIT DARAH
1.      Hipertensi Dalam Kehamilan
a.      Hipertensi esensial
Adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dan ini termasuk juga hipertensi ringan.
Gejalanya :
Biasanya tidak terasa ada keluhan dan pusing atau berat ditekuk kepala.
Ø  Tekanan darah sistolenya antara 140-160 mmhg
Ø  Tekanan darah diastolenya antara 90-100 mmhg
Ø  Tekanan darahnya sukar diturunkan
Penanganannya :
Memantau tekanan darah apabila diketahui tinggi dan mengurangi segala sesuatu yang bisa menyebabkan tekanan darah naik seperti : gaya hidup, diet dan psikologis.
b.      Hipertensi Karena Kehamilan
Adalah hipertensi yang disebabkan atau muncul selama kahamilan
1).     Terjadi pertama kali sesudah kehamilan 20 minggu, selama persalinan dan 48 jam pasca persalinan.
2).     Lebih sering pada primigravida
3).     Risiko meningkat pada :
a.    Masa plasenta besar (gamelli, penyakit trofoblas)
b.   Diabetes mellitus
c.    Faktor herediter
d.   Masalah vaskuker
4).     Ditemukan tanpa protein dan oedema, tekanan darah meningkat.
5).     Kenaikan tekanan diastolik 15 mmhg atau > 90 mmhg dalam pengukuran berjarak 1 jam atau tekanan diastolik sampai 110 mmhg.
Penanganan :
1).    Pantau tekanan darah, proteinuria, reflek dan kondisi janin
2).    Jika tekanan darah meningkat tangani sebagai preeklampsia
3).    Jika kondisi janin memburuk atau terjadi pertumbuhan janin terhambat, rawat dan pertimbangan terminasi kehamilan.
c.       Preeklampsia
Adalah bila ditemukannya hipertensi yang ditambah dengan proteinuria dan oedema. Proteinuria adalah tanda yang penting pada preeklampsia, tidak adanya tanda ini akan membuat diagnosa preeklampsia dipertanyakan. Proteinuria jika kadarnya lebih dari 300 mg dalam urine 24 jam atau lebih dari 100 mg dalam urin 6 jam.
Gejala Yang Muncul :
1)      Kondisi preeklampsia sangat kompleks dan sangat besar pengaruhnya pada ibu maupun janin. Gejalanya dapat dikenali melalui pemeriksaan kehamilan yang rutin. Kendati tak jarang si ibu merasa dirinya sehat-sehat saja.
2)      Adanya preeklampsia bisa diketahui dengan pasti, setelah pada pemeriksaan didapatkan hipertensi, bengkak, dan protein dalam urin
3)      Preeklampsia biasanya muncul pada trimester ketiga kehamilan. Tapi bisa juga muncul pada trimester kedua. Bentuk nonkompulsif dari gangguan ini terjadi pada sekitar 7 % kehamilan. Gangguan ini bisa terjadi sangat ringan atau parah.
Penanganan Preeklampsia Ringan
Jika kehamilan < 37 minggu dan tidak ada tanda-tanda perbaikan lakukan penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan :
1)       Pantau tekanan darah, proteinuria, refleks, dan kondisi janin.
2)       Lebih banyak istirahat
3)       Diet biasa
4)       Tidak perlu diberi obat-obatan
5)       Jika rawat jalan tidak mungkin, rawat dirumah sakit :
a.    Diet biasa
b.   Pantau tekanan darah 2 x sehari, proteiuria 1x sehari
c.    Tidak perlu obat-obatan
d.   Tidak perlu diuretik, kecuali jika terdapat oedema paru, dekompensasi kordis atau gagal ginjal akut
e.    Jika tekanan diastolik turun sampai normal pasien dapat dipulangkan
f.    Nasehatkan untuk istirahat dan perhatikan tanda-tanda preeklampsia
g.   Kontrol 2 kali seminggu
h.   Jika tekanan diastolik naik lagi rawat kembali
i.     Jika tidak ada tanda-tanda perbaikan tetap dirawat
j.     Jika terdapat tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat pertimbangan  terminasi kembali
k.   Jika protein meningkat tangani sebagai preeklampsia berat
Jika kehamilan > 37 minggu, pertimbangkan terminasi
Penanganan Preeklampsia Berat
1)      Penanganan aktif
Adalah kehamilan diakhiri atau diterminasi bersamaan dengan pemberian obat kejang (sama dengan pengobatan kejang pada eklampsia). Penderita harus segera dirawat dan sebaiknya dirawat diruangan khusus di daerah kamar bersalin, tidak diperlukan ruangan yang gelap tetapi rungan dengan penerangan yang cukup. Penderita yang ditangani dengan aktif bila didapatkan satu atau lebih keadaan yaitu :
a.       Ibu dengan kehamilan 35 minggu atau lebih
b.      Adanya tanda-tanda impending eklampsia
c.       Adanya syndrome HELLP (haemolysis elevated liver enzymes and low platelet) atau kegagalan penanganan konservatif
d.      Adanya gawat janin atau IUGR
2)      Penanganan konservatif
Adalah kehamilan tetap dipertahankan bersamaan dengan pemberian pengobatan kejang (sama dengan penanganan kejang pada eklampsia). 
Pada kehamilan < 35 minggu tanpa disertai tanda-tanda impending eklampsia dengan keadaan janin baik dilakukan penanganan secara konservatif.

2.1.6     Eklampsia
Eklampsia didiagnosa jika kejang yang timbul dari hipertensi yang diinduksi dengan kehamilan atau hipertensi yang diperberat dengan kehamilan.
Tanda dan Gejala :
Pada umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya preeklampsia dan terjadinya gejala-gejala nyeri kepala dibagian frontal, gangguan penglihatan, mual, nyeri epigastrium dan hiperrefleksia.
1)      Penyebab kematian ibu : Perdarahan otak, dekompensasi kordis dan edema paru
2)      Penanganan Eklampsia : Tujuannya untuk menghentikan dan mencegah kejang, mencegah dan mengatasi timbulnya penyulit khususnya krisis hipertensi sebagai penunjang untuk stabilisasi keadaan ibu seoptimal mungkin.
3)      Sikap obstetrik : Mengakhiri kehamilan dengan trauma seminimal mungkin untuk ibu.
Penanganan kejang :
1)      Beri obat antikonvulsan
2)      Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, sedotan, masker oksigen, oksigen).
3)      Lindungi pasien dari kemungkinan trauma.
4)      Aspirasi mulut dan tenggorokan.
5)      Baringkan pasien pada sisi kiri, posisi trendelenburg untuk mengurangi resiko aspirasi.
6)      Beri O2 4-6 liter/ menit

2.      Anemia Dalam Kehamilan
a.      Pengertian
     Anemia ialah suatu keadaan yang menggambarkan kadar hemoglobin atau jumlah eritrosit dalam darah kurang dari nilai standar (normal).
Tingkat pada anemia :
1)      Kadar Hb 8 gram – 10 gram disebut anemia ringan
2)      Kadar Hb 5 gram – 8 gram disebut anemia sedang
3)      Kadar Hb kurang dari 5 gram disebut anemia berat
b.      Pengaruh Anemia terhadap Kehamilan
1)      Keguguran
2)      Partus prematurus
3)      Partus lama karena inersia uteri
4)      Perdarahan post partum karena atonia uteri
5)      Syok
6)      Infeksi, baik intrapartum maupun postpartum
7)      Anemia yang sangat berat adalah Hb dibawah 4 gr% terjadi payah jantung, yang bukan saja menyulitkan kehamilan dan persalinan, bahkan bisa fatal
c.       Penanganan :
1)      Pemberian asam folat, biasanya bersamaan dengan pemberian Sulfas ferosus
2)      Diet makanan yang bergizi (tinggi kalori dan protein)
3)      Ditemukan pada wanita yang tidak mengkonsumsi sayuran segar atau kandungan protein tinggi


D.    PENYAKIT SALURAN PERNAFASAN
1.      TUBERKULOSIS PARU-PARU
a.      Definisi
Tuberkolusis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi. (Kapita Selakta, 2001 : 472)
Tubercolosis adalah penyakit infeksi yang ditularkan melalui udara pernafasan yang disebabkan oleh kuman mycobacterium tubercolosis. (Infeksi Saluran Nafas, 1989 : 37)
b.      Penatalaksanaan Keperawatan
1)      Berikan penjelasan dan pendidikan kepada pasien bahwa penyakitnya bersifat kronik sehingga diperlukan pengobatan yang lama dan teratur.
2)      Anjarkan untuk menutup mulut dan hidungnya bula batuk, bersin, dan tertawa.
3)      Ibu hamil dengan proses aktif hendanya jangan dicampurkan dengan wanita hamil.
4)      Untuk diagniosis pasti dan pengobatan selalu bekerjasama dengan ahli paru.
5)      Pendertia dengan proses aktif apalagi dengan batuk darah sebaiknya di rawat di RS, dalam kamar isolasi. Gunanya untuk mencegah penularan untuk menjamin makanan dan istirahat yang cukup, pengobatan intensif dan teratur.

2.      Dyspnea (ASMA)
Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkhus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan.
Produksi hormon seks wanita yang meningkat akan mempengaruhi mukosa saluran respirasi. Hal ini ditandai dengan adanya pembesaran pada nasofaring, laring, trakhea dan bronkus. Keadaan tersebut menyebabkan perubahan suara dan pernafasan melalui hidung mengalami gangguan. Oleh karena itu, keluhan dyspnea sering dijumpai pada wanita hamil.

Penanganan serangan asma akut pada kehamilan adalah sebagai berikut:
1)      Pemberian oksigen yang telah dilembabkan, 2-4/menit, pertahankan pO2 70-80 mmHg. Janin sangat rentan terhadap keadaan hipoksia.
2)      Hindari obat-obat penekan batuk, sedatif dan antihistamin. Tenangkan penderita Berikan cairan intravena, biasanya penderita mengalami kekurangan cairan, cairan yang digunakan biasanya ringer laktat atau normal saline.
3)      Berikan aminofilin dengan loading dose 4-6 mg/kgBB dan dilanjutkan dengan dosis 0,8-1 mg/kgBB/jam sampai tercapai kadar terapeutik dalam plasma sebesar 10-20 mikrogram/ml.
4)      Jika diperlukan pertimbangan penggunaan terbulatin subkutan dengan dosis 0,25 mg
5)      Berikan steroid : hidrokortison secara intravena 2 mm/kgBB loading dose, tiap 4 jam atau setelah loading dose dilanjutkan dengan infus 0,5 mg/kgBB/jam
6)      Pertimbangan penggunaan antibiotika jika ada kecurigaan infeksi yang menyertai
7)      Intubasi dan ventilasi bantuan, jarang dibutuhkan kecuali pada kasus-kasus yang mengancam kehidupan.

3.      PENYAKIT PNEUMONIA
Penyakit radang paru-paru pneumonia dapat terjadi dalam kehamilan, persalinan atau nifas. Pneumonia saat kehamilan memberikan gejala panas badan tinggi, gangguan pernapasan mengganggu pertukaran o2 dan co2 sehingga membahayakan pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim sampai terjadi keguguran dan persalinan premature.
Walaupun efektivitasnya belum pernah dibuktikan, sebagian besar penulis menganjurkan pemberian asiklovir intravena, 10 mg/kg setiap 8 jam, untuk pneumonitis varisela. Dalam sebuah studi retrospektif, pasien tidak hamil dengan pneumonia yang mendapat asiklovir dalam 36 jam setelah dirawat memperlihatkan perbaikan oksigenasi pada hari keenam dibandingkan dengan control tang tidak diterapi (Haake dkk., 1990). Smego dan Asperilla (1991) mengulas terapi asiklovir unruk pneumonia varisela dan mendapatkan rata-rata angka kematian ibu adalah 15%.
4.      BRONCHITIS DAN INFLUENZA
Bronchitis dan influenza pada kehamilan dijumpai ringan sehingga tidak membahayakan jiwa ibu maupun janin. Dengan pengobatan biasa sebagian besar sembuh sehingga kehamilan dapat berlangsung dengan baik.

E.     PENYAKIT TRAKTUS DIGESTIVUS, HEPAR DAN PANCREAS
1.      TRAKTUS DIGESTIVUS
Pengertian TRAKTUS DIGESTIVUS merupakan salah satu penyakit yang menyerang alat pencernaan yang biasa dialami pada wanita hamil.
Pada wanita hamil biasanya merasakan perubahan-perubahan, misalnya : perubahan dalam merasakan makanan dan mencium bauh-bauhan kurang nafsu makan, sedikit mual, bahkan mau muntah. Akan tetapi perubahan tersebut dapat mengganggu kesehatan wanita hamil apabila terjadi perubahan yang sangat berlebihan.
Wanita hamil kadang-kadang menginginkan makanan yang aneh-aneh, misalnya : es batu, garam, makanan mentah, bahkan kapur atau lumpur. Hal ini disebabkan oleh kelaparan ataupun gangguan psikologi dengan kebiasaan sosial dan latar belakang budaya.
Alat pencernaan yang berhubungan dengan penyakit TRAKTUS DIGESTIVUS, antara lain :
a.      MULUT
Ø  Ptialismus (salorea, hipersalivasi)
Kehamilan dalam trimester I sering disertai sekresi air liur yang berlebihan dari keadan biasanya, yang disebut PTIALISMUS. Air liur yang dikeluarkan dapat mencapai 1000ml dan disertai mual dan muntah.
Untuk keadaan ini tidak ada obat yang khas untuk mencegahnya. Obat anti-kolinergik (alkaloid belladonna, atropin) dan obat anti sekresi lain dapat diberikan, akan tetapi tidak banyak menolong dalam kasus-kasus yang berat. Untuk hal ini dianjurkan pendekatan secara psikologi.
Ø  Gingivitis dan epulis
Gusi wanita hamil menjadi lunak dan hiperemesis, sehingga mudah berdarah, misalnya pada waktu gosok gigi. Peradangan seperti stomatitis, gingivitis biasa, gingivitis proloferatif, dan gingivitis hipertrofik yang berlangsung selama masa hamil. Bahkan sampai berbulan-bulan setelah kehamilan. Keadaan ini dapat dicegah melalui pemeliharaan atau kebersihan mulut agar tidak terjadi peradangan.
Epulis gravidarum disebut suatu kelainan yang khas, terdiri atas pembengkakan giniva lokal yang mengandung banyak pembuluh darah dan sangat mudah berdarah. Epulis dapat hilang dengan sendirinya setelah kelahiran.
Ø  Karies Dentis
Karies dentis sudah ada pada waktu wanita hamil. Dalam keadaan ini gigi menjadi semakin rusak, apalagi wanita hamil tersebut kekurangan kalsium untuk makanan sehari-hari. Maka dapat terjadi kerusakan pada gigi.
b.      ESOFAGUS
Ø  Pirosis (nyeri dada)
Pirosis disebabkan oleh kembalinya isis lambung yang asam kedalam esefagus bagian bawah yang sering dijumpai saat kehamilan. Nyeri dada dibawah sternum merupakan komplikasi ringan dalam kehamilan. Menjelang kehamilan yang cukup bulan biasanya keluhan berkurang karena uterus turun, sehingga tekanan intra abdominal turun pula dan kemungkinan regurgitasi berkurang. Setelah kelahiranpun berkurang.keluhan berkurang dengan pemberian makanan dalam porsi kecil dan wanita disuruh tidur setengah duduk, terutama sehabis makan dan tidak perlu diberikan makan dan minuman manis. Jika perlu dapat diberikan obat anti asam biasanya hidroxida alumunium, hidroxida magnesium atau trixsilikat magnesium. Susu sapi mengurangi asiditas lambung dan dapat diberikan menjelang waktu tidur.
Ø  Esofagitis Erosifa
Esofagitis Erosifa merupakan akibat yang gawat dari kembalinya isi lambung kedalam esofagus, dan tidak mempunyai hubungan dengan hiperemesis gravidarum. Gejala yang sering dijumpai ialah nyeri waktu menelen(disfagia) disertai pirosis. Hematemisis dapat terjadi, dan esofagoskopia menunjukkan erosio berdarah pada selaput lendir satu pertiga bawah esofagus. Penanggulangannya apabila terjada hematemesis penderita dasuruh minun air es atau es batu kecil-kecil. Biasanya kelainan ini sembuh setelah kelahiran.
Ø  Varises Esofagei
Varises Esofagei akibat sirisis hepatis menjadi lebih besar dan lebih mudah pecah dalam kehamilan, karena hipervolemia kehamilan dan hipertensi fortal.
c.       LAMBUNG
Ø  Hernia Hiatus
Meningkatnya tekanan intra abdominal dengan bertambah besarnya uterus dapat menyebabkan bagian atas lambung memasuki lubang diafragma dilalui esofagus. Multipara dalam usia lanjut sering menderita dari pada nullipara. Kelainan ini sembuh dengan sendirinya setelah anak lahir. Penderita ini kadang tidak mempunyai keluhan kadang ada keluhan gangguan pencernaan, pirosis, muntah, hematemesis dan turunnya berat badan.
Ø  Ulkus Peptikum
Frekuensi Ulkus Petikum dalam kehamilan sukar diketahui dengan pasti karena pemeriksaan dengan sinar roentgen jarang dilakukan, namun ulkus yang aktif jarang dijumpai pada wanita hamil. Para wanita yang diketahui menderita ulkus peptikum biasanya penyakitnya sembuh atau berkurang dalam masa hamil, terutama dalm triwulan satu dan dua. Dalam triwulan ketiga, dalam nifa dini dan beberapa bulan sampai dua tahun setelah kelahiran penyakit kambuh lagi. Dalam enam bulan pertama kehamilan getah lambung berkurang, dan meningkat lagi dalam triwulan terakhir, nifas dan beberapa bulan setelah anak lahir. Penanganan ulkus peptikum dalam kehamilan umumnya konservatif. Tindakan operatif hanya dilakukan apabila memang diperlukan. Perdarahan yang ringan dapat diobati secara konsevatif disertai transfusi darah atau pemberian besi parenteral, misalnya imferon dengan infus dalam dosis tinggi.
Ø  Gastritis
Gastro-kolitis sering dibuat pada wanita hamil mudah, dengan keluhan : nyeri epigastrium, mual, muntah, tidak ada nafsu makan. Untuk pemeriksaan yang lebih objektif dan lebih teliti sebagian dari wanita hamil menderita hiperemesis gravidarum, pirosis, esofagitis, atau hernia hiatus.
d.      USUS HALUS
Ø  Ileus
Ileus obstruktivus dapat dijumpai dalam kehamilan seperti kontraksi uterus, kejang otot perut, disertai mual, muntah dan konstipasi. Gejala obstruksi usus halus atau usus besar terjadi karena kompresi atau torsi oleh uterus yang membesar. Selain itu obstruksi terjadi karena volvulus, intususepsi, dan hernia inkarserata. Muntah-muntah, obstipasi, dan bising usus merupakan gejala-gejala yang khas bagi ileus obstruktifus.
Ileus merupakan komplikasi yang gawat dan sangat berbahaya, yang sering menyebabkan kematian wanita hamil, apabila tidak segera di operasi. Dalam kehamilan biasa tonus dan peristaltik usus berkurang, yang sering menyababkan wanita sulit buang air besar. Kadang-kadang timbul gejala ileus paralitikus dalam kehamilan dan nifas.
Ileus paralitikus tanpa komplikasi lain diatasi dengan pemberian makanan parenteral dan pemasangan pipa hidung sampai lambung untuk menghisap isi lambung yang terus-menerus. Dengan cara ini biasanya penderita sembuh dalam waktu 3-5 hari.
Ø  Volvulus
Dengan makin tuanya kehamilan dan makin membesarnya uterus, usus halus dapat terputar pada pangkalnya, sehingga terjadi penjiratan seluruh ileum. Akibatnya sangat gawat dan menyebabkan kematian apabila tidak segera di operasi. Keadaan lain yang dapat menyebabkan volvulus ialah perpanjangan mesokolon, hernia diafragmatika, perlekatan usus, dan terdapatnya pita kongenital di dalam rongga perut.
Gambaran klinik berupa perut yang menunjukkan tanda-tanda gawat dengan mendadak terdiri atas gejala-gejala obstruksi usus disertai muntah-muntah yang hebat. Keadaan umum cepat memburuk akiat gangguan elektrolit dan keracunan: Nadi sangat cepat dan suhu meningkat. Penderita harus segera di operasi.
Ø  Hernia
Berbagai macam hernia dapat di jumpai dalam kehamilan, seperti hernia inguinalis, femoralis, umbilikalis, dan sikatrisea yang biasanya tidak menimbulkan keluhan. Membesarnya uterus mendorong usus-usus lebih jauh dari cincin hernia, sehingga inkarserasi jarang terjadi dalam kehamilan, juga dalam persalinan kala 2, walaupun wanita kesakitan. Sebaliknya, dalam nifas cincin dapat menjadi lebih besar dan usus dapat masuk kedalam kantung hernia. Gejala-gejala ileus pada hernia dapat timbul pada setiap saat dalam kehamilan atau nifas apabila ada perlekatan usus yang terjepit, terputar, atau tertarik dalam persalinan sebaiknya wanita tidak meneran terlampau kuat apabila kantung hernia menjadi lebih besar, dan persalinan di akhiri dengan ekstraktor vacum atau cunam.
Hernia umbilikalis dan hernia sikatrisea tetap membesar dalam kehamilan. Apabila ada perlekatan usus dengan omentum, tarikan pada omentum sering menyebabkan rasa nyeri.
Ø  Ileitis regionalis
Ileitis regionalis merupakan suatu proses granulomatus ileum bagian akhir yang tidak khas yang meliputi peradangan, nekrosis, ulserasi, dan perparutan. Penyakit ini  biasanya dijumpai pada orang dewasa muda dan jarang pada wanita hamil.
Gejala-gejala dapat bervariasi, tergantung dari lamanya penyakit bersifat aktif dan luasnya ileum yang terkena proses : diantaranya nyeri perut, diare, demam ringan, terabanya tumor di perut, perdarahan, dan perforasi usus. Anamnesis yang teliti dan pemeriksaan ronentgen dapat menyokong diagnosis. Diagnosis hanya dapat di buat setelah perut di buka.
Pengaruh kehamilan pada ileitis regionalis tidak pasti dan sangat bervariasi : ada yang menjadi lebih baik dalam kehamilan, ada yang sama, ada pula yang menjadi lebih buruk. Apabila penderita menunjukkan gejala-gejala yang berat dan reaksi negatif terhadap kehamilannya, maka dapat dipertimbangkan melalui abortus buatan atas kerjasama dengan psikiater.
e.       USUS BESAR
Ø  Appendisitis
Appendisitis akuta dapat terjadi setiap saat dalam kehamilan dan nifas. Diagnosis diferensial haruys dibuat dengan peristiwa mendadak lain-lain, seperti kehamilan diluar kandungan, putaran tangkai pada tumor ovarium atau mioma subserosum, ureteritis, batu ureter, pielonefritis dan obstruksi usus halus. Dalam persalinan harus dibedakan dari solusio plasentae dan kelainan-kelainan tersebut diatas.
Walaupun frekuensi appendisitis dalam kehamilan tidak lebih tinggi daripada diluar kehamilan, namun perforasi lebih sering terjadi dalam kehamilan, kira-kira 1,5-3,5 kali lebih sering. Dalam persalinan abses dapat pecah karena berkontraksinya uterus dan menyebabkan peritonitis difusa. Bahaya ini lebih besar lagi dalam partus kala 3 dan hari-hari pertama nifas waktu korpus uteri banyak bergerak-gerak dalam proses involusi. Diagnosis dipersulit karena rasa nyeri tidak selalu pada titik Mcburney. Dalam kehamilan memang terjadi perpindahan tempat usus buntu akibat membesarnya uterus : makin tua umur kehamilan, makin tinggi lokalisasi apendiks. Serangan nyeri perut yang didahului oleh rasa mual dan muntah, pada appendisitis akuta baru pertama kali itu di rasakan, tidak pernah sebelumnya dan sifat nyerinya lain daripada rasa nyeri yang biasa di derita oleh wanita hamil umumnya. Wanita hamil dengan appendisitis akuta harus segera di operasi dan di lakukan appendektomia tanpa menghiraukan nasib janin. Seksiosesarea tidak di anjurkan pada waktu dilakukan appendektomia karena uterus mudah terserang infeksi. Biasanya kehamilan berlangsung terus sampai tiba saat persalinan. Dalam kala dua partus di akhiri dengan ekstraktor vakum/ cunam. Manipulasi intra uterin sedapatnya di hindari. Apabila diagnosis appendiksitis akuta dibuat menjelang atau dalam persalinan, maka dilakukan juga appendektomia, dan diharapkan partus pervagina atau dapat dipertimbangkan appendektomia dan seksio-histerektomia.
f.       DAERAH ANUS
Ø  Pruritus ani
Pruritus ani kadang-kadang dijumpai dalam kehamilan dan dapat sangat mengganggu penderita.Biasanya pengobatan juga sulit.Rasa gatal dapat terbatas di daerah perianal atau menjalar lebih luas sampai di daerah kelamin, bagian dalam paha, dan pantat.Karena rasa gatal, daerah itu digaruk, yang menimbulkan/menambah iritasi kulit; dan seterusnya ini menambah rasa gatal.
Pruritus ani dapat dibagi dalam 2 golongan: 1) yang mempunyai sebab organik, dan 2) yang disebabkan faktor psikogenik. Dalam golongan pertama termasuk pruritus yang disebabkan faktor psikogenik. Dalam golongan pertama termasuk pruritus yang disebabkan oleh fissura et fistula ani, proktitis, wasir, jamur, diabetes mellitus, alergi terhadap benang sintetik pakaian dalam, atau ukuran pakaian yang tidak sesuai. Golongan kedua biasanya disebabkan oleh konflik emosional dalam kehamilan yang berdasarkan ketidakmatangan psiko-seksual.
Penanggulangan harus dimulai dengan menghilangkan/ menghindarkan faktor penyebabnya.Iritasi kulit akibat garukan diobati dengan salep kortison.Apabila pengobatan tidak berhasil dan tidak diaemukan sebab organik, maka sebaiknya dimintakan konsultasi pada psikiater.
Ø  Wasir (hemoroid)
Dalam kehamilan dapat terjadi pelebaran vena hemoroidalis interna dan pleksus hemoroidalis eksterna, karena terdapatnya konstipasi dan pembesaran uterus.Hemoroid ini lebih nyata dan dapat menonjol keluar anus.Wasir yang kecil kadang¬kadang tidak menimbulkan keluhan, sedang yang besar sering menimbulkan keluhan bahkan dapat menimbulkan komplikasi hebat yaitu rasa nyeri serta perdarahan pada saat buang air besar, serta ada sesuatu yang keluar dari anus.
Wasir dapat didiagnosis dengan mudah, yaitu adanya keluhan rasa perih di daerah , perdarahan, serta pada pengamatan diternukan vena yang membengkak di anus atau dl rektum. Pada hemoroid interna dan eksterna yang tidak menimbulkan keluhan, tidak perlu diberi pengobatan, dan setelah melahirkan hemoroid tersebut akan mengecil sendirinya.
Pada hemoroid yang besar, yang menjadi keluar baik dalam kehamilan atau masa nifas, yang menimbulkan keluhan, perlu dilakukan antara lain reposisi oleh dokter maupun oleh penderita sendiri, dengan menggunakan salep antihemoroid. Usahakan penderita agar memakan makanan yang lunak dan tidak meneran.Pada keadaan yang sudah berdarah, diberi anti-salep atau suppositoria.Tindakan sklerosing atau hemoroidektomia jarang diperlukan.
Ø  Fissura ani
Fisura ani merupakan kelainan yang sering dirasakan sangat nyeri dan terdiri atas luka-luka memanjang pada dinding belakang anus. Asalnya tidak diketahui dengan pasti; mungkin karena trauma pada mukosa dengan kriptitis, atau sebal pecahnya abses kista.
Mula-mula rasa nyeri dialami pada waktu penderita buang air besar, penderita segan untuk ke belakang; kemudian rasa nyeri berlangsung beberapa jam setelah defekasi.Fissura yang baru terjadi dapat diharap sembuh spontan.Akan tetapi, fissura menahun yang disertai peradangan dengan banyak keluhan memerlukan eksisi lebar semua jaringan yang saki insisi muskulus sfingter ani eksternus, juga pada wanita hamil.

2.      HEPAR
Penyakit Hati Bukan Karena Komplikasi Kehamilan
a.      Hepatitis infeksiosa
Hepatitis infeksiosa disebabkan oleh virus dan merupakan penyakit hati ya sering dijumpai dalam kehamilan.Pada wanita hamil penyebab hepatitis i terutama oleh Virus hepatitis B, walaupun kemungkinan juga dapat Virus h atau hepatitis C. Hepatitis virus dapat terjadi pada setiap saat kehan mempunyai pengaruh buruk pada janin maupun ibu. Pada trimester perta terjadi keguguran, akan tetapi jarang dijumpai kelainan kongenital (anoi janin), sedangkan pada kehamilan trimester kedua dan ketiga, serin persalinan prematur. Tidak dianjurkan untuk melakukan terminasi pada k dengan induksi atau seksio sesarea, karena akan mempertinggi risiko pada hepatitis B, janin kemungkinan dapat penularan melalui plasenta, waktu ahir atau masa neonatus; walaupun masih kontroversi tentang penularan melalui air susu
Penatalaksanaan yaitu:
Ø  istirahat, diberi nutrisi dan cairan yang cukup, kalau perlu intravenus;
Ø  isolasi cairan lambung, darah atau cairan badan lainnya, dan diingatkan ibunya tentang pentingnya janin dipisahkan;
Ø  periksa HBsAg trol kadar bilirubin, Serum Glutamik Oksaloasetik Transaminase (SG07 Glutamik-Piruvik Transaminase (SGPT), faktor pembekuan darah, karena kinan telah ada Disseminated Intravascular Coagulopathy (DIC);
Ø  cegal naan obat-obat yang bersifat hepatotoksik;
Ø  pada ibu yang HBsAg po; diperiksa HBsAg anak karena kemungkinan terjadi penularan melalui I pusat;
Ø  tindakan operasi seperti seksio sesarea akan memperburuk program
Ø  pada bayi yang baru dilahirkan dalam 2 x 24 jam diberi suntikan anti serum.
b.      Penyakit hati karena obat
Obat-obat tertentu dapat menimbulkan gangguan faal hati, bahkan dapat menyebabkan kerusakan fatal seperi fenotiazin, tetrasiklin, klorpeomazin, klorform, arsenamin, fosfor, karbon tetraklorida, isoniazid, asetaminofen.Fenotiazin dan klorpromazin yang digunakan unruk mengurangi rasa mual, muntah-muntah dalam kehamilan dapat menyebabkan ikterus, bila diberikan terlalu lama atau dalam dosis yang besar.Tetrasiklin yang merupakan obat yang dilarang digunakan dalam kehamilan karena dapat menyebabkan kelainan kongenital (teratogenik) pada janin, juga dapat menimbulkan kerusakan pada hati.Begitu pula obat-obat isoniasid, yang selalu diikutkan sebagai obat untuk penyakit TBC, dapat menimbulkan kelainan hati, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan faal hati setelah pengobatan beberapa bulan.
c.       Ruptura hepatis
Ruprura hepatis, baik yang traumatik maupun yang spontan, dapat terjadi dalam kehamilan, biasanya yang robek lobus kanan.Mortalitas sangat tinggi, kemungkinan 75% penderita meninggal.Hampir semua penderita yang mengalami ruptura hepatis pernah menderita pre-eklampsia atau eklampsia.Gambaran klinik mencakup nyeri epigastrium, abdomen akut, pekak sisi, pekak beranjak (shifting dullness) dan syok.Penderita dapat diselamatkan apabila ruprura hepatis lekas diketahui dan segera dioperasi.
d.      Sirosis bepatis
Kehamilan agaknya tidak mempengaruhi jalannya sirosis hepatis. Sebaliknya, sirosis dapat mempunyai pengaruh tidak baik terhadap kehamilan, tergantung dari beratnya penyakit.
Penderita dengan fungsi hepar yang masih baik dan menjadi hamil, dapat melahirkan biasa tanpa penyakitnya menjadi lebih buruk akibat kehamilannya, asal ia mendapat pengobatan dan perawatan yang baik. Akan tetapi, apabila fungsi hepar sudah terganggu atau ada varises esofagus karena sirosis, sebaiknya penderita tidak hamil.Terutama dalam trimester III dapat terjadi krisis gawat hati (liver failure) dan perdarahan dari varises esofagus.Apabila penderita demikian hamil juga, maka abortus buatan dapat dipertimbangkan, walaupun pada umumnya sirosis saja tidak merupakan indikasi bagi pengakhiran kehamilan.
e.       Koklitiasis dan kolesistitis
Kolelitiasis dijumpai 2-3 kali lebih sering pada wanita dari pria, dan kehamilan dianggap sebagai salah satu faktor pencetus dalam terjadinya batu empedu dan penyakit kandung empedu.Kombinasi hiperkolesterolemia dan perlambatan pengosongan kandung empedu dalam kehamilan memudahkan terbentuknya batu empedu.Sebaliknya wanita hamil jarang mengeluh tentang serangan kolik empedu.Hal ini terjadi adanya anggapan bahwa kurangnya tonus otot polos yang memudahkan keluarnya batu-batu kecil saluran empedu ke dalam duodenum. Gejala-gejala kolelitiasis berupa nyeri perut sebela}i kanan atas atau di dacrah epigastrium yang mungkin gradual atau mendadak (tiba-tiba) yang menjalar ke dada bagian kanan atas atau ke bahu belakang kanan. Bila penyumbatan total, n kolik empedu tetap, penderita enek-enek, muntah, demam dan menggigil (k, tis), dan ikterus.Pada penderita mungkin sebelumnya telah ada sakit k empedu, atau makan yang telah diatur, di mana la tak tahan lemak.Pada pemc didapatkan penderita panas, kuning dan nyeri di perut kanan atas, leukc sedangkan urin normal.
Penanggulangan kolelitiasis atau kolesistitis dalam kehamilan, pada un konservatif yaitu istirahat, diet dan antibiotika. Tindakan operasi jarang dil; kecuali disangka atau didapatkan komplikasi berupa infeksi makin berat, n gangren atau perforasi.


f.       Penyakit Hati Akibat Komplikasi Kehamilan
Beberapa komplikasi kehamilan dapat menyebabkan kelainan/penyakit h;
Ø  Ikterus rekurrens gravidarum
Dalam kehamilan, terutama dalam triwulan terakhir, dapat timbul ikterus ya: diketahui etiologinya, sering dimulai dan disertai dengan rasa gatal di selurul Kelainan ini sembuh dengan sendirinya dalam 2 minggu pertama nifas, untul lagi dalam kehamilan-kehamilan berikutnya. Nama-nama lain yang ser-ing di} untuk kelainan ini ialah ikterus idiopatik kehamilan, kolestatis idiopatik/ini tik, hepatotoksemi endogen, atau hepatosis obstetrik.
Kelainan utamanya ialah kolestasis intrahepatik dengan pewarnaan em tengah lobulus hepatis tanpa peradangan atau proliferasi mesenkim. Sel-sel h mengalami kerusakan. Secara klinis jalannya penyakit ringan. Selain ikte pruritus, gejala-gejala lain dapat pula dijumpai, seperti meningkatnya 1 (ringan), fosfatase alkalis (tidak selalu), dan glutamin oksaloasetik transmina: serum. Anoreksia, mual, muntah, nyeri epigastrium, dan diare serii merupakan keluhan penderita. Dalam diagnosis diferensial perlu disic kemungkinan penyakit hati lain, seperti hepatitis virus, keracunan obat, c empedu. Hilangnya gejala-gejala dalam masa nifas menyokong diagnosis. Pc an terutama simptomatik. Karena jalannya penyakit ringan dan tidak terdap; bukti yang menunjukkan pengaruh tidak baik terhadap janin, maka pen; kehamilan tidak diperlukan.Fenothiazide dengan tujuan untuk mengura gatal tidak boleh diberikan karena obat ini dapat menyebabkan ikterus.kadar protrombin rendah, penderita diberi suntikan vitamin K.
Ø  Atrofi kuning mendadak hati (acute yellow liver atropby)
Atrofi kuning mendadak hati sangat jarang dijumpai dalam kehamilan, dan dapat dibagi dalam 2 jenis, yakni a) atrofi kuning, mendadak akibat hepatitis virus dankeracunan obat; dan b) atrofi kuning mendadak obstetrik semata-mata akibat kehamilan.
v  Atrofi kuning mendadak akibat hepatitis dan obat ditandai dengan nekrosis luas jaringan hati tanpa infiltrasi lemak, dan dapat disertai gawat ginjal mendadak. Keadaan penderita sangat cepat memburuk, disertai ikterus yang berat dan koma; tidak lama kemudian biasanya penderita meninggal.Penyakit ini dapat dijumpai baik pada wanita hamil maupun pada wanita tidak hamil, dan pria.
v  Atrofi kuning mendadak obstetrik, yang khas bagi kehamilan, dilaporkan oleh Sheehan Ober dan Le Compte, dan Kahil dkk. Gejala-gejalanya biasanya timbul tiba-tiba dalam bulan terakhir kehamilan dengan muntah-muntah hebat dan nyeri epigastrium, disusul oleh ikterus yang progresif, koma, dan biasanya kematian.Penderita dapat melahirkan anak mati 7-12 hari setelah timbulnya gejala-gejala.
Etiologinya tidak diketahui dengan pasti.Mungkin sekali penyakit ini disebabkan oleh reaksi peka yang berlebihan terhadap suatu zat yang dihasilkan oleh kesatuan fetoplasenta, atau terhadap zat-zat eksogen.
Secara histologik kelainan yang sangat menonjol ialah infiltrasi lemak sel-sel hati tanpa peradangan dan nekrosis; selebihnya arsitektur jaringan hati tetap baik.Gambaran ini lazim disebut metamorfosis lemak hati. Atrofi hati tetrasiklin pada dasarnya sama; hanya sel-sel periportal ikut pula mengalami infiltrasi lemak. Sebaliknya, atrofi akibat hepatitis infeksiosa menunjukkan gambaran yang lain: tidak terdapat infiltrasi lemak, melainkan nekrosis sel-sel hati dan sel-sel periportal. Seperti pada atrofi hati mendadak lain-lain, tidak banyak dapat dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan janin.Pengobatan semata-mata simptomatik. Tidak terdapat bukti¬bukti yang meyakinkan bahwa pengakhiran kehamilan mernperbaiki prognosis.Apabila janin masih hidup, induksi persalinan dapat dipertimbangkan. Seksio sesarea merupakan kontraindikasi, kecuali atas tindakan obstetrik.

3.      PANKREAS
Pankreatitis jarang dijumpai dalam kehamilan akan tetapi dapat diderita wanita hamil. Etiologinya belum diketahui, akan tetapi faktor predisposisi adalah adanya penyakit saluran empedu, peminum alkohol, pemberian obat diuretika thiazide dan antibiotika tetrasiklin. Gejala sering dikeluhkan penderita biasanya nyeri hebat di daerah epigastrium yang menjalar ke belakang, mual dan muntah-muntah, perut gembung, demam, bising usus menurun.Kadang-kadang menggigil dan ikterus ringan.Kira-kira 20% penderita dalam keadaan syok, koma.
Laboratorium yang sangat membantu dalam mendiagnosis pankreatitis ini adalah meningkatnya kadar amilase serum dalam waktu 8 jam. Amilase urin juga meningkat di atas 300 unit/jam. Klearens amilase, mungkin lebih .spesifik untuk diagnosis pankreatitis. Bila digunakan hasil konsentrasi amilase dan kreatinin urin yang dikumpulkan bersama¬-sama danan amilase serum, maka akan didapat klearen amilase yaitu :
a.       amilase urin x kreatin urin x 100
b.      amilase serum x kreatinin urin
Bila angka hasil klearens amilase ini lebih besar dari 4.5, maka dapat dii diagnosis pankreatitis. Pengaruh pankreatitis ini pada ibu maupun pada jan tinggi, dilaporkan dapat terjadi kematian ibu 37% dan janin 38%. Oleh k diagnosis dan pengobatan haruslah cepat dibuat dan diberikan. Cara penan~ hampir sama dengan di luar kehamilan yaitu:
a.       Ganti kekurangan cairan dalam pembuluh darah dengan darah, albur cairan, dan ini dimonitor dengan CVP (central venous pressure).
b.      Monitor elektrolit, glukosa, dan kalsium darah, dan segera dikon menunjukkan kelainan.
c.       Pasang slang lambung dan isap untuk mengurangi cairan yang d pankreas.
d.      Diberi obat analgetika seperti meperidine 75-100 mg im, tiap 3-4 ja menghilangkan rasa sakit.
e.       Pemberian antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder.
f.       Pengakhiran kehamilan tidak dianjurkan dan tidak diperlukan.
g.      Operasi hanya dilakukan pada keadaan tertentu, seperti abses yaj membesar, penyumbatan saluran empedu, perforasi.

Comments

Popular posts from this blog

Konsep Cairan dan Elektrolit Tubuh

Makalah Konsep Dasar Teori Air Susu Ibu (ASI)