Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal

Image
  Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa contoh upaya kolaboratif yang dapat dilakukan: 1.       Kolaborasi antara tenaga medis dan bidan: Tim medis yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan dapat bekerja sama untuk memberikan pelayanan kesehatan yang holistik kepada ibu hamil dan bayi yang akan lahir. Dengan saling berbagi pengetahuan dan keterampilan, mereka dapat meningkatkan pemantauan kehamilan, memberikan perawatan prenatal yang tepat, dan menangani komplikasi saat melahirkan. 2.       Kemitraan antara lembaga kesehatan dan masyarakat: Kolaborasi antara fasilitas kesehatan, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan maternal dan perinatal. Misalnya, mengadakan kampanye penyuluhan dan program edukasi di komunitas mengenai perawa

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) MENCEGAH KEHILANGAN PANAS PADA BAYI BARU LAHIR


SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
MENCEGAH KEHILANGAN PANAS PADA BAYI BARU LAHIR

Saat lahir, mekanisme pengaturan suhu tubuh pada BBL, belum berfungsi sempurna. Oleh karena itu, jika tidak segera dilakukan upaya pencegahan kehilangan panas tubuh maka BBL dapat mengalami hipotermia. Bayi dengan hipotermia, berisiko tinggi untuk mengalami sakit berat atau bahkan kematian.



SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Topik                        :    Perawatan Bayi Baru Lahir
Sub Topik                 :    Mencegah Kehilangan panas Pada Bayi Baru Lahir  
Sasaran                     :    Ibu yang Mempunyai Bayi
Tempat                     :   
Hari / Tanggal          :   
Waktu                      :   

A.    Tujuan Intruksional Umum
Setelah mendapatkan penjelasan tentang perawatan bayi baru lahir selama 20 menit, di harapkan para ibu dapat mengerti dan memahami tentang berbagai cara menjaga kehangatan bayi baru lahir agar tidak terjadi kehilangan panas.

B.     Tujuan Instruksional
Setelah mendapat penjelasan tentang mencegah bayi baru lahir agar tidak terjadi kehilangan panas di harapkan klien mampu:
1.      Menjelaskan penyebab-penyebab kehilangan panas pada bayi baru lahir
2.      Menyebutkan tanda-tanda bayi kedinginan karena kehilangan panas
3.      Menyebutkan pencegahan kehilangan panas pada bayi.

C.    Materi            :   
1.      Mekanisme kehilangan panas
2.      Tanda bayi kehilangan panas
3.      Dampak bayi kehilangan panas
4.      Upaya untuk mencegah kehilangan panas

D.    Metode
1.      Ceramah
2.      Tanya jawab

E.     Media dan Alat Peraga
1.      Satuan Acara Penyuluhan
2.      Flip Chart (lembar balik)

F.     Uraian kegiatan
No
Waktu
Kegiatan Penyuluhan
Respon
1
3 Menit
Pendahuluan:
-          Menyampaikan salam
-          Menjelaskan tujuan
-          Kontrak waktu
-          Tes awal

-          Menjawab Salam
-          Mendengarkan
-          Memberi respon

10 Menit
Inti :
-          Mekanisme kehilangan panas
-          Tanda bayi kehilangan panas
-          Dampak bayi kehilangan panas
-          Upaya untuk mencegah kehilangan panas

-          Memperhatikan
-          Memperhatikan
-          Memperhatikan

-          Memperhatikan

7 Menit
Evaluasi:
-          Tanya jawab


-          Tes akhir

-          Menyimpulkan hasil penyuluhan
-          Pemberian salam penutup

-          Menanyakan pemaparan yang belum jelas
-          Mampu menjawab pertanyaan
-          Menyimpulkan

-          Membalas salam








MATERI
PENCEGAHAN KEHILANGAN PANAS

Saat lahir, mekanisme pengaturan suhu tubuh pada BBL, belum berfungsi sempurna. Oleh karena itu, jika tidak segera dilakukan upaya pencegahan kehilangan panas tubuh maka BBL dapat mengalami hipotermia. Bayi dengan hipotermia, berisiko tinggi untuk mengalami sakit berat atau bahkan kematian. Hipotermia mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan diselimuti walaupun berada di dalam ruangan yang relatif hangat. Bayi prematur atau berat lahir rendah juga sangat rentan untuk mengalami hipotermia. Walaupun demikian, bayi tidak boleh menjadi hipertermia (temperatur tubuh lebih dari 37,5°C)

A.      Mekanisme Kehilangan Panas
BBL dapat kehilangan panas tubuhnya melalui cara-cara berikut:
1.      Evaporasi adalah kehilangan panas akibat penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri. Hal ini merupakan jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika saat lahir tubuh bayi tidak segera dikeringkan atau terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselimuti.
2.      Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur atau timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apabila bayi diletakkan di atas benda-benda tersebut.
3.      Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di dalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika ada aliran udara dingin dari kipas angin, hembusan udara dingin melalui ventilasi/pendingin ruangan.
4.      Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi dapat kehilangan panas dengan cara ini karena benda-benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung).


B.       Mencegah Kehilangan Panas
Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya berikut:
·         Ruang bersalin yang hangat
Suhu ruangan minimal 25°C. Tutup semua pintu dan jendela.
·         Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Verniks akan membantu menghangatkan tubuh bayi. Segera ganti handuk basah dengan handuk atau kain yang kering.
·         Letakkan bayi di dada atau perut ibu agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi
Letakkan bayi tengkurap di dada atau perut ibu. Luruskan dan usahakan ke dua bahu bayi menempel di dada atau perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi sedikit lebih rendah dari puting payudara ibu.
·         Inisiasi Menyusui Dini (lihat bagian Inisiasi Menyusu Dini)
·         Gunakan pakaian yang sesuai untuk mencegah kehilangan panas
Selimuti tubuh ibu dan bayi dengan kain hangat yang sama dan pasang topi di kepala bayi. Bagian kepala bayi memiliki permukaan yang relatif luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup.
·         Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
Lakukan penimbangan setelah satu jam kontak kulit ibu ke kulit bayi dan bayi selesai menyusu. Karena BBL cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya (terutama jika tidak berpakaian), sebelum melakukan penimbangan, terlebih dulu selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering. Berat bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi pada saat berpakaian atau diselimuti dikurangi dengan berat pakaian atau selimut.
Bayi sebaiknya dimandikan pada waktu yang tepat yaitu tidak kurang dari enam jam setelah lahir dan setelah kondisi stabil. Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama setelah lahir dapat menyebabkan hipotermia yang sangat membahayakan kesehatan BBL.
·         Rawat Gabung
Ibu dan bayi harus tidur dalam satu ruangan selama 24 jam. Idealnya BBL ditempatkan di tempat tidur yang sama dengan ibunya. Ini adalah cara yang paling mudah untuk menjaga agar bayi tetap hangat, mendorong ibu segera menyusui bayinya dan mencegah paparan infeksi pada bayi.
·         Resusitasi dalam lingkungan yang hangat
Apabila bayi baru lahir memerlukan resusitasi harus dilakukan dalam lingkungan yang hangat.
·         Transportasi hangat
Bayi yang perlu dirujuk, harus dijaga agar tetap hangat selama dalam perjalanan.
·         Pelatihan untuk petugas kesehatan dan Konseling untuk keluarga
Meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan dan keluarga tentang hipotermia meliputi tanda-tanda dan bahayanya.


C.      Tanda-tanda penurunan suhu tubuh bayi:
1.      Tanda awal:
Kedua tangan dan kaki terasa dingin.
2.      Tanda lanjut:
·         Seluruh tubuh teraba dingin,
·         Bayi tidak bergerak aktif / bayi lemas,
·         Bayi tidak mau menyusu,
·         Bayi menangis lemah.

Cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi:
·         Bayi ditempatkan di ruangan yang hangat, jangan ber-AC.
·         Kontak / menempelkan kulit bayi dengan kulit ibu.
·         Menyusui sesering mungkin.
·         Tutup kepala karena 25% panas hilang melalui kepala.




Sumber:
Departemen Kesehatan Direktorat Jenderal Bina Kesehata Masyarakat, (2004), Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal, Jakarta: Departemen Kesehatan

M. Fraser, Diane,  (2009), Myles Buku Ajar Bidan, Jakarta:EGC

Varney, Helen, (2009), Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Jakrta: EGC


Sarwono, Prawirohardjo., (2010), Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.  Bina Pustaka sarwono

Comments

Popular posts from this blog

Konsep Cairan dan Elektrolit Tubuh

Makalah Konsep Dasar Teori Air Susu Ibu (ASI)