Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal

Image
  Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa contoh upaya kolaboratif yang dapat dilakukan: 1.       Kolaborasi antara tenaga medis dan bidan: Tim medis yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan dapat bekerja sama untuk memberikan pelayanan kesehatan yang holistik kepada ibu hamil dan bayi yang akan lahir. Dengan saling berbagi pengetahuan dan keterampilan, mereka dapat meningkatkan pemantauan kehamilan, memberikan perawatan prenatal yang tepat, dan menangani komplikasi saat melahirkan. 2.       Kemitraan antara lembaga kesehatan dan masyarakat: Kolaborasi antara fasilitas kesehatan, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan maternal dan perinatal. Misalnya, mengadakan kampanye penyuluhan dan program edukasi di komunitas mengenai perawa

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENANGANAN IKTERUS NEONATERUM


SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PENANGANAN IKTERUS NEONATERUM

Keadaan bayi kuning (ikterus) sangat sering terjadi pada bayi baru lahir, terutama pada BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah). Banyak sekali penyebab bayi kuning ini. Yang sering terjadi adalah karena belum matangnya fungsi hati bayi untuk memproses eritrosit (sel darah merah).
 
Satuan Acara Penyuluhan

Topik                   : Bayi Baru Lahir (BBL)
Sub Topik            : Penanganan Ikterus Neonaterum
Hari/ tanggal        :
Tempat                : Posyandu
Jam / waktu         : 30 Menit
Sasaran                : Ibu Nifas

A.      Tujuan Umum
Setelah melakukan penyuluhan, masyarakat mampu memahami tentang icterus pada bayi baru lahir dan mampu melakukan perawatan icterus pada bayi baru lahir.

B.       TujuanKhusus
Setelah melakukan penyuluhan, masyarakat mampu mengetahui tentang:
1.      Pengertian ikterus
2.      Penyebab ikterus
3.      Tanda dan gejala ikterus
4.      Komplikasi ikterus
5.      Penanganan ikterus
6.      Pencegahan ikterus

C.      Materi
1.      Pengertian ikterus
2.      Penyebab ikterus
3.      Tanda dan gejala ikterus
4.      Komplikasi ikterus
5.      Penangananikterus
6.      Pencegahanikterus

D.      Metode
1.      Ceramah
2.      Tanya jawab

E.       Media danAlat
1.      Leaflet
2.      SatuanAcaraPembelajaran (SAP)

F.       StrategiPelaksanaan

No
Waktu
Tahapan
Kegiatan penyuluhan
Kegiatan sasaran
1
3 menit
Pembukaan
v  Mengucapkan salam
v  Memperkenalkan diri
v  Menyapa peserta
v  Membuat kontrak waktu
-          Menjawabsalam
-          Memperhatikan
-          Memperhatikan
-          Memperhatikan
2
20 menit
Isi
v  Menyampaikan topik
v  Membagikan leaflet
v  Menjelaskan definisi ikterus
v  Menjelaskan penyebab ikterus
v  Menjelaskan upaya pencegahan ikterus
-          Memperhatikan
-          Memperhatikan
-          Memperhatikan
-          Memperhatikan
-          Memperhatikan

3
7 menit
Penutup
v  Memberikan kesempatan kepada ibu untuk bertanya
v  Memberikanreinformconsentpositif
v  Memutup acara penyuluhan
v  Salam penutup
-          Menjawab pertanyaan

-          Menjawab pertanyaan

-          Menjawab pertanyaan
-          Menjawab salam

G.      Evaluasi
·         Jelaskanpengertianikterus !
·         Sebutkantandadangejalaikterus !
·         Sebutkancaraperawatanbayidenganikterus !
·         Memintaibuuntukmempraktekkancaramenyusuidenganbaikdanbenar !





Materi Penyuluhan
“Penanganan Ikterus Neonatorum”


A.      Pengertian Ikterus
Ikterus adalah menguningnya sclera, kulit atau jaringan lain akibat penimbunan billirubin dalam tubuh atau akumulasi dalam darah lebih dari 5 mg/dl dalam 24 jam, yang menandakan terjadinya gangguan fungsional dari hepar, system billiary atau system hematologi , gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa karena adanya deposisi produk akhir katabolisme hem yaitu bilirubin. Secara klinis, ikterus pada neonatus akan tampak bila konsentrasi bilirubin serum lebih 5 mg/dL . Ikterus (Jaundice) adalah perubahan warna kulit menjadi kuning akibat pewarnaan jaringan oleh bilirubin. (Ai Yeyeh, 2010:268).

B.       PenyebabIkterus
1)      Berat badan lahir
Berat lahir adalahberatbayi yang ditimbangdalam 1 (satu) jam setelahlahir.Berat badan lahir yang kurang dari normal dapat mengakibatkan berbagai kelainan yang timbul dari dirinya, salah satunya bayi akan rentan terhadap infeksi yang nantinya dapat menimbulkan ikterus neonatorum. Banyak bayi baru lahir, terutama bayi kecil (bayi dengan berat lahir <2500 gram) mengalami ikterus pada minggu pertama hidupnya. Data epidemiologi menunjukan bahwa lebih dari 50% bayi baru lahir menderita ikterus yang dapat terdeteksi secara klinis dalam minggu pertama kehidupannya. (Moslichan, 2004)
2)      Prematur
Prematur adalah bayi lahir pada umur kehamilan kurang dari 37 minggu atau berat badan lahir antara 500-2499 gram. Prematuritas menimbulkan imaturitas perkembangan dan fungsi sistem, membatasi kemampuan bayi untuk melakukan koping terhadap masalah penyakit.  (Ai Yeyeh Rukiyah dan  Lia Yulianti, 2010:222)
Bayi prematur/BBLR sering mengalami kuning karena fungsi hati belum matang, timbulnya kuning lebih awal dan lama dari bayi cukup bulan. (Kemenkes RI, 2011)
3)      Pemberian ASI
ASI merupakan makanan paling ideal untuk bayi dan ASI karena mengandungsemua zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi. Pemberian ASI secara penuh sangatdianjurkan oleh para ahli gizi diseluruh dunia.
4)      Paparan sinar matahari
Sinar matahari, dalam arti luas, adalah spektrum frekuensi total dari radiasielektromagnetik yang dilepaskan oleh matahari. Di Bumi, sinar matahari disaring melalui atmosfer bumi, dan radiasi matahari jelas sebagai siang hari ketika matahari berada di atas cakrawala. Ketika radiasi matahari langsung tidak terhalang oleh awan, itulah yang tampak sebagai sinar matahari, yaitu, kombinasi cahaya terang dan panas. Jika radiasi matahari langsung ditutupi awan atau terpantul dari objek lain, maka terlihat sebagai cahaya tersebar (WMO, 2008).

C.      TandadanGejalaIkterus
1.      Ikterusfisiologis :
Timbulpadaharike 2 atauke 3 dantanpakjelaspadaharike 5 sampaidenganke 6 danakanmenghilangpadaharike 7 atauharike 10 . kadar bilirubin serum padabayicukupbulantidalebihdari 12 mg/dl danpada BBLR tidaklebihdari 10mg/dl , danakanmenghilangpadahari 14 . bayitampakbiasa , minumbaikdanberatbadannaikbiasa
2.      Ikterusfatologis:
Ikterusterjadisebelumumur 24 jam .setiappeningkatankadar bilirubin serum yang memerlukanfototerafi . peningkatankadar bilirubin total serum 0,5mg/Dl/jam.

3.      Ikterusfatologi :
Timbulkuningpada 24 jam pertamakehiduoan ,kuningditemukanpadaumur 14 hariataulebil , tinjaberwarnapucar , kuningsampailututdansiku .



D.      KomplikasiIkterus
Jika bayi kuning patologis tidak mendapatkan pengobatan, maka akan terjadi penyakit kern ikterus. kren ikterus adalah suatu sindrom neurologic yang timbul sebagai akibat penimbunan tak terkonjugasi dalam sel-sel otak kern ikterus dapat menimbulkan kerusakan otak dengan gejala gangguan pendengaran , keterbelakangan mental dan gangguan tinggkah laku .

E.       PenangananIkteus
Bawa segera ke tenaga kesehatan untuk memastikan kondisi ikterus pada bayi kita masih dalam batas normal (fisiologis) ataukah sudah patologis.
Dokter akan memberikan pengobatan sesuai dengan analisa penyebab yang mungkin. Bila diduga kadar bilirubin bayi sangat tinggi atau tampak tanda-tanda bahaya, dokter akan merujuk ke RS agar bayi mendapatkan pemeriksaan dan perawatan yang memadai.
Di rumah sakit, bila diperlukan akan dilakukan pengobatan dengan pemberian albumin, fototerapi (terapi sinar), atau tranfusi tukar pada kasus yang lebih berat.

Terapi sinar pada ikterus bayi baru lahir:
Pengaruh sinar terhadap ikterus pertama-tama diperhatikan oleh salah seorang perawat di salah satu rumah sakit di Inggris. Perawat tersebut melihat bahwa bayi yang mendapatkan sinar matahari di bangsalnya ternyata ikterusnya lebih cepat menghilang dibandingkan dengan bayi lainnya. Cremer (1958) yang mendapatkan laporan tersebut mulai melakukan penelitian mengenai pengaruh sinar terhadap hiperbilirubinemia ini. Dari penelitiannya terbukti bahwa disamping sinar matahari, sinar lampui tertentu juga mempunyai pengaruh dalam menurunkan kadar bilirubin pada bayi prematur yang diselidikinya.

Ikterus fisiologis:
·         Mengajari ibu cara menyinari bayi dengan cahaya matahari pagi biasanaya sekitar jam 7 pagi sampai jam 8 pagi selama 15-30 menit
·         Perhatikan frekwensi BAB
·         Usahakan agar bayi tidak terlalu kepanasan atau kedinginan
·         Memeliahara kebersihan tempat tidur bayi dan lingkungannya
·         Jika bayi dapat menghisap, anjurkan ibu untuk menyusui secara dini dan ASI eklusif lebih sering minimal setiap 2 jam
·         Jaga bayi agar tetap hangat
·         Lakukan pemeriksaan ulang untuk ikterus tanyakan apakah kencing sehari semalam atau apakah sering buang air besar
Ikterus patologis:
·         Jika anak masih bisa menetek mintalah pada ibu untuk menetekkan anakanya
·         Jika anak tidak bisa menetek lagi tapi masih bisa menelan beri perasan ASI atau susu pengganti, Jika keduanaya tidak memungkinkan beri air gula 30-50 cc sebelum dirujuk
·         Cara membuat air gula.Larutkan 4 sendok teh gula kedalam gelas yang berisi 200 cc air masak
·         Jika anak tidak bisa menelan berikan 50cc air susu ataua ir gula melalaui pipa ansogastrik ,jika tidak rujuk segera
·         Nasehati ibu agar menjaga bayi tetap hangat
·         Setiap ikterik yang muncul pada 24 jam pertama adalah patologis dan membutuhkan pemeriksaan laboratorium lanjut
·         Perhatikan frekwensi BAK dan BAB

F.       PencegahanIkterus
Ikterus dapat dicegah sejak masa kehamilan, dengan cara pengawasan kehamilan dengan baik dan teratur, untuk mencegah sedini mungkin infeksi pada janin, dan hipoksia(kekurangan oksigen) pada janin di dalam rahim. Pada masa persalinan, jika terjadi hipoksia, misalnya karena kesulitan lahir, lilitan tali pusat, dan lain-lain, segera diatasi dengan cepat dan tepat. Sebaiknya, sejak lahir, biasakan anak dijemur dibawah sinar matahari pagi sekitar jam 7 – jam 8 pagi setiap hari selama 15 menit dengan membuka pakaiannya.

Di lakukan Pemeriksaan
Menurut Kramer, ikterus dapat dilihat dimulai dari kepala, leher, dan seterusnya, untuk penilaian  ikterus kramer membagi tubuh bayi baru lahir dalam 5 bagian yangdimulai dari kepala dan leher, dada sampai pusat, pusat sampai lutut, lutut sampai pergelangan  tangan dan kaki, termasuk telapak kaki dan tangan.Cara pemeriksaan ialah dengan menekan  jari telunjuk ditempat yang tulangnya menonjol seperti tulang hidung, tulang dada, lutut dan lain-lain, kemudian disesuaikan dengan penilaian kadar bilirubin pada tabel dibawah ini. ( Surasmi, 2003 )





Tabel 2.1 Penilaian Ikterus Menurut Kramer
Hubungan kadar bilirubine dengan ikterus
Derajat ikterus
Daerah ikterus
kadar bilirubin( rata-rata )
Aterm
Prematur
1
Kepala sampai leher
5,4
-
2
Kepala sampai leher, badan sampai dengan pusat
8,9
9,4
3
Kepala sampai leher, badan sampai dengan pusat,  badan bagian bawah dan tungkai
11,8
11,4
4
Kepala sampai leher, badan sampai dengan pusat, badan bagian bawah dan tungkai, lengan dan kaki di bawah dengkul
15,8
13,3
5
Kepala sampai leher, badan sampai dengan pusat, badan bagian bawah dan tungkai, lengan dan kaki di bawah dengkul, serta tangan dan kaki
16
14




  


PENUTUP

Ikterus adalah warna kuning pada kulit, konjungtiva dan selaput akibat penumpukan bilirubin. Sedangkan hiperbilirubinemia adalah ikterus dengan konsentrasi bilirubin serum yang menjurus kearah terjadinya kernikterus atau ensefalopati  bilirubin bila kadar bilirubin yang tidak dikendalikan.
Penanganan ikterus neonatorum sangat tergantung pada saat terjadinya ikterus, intensitas ikterus (kadar bilirubin serum) jenis bilirubin, dan sebab terjadinya ikterus. Untuk mendapatkan penangan yang baik, pengobatan dan pemeriksaan-pemeriksaan yang perlu dilakukan didasarkan pada timbulnya ikterus naiknya kadar bilirubin serum.
Diharapkan setelah dilakukan penyuluhan tentang penanganan ikterus neonaterum masyarakat mampu melakukan penanganan ikterus.






DAFTAR PUSTAKA

Buku Ilmu Kebidanan 2010 edisi 3,Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Bobak.2004.buku ajarankeperawatanmaternitas.jakarta:EGC.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2010. Ilmu kesehatan anak untuk pendidikan kebidanan. Jakarta : Salemba Medika



Comments

Popular posts from this blog

Konsep Cairan dan Elektrolit Tubuh

Makalah Konsep Dasar Teori Air Susu Ibu (ASI)