Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal

Image
  Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa contoh upaya kolaboratif yang dapat dilakukan: 1.       Kolaborasi antara tenaga medis dan bidan: Tim medis yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan dapat bekerja sama untuk memberikan pelayanan kesehatan yang holistik kepada ibu hamil dan bayi yang akan lahir. Dengan saling berbagi pengetahuan dan keterampilan, mereka dapat meningkatkan pemantauan kehamilan, memberikan perawatan prenatal yang tepat, dan menangani komplikasi saat melahirkan. 2.       Kemitraan antara lembaga kesehatan dan masyarakat: Kolaborasi antara fasilitas kesehatan, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan maternal dan perinatal. Misalnya, mengadakan kampanye penyuluhan dan program edukasi di komunitas mengenai perawa

MAKALAH PENGARUH PEMAHAMAN DIRI TERHADAP PROSES KIP/K


MAKALAH
Pengaruh Pemahaman Diri Terhadap Proses KIP/K

Memahami diri bertujuan untuk mengetahui dan mengenal siapakah diri kita, apakah persepsi orang lain terhadap diri kita sama atau tidak. Misal mungkin anda merasa ramah, namun menurut orang lain anda judes dan lain- lain.
 

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang..................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah................................................................................. 1
C.     Tujuan Penulisan................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
A.    Konsep Memahami Diri Sendiri .......................................................... 2
B.     Konsep Komunikasi Interpersonal atau Konseling (KIP/K)................ 3
C.     Pengaruh Pemahaman Diri Terhadap KIP/K........................................ 8

BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan........................................................................................... 9
B.     Saran .................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 10




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Komunikasi interpersonal adalah interaksi yang dilakukan dari orang ke orang, bersifat dua arah, bersifat 2 arah baik secara verbal dan nonverbal, dengan saling berbagai informasi dan perasaan antara individu dengan individu atau antara individu dalam kelompok kecil. Sedangkan, konseling sendiri adalah suatu proses pemberian informasi objektif dan lengkap, dilakukan secara sistematik dengan panduann komunikasi interpersoinal, teknik bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik, bertujuan untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini. Masalah yang sedang dihadapi, dan menentukan jalan keluar atau upaya mengatasi masaslah tersebut.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana konsep memahami diri sendiri?
2.      Bagaimana konsep komunikasi interpersonal atau konseling (kip/k)?
3.      Bagaimana pengaruh pemahaman diri terhadap kip/k?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui konsep memahami diri sendiri
2.      Untuk mengetahui konsep komunikasi interpersonal atau konseling (kip/k)
3.      Untuk mengetahui pengaruh pemahaman diri terhadap kip/k





BAB II
PEMBAHASAN

A.    Konsep Memahami Diri Sendiri
1.      Pengertian
Memahami diri bertujuan untuk mengetahui dan mengenal siapakah diri kita, apakah persepsi orang lain terhadap diri kita sama atau tidak. Misal mungkin anda merasa ramah, namun menurut orang lain anda judes dan lain- lain. Pemahaman diri meliputi pengetahuan tentang siapa aku, aku kelemahanku, bagaimana perasaanku, apa keinginanku dsb. Kita perlu memahami diri kita agar apa yang menjadi diri kita agar apa yang menjadi potensi dari dalam diri kita pertahankan atau bahkan kita tingkatkan dan apa yang menjadi kelemahan dan kekurangan kita bisa kita rubah atau kita tutupi, agar menjadi lebih baik, sehingga hal ini akan mengantar kita kearah kesuksesan.
Pemahaman diri diperlukan dengan tujuan mengetahui dan mengenal diri sendiri, apakah mempunyai persepsi yang sama dengan orang lain. Pemahaman diri meliputi
a.       kesadaran diri
b.      klarifikasi nilai
kebutuhan klien harus selalu diutamakan, bidan sebaiknya mengklarifikasi nilai agar tidak mempengaruhi keberhasilan hubungan antara bidan dengan klien. Dengan menyadari system nilai yang dimiliki bidan (misal : kepercayaan, seksual, dan ikatan keluarga), bidan akan siap mengidentifikasi situasi yang bertentangan dengan system nilai yang dimiliki.
c.       eksplorasi perasaan
bidan perlu terbuka dan sadar terhadap perasaannya dan mengontrolnya agar dapat menggunakan dirinya secara terapeutik., jika bidan terbuka kepada klien, bidan akan mendapatkan dua informasi penting yaitu bagaimana responnya pada klien dan bagaimana penampilannya pada klien.
d.      kemampuan menjadi model.
Bidan yang mempunyai masalah pribadi, seperti hubungan interpersonal yang terganggu, akan mempengaruhi hubungannya dengan klien.BIdan perlu memahami bagaiman menghadapi kecemasan, kemarahan, kesedihan , kegembiraan klien. Bidan harus tahu bagaimana dirinya sendiri bersikap, apakah mudah cemas atau mudah tersinggung, sehingga bidan tahu keterbatasan diri sewaktu melayani klien.

B.     Konsep Komunikasi Interpersonal atau Konseling (KIP/K)
1.      Pengertian
Komunikasi interpersonal adalah interaksi yang dilakukan dari orang ke orang, bersifat 2 arah baik secara verbal maupun non verbal, dengan saling berbagi informasi dan perasaan antara individu dengan individu atau antar individu dalam kelompok kecil.
Konseling adalah proses pemberian informasi obyektif dan lengkap, dilakukan secara sistematik dengan panduan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik, bertujuan untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang dihadapi, dan menentukan jalan keluar atau upaya mengatasi masalah tersebut.
Suatu komunikasi interpersonal belum tentu suatu konseling tetapi setiap konseling merupakan komunikasi interpersonal.
a.       Konseling merupakan bentuk percakapan wawancara
Wawancara sebagai alat pengumpul data digunakan untuk mendapatkan informasi yang berkenaan dengan pendapat, aspirasi, harapan, keinginan, keyakinan dan lain-lain dari individu atau responden.konseling merupakan salah satu bentuk wawancara.

b.      Perbedaan wawancara dan kuesioner
Apabila pertanyaan yang diajukan dan jawaban yang diberikan dilakukan secara lisan, maka disebut wawancara. Bila pertanyaan yang diajukan dan jawabannya diberikan secara tertulis disebut kuesioner.
1)      Kelebihan wawancara
-          Pertanyaaan lebih bebas dan mendalam
-          Hubungan dapat dibina lebih baik sehingga responden lebih bebas menggunakan pendapatnya
-          Dapat direkam dan lebih lengkap
-          Sifat data primer
-          Dapat mengklarifikasi yang tidak jelas
-          Banyak digunakan dalam penelitian sosial dan pendidikan
2)      Jenis wawancara
-          Terstruktur : jawaban telah dipersiapkan, ada alternatif jawaban. Keuntungan mudah diolah dan dianalisis.
-          Tak terstruktur : tidak perlu menyiapkan jawaban, klien bebas menjawab. Informasi lebih padat dan lengkap. Sulit dianalisis karena jawaban aneka ragam perlu pengkategorian.
3)      Tips wawancara yang efektif
-          Ciptakan suasan terbuka
-          Jangan memotong pembicaraan
-          Berikan perhatian
-          Jangan bersifat evaluatif
-          Tenggang rasa atau bijaksana

2.      Pengetahuan, keterampilan, sikap yang dimiliki konselor
Perilaku seseorang dipengaruhi oleh tiga aspek yaitu aspek kogniktif, aspek psikomotor dan aspek afektif (perasaan, sifat, sikap). Pengetahuan yang harus dimiliki Bidan tidak hanya pengetahuan kebidanan saja tapi dalam semua bidang ilmu. Antara lain pengetahuan tentang psikologis, kesehatan reproduksi, kebidanan dan kandungan, keluarga berencana, kesehatan neonatus, bayi dan balita, ilmu sosial budaya, pengetahuan tentang hubungan antar manusia, komunikasi interpersonal, pengetahuan tentang konseling dan sebagainya.
Keterampilan yang perlu dimiliki Bidan tentunya semua keterampilan yang sesuai dengan kompetensi Bidan yaitu ada sembilan kompetensi Bidan. Dalam komunikasi dan konseling keterampilan yang harus dapat dikuasai Bidan adalah keterampilan dalam melakukan komunikasi antara lain : terampil dalam membantu memecahkan masalah yang dihadapi klien, terampil dalam melakukan komunikasi interpersonal, terampil dalam menggunakan alat bantu visual untuk pemberian informasi, terampil dalam mengatasi masalah genting yang dihadapi klien, terampil membantu klien mengambil keptusan dan sebagainya.
Adapun sikap yang sebaiknya dimiliki bidan adalah mempunyai motivasi yang tinggi untuk membantu orang lain, bersikap ramah, sopan santun, menerima klien apa adanya, empati terhadap klien membantu dengan ikhlas, terbuka terhadap pendapat orang lain.
Menurut Carl Rogers agar konseling efektif ada 3 kualitas diri (sikap) yang sebaiknya dimiliki oleh konselor yaitu :
a.       Empati : memandang dengan kerangkah pikir klien, berusaha memahami dan berpikir bersama klien.
b.      Otentik : konselor tahu perasaannya sendiri, memahami diri sendiri, yang dialami dan dirasakan selaras, tidak berpura – pura.
c.       Unconditional Positif Regart atau Acceptance : menerima klien apaa adanya, tanpa syarat, menghargai dan menghormati.
Perilaku bidan dalam melaksanakan tugas sebagai komunikator maupun konselor dipengaruhi oleh 3 hal, yaitu :
a.       Pengetahuan (Kognitif), meliputi pengetahuan tentang : Kesehatan, Ilmu kebidanan dan kandungan; Masalah yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan pasca; Persalinan dan upaya pencegahan serta penatalaksanaanya; Keyakinan akan adat isitiadat, norma tertentu; Hubungan antar manusia; dan Psikologi
b.      Ketrampilan (Psikomotorik), meliputi keterampilan dalam : Membantu proses persalinan dan berbagai masalah kesehatan; Menggunakan alat-alat pemeriksaan tubuh klien; Menggunakan alat bantu visual untuk membantu pemberian informasi kepada klien; Mengatasi situasi genting yang dihadapi klien; dan Membuat keputusan
c.       Sikap (Afektif), antara lain : Mempunyai motivasi tinggi untuk menolong orang lain; Bersikap ramah, sopan , dan santun; Menerima klien apa adanya; Berempati terhadap klien; Membantu dengan tulus; Terbuka terhadap pendapat orang lain.

3.      Faktor Penghambat KIP/K
a.       Faktor individual
Faktor individual yang meliputi faktor fisik sangat mempengaruhi kelancaran komunikasi atau konseling. Faktor fisik tersebut meliputi : kepekaan pancaindera, usia, gender. faktor ssosial juga mempengaruhi proses KIP/K, yang meliputi :
1)       sejarah keluarga dan relasi, sejarah keluarga dan relasi yang baik akan mempermudah proses konseling,
2)       Jeringan social, orang yang punya wawasan dan pergaulan luas akan lebih mudahuintuk melakukan komunikasiinterpersonal dibandingkan yang jarana bersosialisasi,
3)       Peran dalam masyarakat, status social, peran social. Orang yang punya peran dan status sosial tinggi di masyarakatakan disegani dan nasehatnya akan dituruti oleh masyarakat.
b.      Faktor yang berkaitan dengan interaksi
1)      Tujuan dan harapan terhadap komunikasi
Hal ini dapat terjadi pada konselor yang memberikan konseling tidak sesuai dengan kebutuhan klien, maka pesan yang disampaikan tidak akan didengar atau diperhatikan oleh klien karena tidak sesuai dengan harapannya. 
2)      Sikap terhadap interaksi
Sikap yang teruka dan bersahabat sanagt mendukung komunikasi, sebaliknya orang tertutup akan sulit untukl berkomunikasi.
3)      Pembawaan diri seseorang terhadap orang lain
Pembawaan diri seseorang sangat mempengaruhi komunikasi. Cobalah untuk selalu bersikap bersahabat, hangat dan tidak menggurui maka komunikasipun akan berjalan lancar.
4)      Sejarah hubungan
Sejarah hubungan adalah sesuatu yang telah lampau tetapi akan berpengaruh di masa sekarang maupun masa depan. Orang yang memiliki hubungan yang kurang harmonis di masa lalu apabila bertemu kembali akan terlihat canggung.
c.       Faktor situasional
Situasi selama melakukan komunikasi akan mempengaruhi keberhasilan komunikasi. Lingkungan yang tenang dan terjaga privasinya akan mendukung proses komunikasi.
d.      Kompetensi dalam melakukan percakapan
Agar komunikasi interpersonal dapat berjalan lancar dan mendatangkan hasil yang diharapkan, baik komunikator maupun komunikan perlu memiliki kemampuan dan kecakapan dalam melakukan komunikasi interpersonal. Kompetensi tersebut meliputi :
1)      Empati adalah kecakapan memahami perasaan dan pengertian orang lain.
2)      Perspektif sosial adalah kecakapan melihat kemungkinan-kemungkinan perilaku seseorang yang kita ajak berkomunikasi.
3)      Kepekaan terhadap sesuatu hal dalam KIP/K
4)      Pengetahuan akan situasi dalam melakukan KIP/K
5)      Memonitor diri adalah kemampuan dalam menjaga ketepatan prilaku dan pengungkapan komunikan.
6)      Kecakapan dalam tingkah laku antara lain keterlibatan dalam interaksi.

C.    Pengaruh Pemahaman Diri Terhadap KIP/K
Pentingnya pemahaman diri adalah karena Bidan bekerja dengan melibatkan banyak aspek, orang dan kondisi. Bidan perlu memahami bahwa setiap orang mempunyai bio- psiko-sosial-spritual yang berbeda. Sehingga perlu pemahaman diri untuk menghadapi orang dengan berbagai karakteristik. Bidan harus mampu memahami untuk bisa menghadapi kecemasan, kemarahan, kesedihan dan kegembiraan klien. Bidan harus mengetahui bagaimana dia harus mengambil sikap, dan ini bisa menghindarkan dari hal- hal yang tidak diinginkan. Bayangkan apabila Bidan sendiri tidak memahami dirinya, dia tidak tahu bisa mengendalikan diri, misalnya Bidan yang mudah marah, maka apabila dia mendapatkan pasien yang memberikan pendapat lain tentang keadaan yang dialaminya, maka Bidan tidak akan mampu mengendalikan emosinya sehingga pertengkaran akan terjadi sehingga memperkeruh suasana. Bidan harus mengetahui bagaimana dia harus mengambil sikap, dan ini bisa menghindarkan dari hal – hal yang tidak diinginkan.
Bayangkan apabila bidan sendiri tidak memahami dirinya, dia tida tahu kelemahannya, dan tidak bisa mengendalikan diri, misalkan bidan yang mudah marah, maka apabila dia mendapatkan pasien yang memberikan pendapat lain tentang keadaan yang dialaminya, maka bidan tidak akan mampu mengendalikan emosinya sehingga pertengkaran akan terjadi sehingga memperkeruh suasana. Lain halnya jika bidan tersebut sudah memahami bahwa dirinya mudah marah, maka dia akan berusaha untuk meredam kemarahannya dan pendapat klien akan di sikapi sebagai tukar pendapat semata. Bidan yang kurang memahami diri sendiri kemungkinan akan sulit memahami apa yang di alami klien, sehingga bidan tidak akan bisa berkomunikasi dengan baik, karena ada sikap tidak bisa menerima klien apa adanya.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pentingnya pemahaman diri terhadap proses KIP/K adalah karena Bidan bekerja dengan melibatkan banyak aspek, orang dan kondisi. Bidan perlu memahami bahwa setiap orang mempunyai bio- psiko-sosial-spritual yang berbeda. Sehingga perlu pemahaman diri untuk menghadapi orang dengan berbagai karakteristik. Bidan harus mampu memahami untuk bisa menghadapi kecemasan, kemarahan, kesedihan dan kegembiraan klien. Bidan harus mengetahui bagaimana dia harus mengambil sikap, dan ini bisa menghindarkan dari hal- hal yang tidak diinginkan. Bayangkan apabila Bidan sendiri tidak memahami dirinya, dia tidak tahu bisa mengendalikan diri, misalnya Bidan yang mudah marah, maka apabila dia mendapatkan pasien yang memberikan pendapat lain tentang keadaan yang dialaminya, maka Bidan tidak akan mampu mengendalikan emosinya sehingga pertengkaran akan terjadi sehingga memperkeruh suasana. Bidan harus mengetahui bagaimana dia harus mengambil sikap, dan ini bisa menghindarkan dari hal – hal yang tidak diinginkan.

B.     Saran
Pengetahuan akan pentingnya pemahaman diri terhadap proses KIP/K menjadi hal yang harus dikuasai bidan. Karena jika bidan sendiri tidak memahami dirinya, dia tida tahu kelemahannya, dan tidak bisa mengendalikan diri, misalkan bidan yang mudah marah, maka apabila dia mendapatkan pasien yang memberikan pendapat lain tentang keadaan yang dialaminya.




DAFTAR PUSTAKA

Tyas Siti dan Tim. 2008. Dalam Pelayanan Kebidanan. Yogyakarta:Fitramaya
Yulifah Rita. 2009. Komunikasi dan Konseling dalam Kebidanan.Jakarta:Selemba Medika


Comments

Popular posts from this blog

Konsep Cairan dan Elektrolit Tubuh

Makalah Konsep Dasar Teori Air Susu Ibu (ASI)