Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal

Image
  Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa contoh upaya kolaboratif yang dapat dilakukan: 1.       Kolaborasi antara tenaga medis dan bidan: Tim medis yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan dapat bekerja sama untuk memberikan pelayanan kesehatan yang holistik kepada ibu hamil dan bayi yang akan lahir. Dengan saling berbagi pengetahuan dan keterampilan, mereka dapat meningkatkan pemantauan kehamilan, memberikan perawatan prenatal yang tepat, dan menangani komplikasi saat melahirkan. 2.       Kemitraan antara lembaga kesehatan dan masyarakat: Kolaborasi antara fasilitas kesehatan, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan maternal dan perinatal. Misalnya, mengadakan kampanye penyuluhan dan program edukasi di komunitas mengenai perawa

MAKALAH PENYAKIT DAN KELAINAN ALAT KANDUNGAN


MAKALAH
PENYAKIT DAN KELAINAN ALAT KANDUNGAN

Proses kehamilan dan persalinan merupakan proses yang sangat rumit dan panjang, juga melibatkan banyak organ. hal ini dapat menimbukan banyak kesulitan yang akan dihadapi jika salah satu komponen yang terlibat mengalami gangguan atau kelainan. Gangguan atau kelainan tersebut bisa berasal dari anatomi maupun fungsional dari suatu organ, bisa juga disebabkan infeksi, keganasan, dan kongenital.


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang..................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah................................................................................. 1
C.     Tujuan Penulisan................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A.    Perineum............................................................................................... 3
B.     Vulva dan Vagina................................................................................. 4
C.     Uterus................................................................................................... 7
D.    Ovarium................................................................................................ 12

BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan .......................................................................................... 15
B.     Saran .................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 16



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Proses kehamilan dan persalinan merupakan proses yang sangat rumit dan panjang, juga melibatkan banyak organ. hal ini dapat menimbukan banyak kesulitan yang akan dihadapi jika salah satu komponen yang terlibat mengalami gangguan atau kelainan. Gangguan atau kelainan tersebut bisa berasal dari anatomi maupun fungsional dari suatu organ, bisa juga disebabkan infeksi, keganasan, dan kongenital. Bahkan gangguan pada kehamilan dan persalinan dapat terjadi dikarenakan gangguan organ yang sekilas tidak memiliki hubungan langsung dengan reproduksi, misalnya penyakit jantung dan sebagainya.
Berdasarkan American College of Obstetricians and Gynecologists, Pada tahun 2007 angka pelahiran caesar sebanyak 31,8 % dan merupakan angka tertinggi yang pernah dilaporkan untuk Amerika Serikat. Sekitar 60% diantaranya, kelahiran caesar primer diakibatkan oleh diagnosis kelainan pada alat kandungan. Frekuensi yang tinggi ini sebagai akibat dari perubahan lingkungan yang berkembang jauh lebih cepat daripada seleksi alam menurut Darwin. Manusia beradaptasi dengan buruk terhadap banyaknya makanan modern, dan salah satu akibatnya adalah berbagai macam kelainan pada alat kandungan.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa saja kelainan alat kandungan pada perineum?
2.      Apa saja kelainan alat kandungan pada vulva dan vagina?
3.      Apa saja kelainan alat kandungan pada uterus?
4.      Apa saja kelainan alat kandungan pada ovarium?



C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui kelainan alat kandungan pada perineum
2.      Untuk mengetahui kelainan alat kandungan vulva dan vagina
3.      Untuk mengetahui kelainan alat kandungan uterus
4.      Untuk mengetahui kelainan alat kandungan ovarium







BAB II
PEMBAHASAN

A.    Perineum
Walaupun bukan alat kelamin namun selalu terlibat dalam proses persalinan. Apabila perineum cukup lunak dan elastis maka mudah untuk lahir kepala. Biasanya perineum robek dan cukup sering terjadi ruptur perinei tingkat dua, kadang-kadang tingkat tiga.
Perineum kaku menghambat persalian kala II yang meningkatkan risiko kematian janin, menyebabkan kerusakan jalan lahir yang luas dapat diatasi dengan episiotomi. Lebar perineum 4 cm dari komisura post ke anus akan tetapi kadang ada yang sempit dan adapula yang lebar.

B.     Vulva dan Vagina
1.      Kelainan bawaan
Atresia vulva dalam bentuk atresia himenalis yang menyebabkan hematokolpos, hematometra dan atresia vagina dapat menghalangi konsepsi. Kelainan vagina yang cukup sering dijumpai dalam kehamilan dan persalinan adalah septum vagina terutama vertika longitudinal.
Septum yang lengkap sangat jarang menyebabkan distosia karena separoh vagina yang harus dilewati oleh janin biasanya cukup melebar sewaktu kepala lahir. Akan tetapi septum yang tidak lengkap kadang kadang menghambat turunnya kepala.
Striktur vagina yang kongenital biasanya tidak menghalngi turunnya kepala, akan tetapi yang disebabkan oleh parut akibat perlukaan dapat menyebabkan distosia.
2.      Varises
Wanita hamil sering mengeluh melebarnya pembuluh darah di tungkai, vagina, vulva dan wasir serta menghilang setelah anak lahir. Hal ini karena reaksi sistem vena terutama dinding pembuluh darah seperti otot-otot ditempat lain melemah akibat pengaruh hormon steroid.
Bahaya varises dalam kehamilan dan persalinan adalah bila pecah dapat berakibat fatal dan dapat pula terjadi emboli udara. Varises yang pecah harus dijahit baik dalam kehamilan maupun setelah lahir.
3.      Edema
Edema vulva sebagai bendungan lokal atau bagian dari edema umum pada malnutrisi atau preeklamsia. Pengobatan harus pada penyakit primernya. Edema dapat juga terjadi pada persalinan dengan dispoporsi sefalopelvik atau wanita mengejan terlampau lama.
4.      Hematoma
Pembuluh darah pecah sehingga hematoma di jaringan ikat yang renggang di vulva, sekitar vagina atau ligamentum latum. Hematoma vulva dapat juga terjadi karena trauma misalanya jatuh terduduk pada tempat yang keras atau koitus yang kasar. Bila hematom kecil resorbsi sendiri, bila besar harus insisi dan bekuan darah dikeluarkan.
5.      Peradangan
Peradangan vulva sering bersamaan dengan peradangan vagina dan dapat terjadi akibat infeksi spesifik.seperti sifilis, gonorea, trikomoniasis, kandidasis dan amebbiasis dan infeksi tidak spesifik seperti eksema, diabetes melitus,bartolinitis, abses, dan kista bartolini.
Sifilis disebabkan oleh Troponema pallidum. Luka primer di vulva sering tidak disadari penderita dalam stadium 2 dijumpai kondilomata lata yaitu tonjolan kulit lebar-lebar dengan permukaan licin basah warna putih atau kelabu dan sangat infeksius wanita hamil fluor albus harus diperiksa kemungkinan lues disamping pemeriksaan gonorea, trikomoniasis dan kandiddiasis.
Gonorea dapat menyebabkan vulvovaginitis dalam kehamilan dengan keluhan fluor albus dan disuria. Bayi yang lahir dari ibu penderita gonorea dapat mengalami blenorea neonatorum.
Trikomoniasis vaginalis disebabkan oleh parasit golongan protozoa menimbulkan gejala fluor albus dan gatal. Pasangan pria dapat ditulari melalui persetubuhan dan sebaliknya ia dapat menulari pasangan wanita. Penularan dapat juga terjadi melalui handuk.
Metronidazole sejak lama merupakan obat yang ampuh baik vaginal maupun peroral. Karena trikhomonas vaginalis termasuk golongan protozoa seperti amoeba dan malaria maka dapat juga diobati dengan derivat kinin.
Kandidiasis disebabkan oleh jamur kandida albicans dengan keluhan utama gatal di vulva dan introitus vagina dengan atau tanpa disertai fluor albus. Diabetes dalam kehamilan merupakan faktor predisposisi terjadinya kandidiasis. Sejak dulu diobati dengan larutan gentian violet 1-2% sebaiknya setiap hari sekurang-kurangnya 2 kali seminggu. Sekarang dipakai fungisid myconazole dalam bentuk salap.
Amoebiasis infeksi vagina dengan entamoeba histolytica dengan keluhan keputihan, nyeri waktu coitus, pada pemeriksaan didapat ulkus-ulkus warna merah dan mudah bedarah. Terapi dengan suntikan emetin 30-45 mg/hr selama 5-6 hari bersama dengan terapi lokal obat anti amoeba
Eksema mengganggu penderia karena gatal kadang-kadang vulva jadi basah. Alergi kulit menjadi lebih nyata dalam kehamilan dapat diobati anti histamin atau kortikosteroid.
Diabetes melitus dapat menyebabkan pruritus dalam kehamialn. Pruritus ini harus diobati penyakit primernya. Peradangan mendadak kista bartolini biasanya oleh gonokokus. Ada kalanya bartholinitis menjadi abses karena saluran kelenjar tertutup dan berlangsung proses pernanahan di dalam kelenjar dan harus disembuhkan sebelum persalinan. Kista kecil dan tidak menggangu dibiarkan saja dalam kehamilan dan baru diangkat kira-kira 3 bulan setelah persalinan.
6.      Kondilomata akuminata
Merupakan pertumbuhan pada kulit atau selaput lendir yang menyerupai jegger ayam jago. Berlainan dengan kondiloma latum permukaan kasar papiler, tonjolan lebih tinggi, warnanya lebih gelap. Sebaiknya diobati sebelum bersalin. Banyak penulis menganjurkan eksisi dengan elektrocauter atau dengan tingtura podofillin. Kemungkinan residif selalu ada lebih lebih penyebab rangsangan tidak diberantas lebih dahulu atau penyakit primernya kambuh.
7.      Fistula
Fistula vesikovaginal atau fistula rectovaginal biasanya terjadi waktu bersalin baik sebagai tindakan operatif maupun akibat nekrosis tekanan. Tekanan lama antara kepala dan tulang panggul gangguan sirkulasi sehingga terjadi kematian jaringan lokal dalam 5-10 hr lepas dan terjadi lubang.
Akibatnya terjadi inkotinensia urin dan ikontinensia alvi. Fistula kecil yang tidak disertai infeksi dapat sembuh dangan sendirinya. Fistula yang sudah tertutup merupakan kontraindikasi pervaginam.
8.      Kista vagina
Kista vagina berasal dari duktus Gartner atau duktus Muller. Letak lateral dalam vagina bagian proksimal, ditengah, distal dibawah orifisium uretra eksternum. Bila kecil dan tidak ada keluhan dibiarkan tapi bila besar dilakukan pembedahan. Marsupialisasi sebaiknya 3 bulan setelah lahir.
9.      Pintu vagina yang lemah
Dalam kehamilan, dinding depan atau dinding belakang vagina dapat menonjol keluar dari vulva dan dapat menyebabkan sakit pinggan dan perasaan turun. Dalam kehamilan keadaan ini tidak dapat diobati, tetapi tirah baring dapat mengurangi keluhan – keluhan.
10.  Tumor vagina
Kadang – kadang ada tumor didalam vagina, biasanya berupa kista (berasal dari saluran Gartner atau Muller). Kista ini sedapat – dapatnya harus diekstirpasi tetapi kalau tidak mungkin dan terutama kalau mengganggu kemajuan persalinan maka dapat di punksi.
11.  Karsinoma Cerviks
Karsinoma cerviks menimbulkan fluor berbau busuk biasanya bercampur dengan darah, perdarahan kontak ialah perdarahan pada persetubuhan atau buang air besar dan sering juga menimbulkan perasaan gatal pada kemaluan luar.
Pada toucher teraba tukak atau tumor pada cerviks yang rapuh dan mudah berdarah. Pada pemeriksaan in speculo tukak atau tumor pada cerviks dapat dilihat dan perlu dibuat eksisi percobaan untuk diagnosa pasti. Diagnosa dini dibuat dengan pemeriksaan Papa nicolaou.
Pengobatan :
Jika kehamilan masih muda, maka diberi penyinaran. Biasanya karena penyinaran ini terjadi abortus, tetapi kalau dalam 4 minggu belum juga terjadi abortus maka anak harus dikeluarkan dengan hysteretomi abdominal karena anak akan cacat oleh pengaruh sinar Rontgen.
Jika kehamilan sudah besar, agar anak dapat hidup di dunia luar maka anak akan dilahirkan dengan SC. Persalinan per vaginam tidak dibenarkan, mengingat kesukaran dilatasi cerviks dan kemungkinan perdarahan. Penyinaran dimulai 1 – 2 minggu setelah SC.

C.    Uterus
1.      Kelainan bawaan uterus
Secara embriologis uterus, vagina, servik dibentuk dari kedua duktus muller yang dalam pertumbuhan mudigah mengalami proses penyatuan. Kelaina bawaan dapat terjadi akibat gangguan dalam penyatuan, dalam berkembangnya kedua saluaran muller dan dalam kanalisasi.
Uterus didelfis atau uterus duplek terjadi apabila kedua saluaran muller berkembang sendiri-sendiri tanpa penyatuan sedikitpun sehingga terdapat 2 saluran telur, 2 servik dan 2 vagina.
Uterus subseptus terdiri atas 1 korpus uteri dengan septum yang tidak lengkap, 1 servik, 1 vagina cavum uteri kanan dan kiri terpisah secara tidak lengkap. Uterus arkuatus hanya mempunyai cekungan di fundus uteri, kelainan ini paling ringan dan sering dijumpai. Uterus bikornis unilateral rudimentarius terdiri atas 1 uterus dan disampingnya terdapat tanduk lain. Uterus unikornis terdiri atas 1 uterus, 1 servik yang berkembang dari satu saluran kanan dan kiri. Kelainan ini dapat menyebabkan abortus, kehamilan ektopik dan kelainan letak janin.

2.      Kelainan pertumbuhan uterus
Alat kandungan terbentuk dari saluran Muller kanan dan kiri yang pada ujungnya bersatu akan membentuk vagina bagian atas dan uterus, sedangkan bagian yang tetap terpisah akan menjadi tuba.
Gangguan pertumbuhan saluran Muller dapat menimbulkan aplasi atau hipoplasi alat kandungan, sedangkan gangguan persatuan saluran Muller menimbulkan berbagai kelainan dari alat kandungan.
a.       Uterus duplex
Jika terjadi kehamilan pada salah satu bagian uterus, maka bagian yang lain akan ikut membesar. Karena lapisan otot kurang tebal maka dapat terjadi kelemahan His dan ruptur uteri. Bagian uterus yang ikut membesar itu dapat menghalangi jalan lahir.
b.      Uterus bicornis
Sering ditemukan letak sungsang yang tak dapat diversi. Mungkin terjadi abortus dan partus praematurus. Pada uterus bicornis, pembukaan dapat terganggu oleh bagian uterus yang membesar; kornu yang kosong ikut membesar dan dapat merupakan tumor yang menghalangi jalan lahir. Mungkin terjadi inertia uteri dan ruptur uteri.
c.       Uterus subseptus
Dapat menyebabkan letak lintang yang tak dapat diversi. Kalau placenta melekat pada septum maka disebut placenta accreta. Uterus subseptus dapat juga menjadi sebab abortus (habitualis).
d.      Uterus arcuatus
Uterus arcuatus dapat menyebabkan letak lintang.
e.       Uterus bicornis dengan kornu yang rudimenter
Dapat terjadi kehamilan dalam kornu yang rudimenter yang sifat – sifatnya kehamilan ektopic. Kehamilan ini terjadi dengan migratio eksterna. Biasanya terjadi ruptur dari kornu setetlah bulan ketiga. Pada operasi, kornu yang rudimenter ini sebaiknya diekstirpasi.

3.      Kelainan letak uterus
a.      Anteversio uteri
Kelainan letak pada uterus ke depan dijumpai pada perut gantung. Perut gantung terdapat pada multipara karena melemahnya dinding perut, terutama multipara gemuk, hal ini menghalangi masuknya kepala ke dalam panggul, pembukaan tidak lancar. Dalam persalinan tidur telentang, setiap ada his fundus dorong ke atas.
b.      Retrofleksio uteri
Retroflexi uteri sering dijumpai pada wanita Indonesia dan tidak usah kita anggap sebagai hal yang patologis. Kalau terjadi kehamilan maka beberapa kemungkinan yang terjadi adalah :
-          Biasanya retroflexi terkoreksi secara spontan
-          Terjadi abortus
-          Terjadi inkarserasi dari rahim yang terus membesar didalam rongga panggul kecil : retroflexio uteri gravidi inkarserata.
Biasanya bila terjadi kehamilan, uterus dalam retroflexio secara berangsur – angsur akan menjadi lurus. Pelurusan ini dapat terhalang karena adanya perlekatan-perlekatan antara alat kandungan dengan alat-alat sekitarnya, dan juga kalau promontorium sangat menonjol.
Kadang - kadang retroflexi uteri menyebabkan kemandulan karena kedua tuba tertekuk. Uterus gravidus yang bertumbuh terus bisa terkurung dalam rongga panggul disebut retrofleksio uteri gravidi inkarserata. Nasib kehamilan pada retrofleksio uteri dapat koreksi spontan, abortus, koreksi tidak lengkap, inkarserasi.
Apakah retroflexi dapat menyebabkan abortus masih disangsikan, tetapi pada retroflexi uteri gravidi inkarserata kemungkinan abortus lebih besar. Jika kehamilan terus berlangsung tanpa perbaikan letak rahim, maka akhirnya rahim yang membesar ini akan mengisi seluruh rongga panggul dan terjepit. Inkarserasi baru terjadi antara minggu ke 13 – 17.
Gejala-gejalanya adalah :
-          Retensi urine sampai inkontinensia paradoksal. Keadaan ini dapat menimbulkan cystitis, pyelitis, pyelonefritis, dan uremia. Bahkan dapat terjadi ruptur dari kandung kemih yang mengakibatkan peritonitis yang membawa maut.
-          Tekanan pada alat-alat sekitarnya dapat menimbulkan perasaan nyeri, tenesmi, dan obstipasi.
-          Dapat terjadi abortus karena kurang ruang. Jika seorang wanita pada kehamilan muda mengeluh tidak dapat kencing harus selalu diingatkan kemungkinan retroflexi uteri gravidi.
Pengobatan
Sebelum minggu ke-12 retroflexi uteri gravidi tidak perlu dihiraukan, karena uterus biasanya memperbaiki letaknya sendiri. Pasien boleh dianjurkan posisi berlutut pada malam hari dan pagi hari selama 10 menit. Dengan letak demikian diharapkan uterus dapat jatuh kedepan. Jika pada minggu ke-12 uterus masih dalam posisi retroflexi uteri gravidi maka reposisi tangan diusahakan. Jika ternyata setelah beberapa hari uterus tetap jatuh ke belakang, maka setelah reposisi dipasang pessarium Hodge. Pessarium diangkat lagi setelah kehamilan mencapai 18 minggu. Jika sudah terjadi inkarserasi pasien harus diopname.
Agar tidak terjadi perdarahan ex vacuo perlu dipasang dauer catheter dan kandung kemih dikosongkan berangsur-angsur. Kemudian diusahakan reposisi dari luar, namun bila tidak berhasil maka reposisi operatif perlu dilakukan.
c.       Prolap uteri
Prolapsus uteri adalah Keadaan dimana turunnya uterus melalui hiatus genitalis yang disebabkan kelemahan ligamen-ligamen, fasia endopelvik danotot dasar panggul yang menyokong uterus.
Turunya uterus dari tempat biasa disebut desensus uteri atau prolap uteri.Terbagi dalam 3 tingkat:
1)      Tingkat 1 bila servik belum keluar dari vulva
2)      Tingkat 2 bila servik sudah keluar vulva tapi corpus belum
3)      Tingkat 3 bila korpus uteri sudah berada di luar vulva
Kehamilan dapat terjadi pada prolap tingkat 1 dan 2
Jika uterus dengan prolapsus parsialis menjadi hamil, maka biasanya uterus yang membesar itu keluar dari rongga kecil dan terus tumbuh di dalam rongga perut. Jika uterus naik, maka cervix akan ikut tertarik ke atas hingga prolapsus tidak nampak lagi atau berkurang. Jika uterus tidak keluar dari rongga panggul, maka akan terjadi inkaserasi yang menimbulkan abortus.
Jika ada prolapsus dalam kehamilan, maka sebaiknya uterus ditahan dengan pessarium sampai bulan ke-4. Namun, bila dasar panggul terlalu lemah hingga pessarium terus jatuh maka pasien dianjurkan tirah baring sampai bulan ke-4.
d.      Elongatio Colli (Cervix Yang Panjang)
Cervix yang panjang menyulitkan kehamilan, namun biasanya tidak mengganggu persalinan.
e.       Myoma Uteri
Adalah tumor jinak dari otot-otot rahim. Pengaruh myoma adalah sebagai berikut :
-          Mengurangi kemungkinan kehamilan karena endometrium kurang baik.
-          Kemungkinan abortus lebih besar.
-          Dalam kehamilan, myoma kadang sangat membesar hingga menekan alat-alat sekitarnya.
-          Dapat menimbulkan kelainan letak.
-          Dapat menyebabkan plasenta praefia, dan plasenta accreta.
-          Dapat menimbulkan inertia uteri.
-          Jika letaknya dekat cervix dapat mengganggu jalan lahir.
Pengaruh kehamilan pada myoma. Pada kehamilan biasanya myoma membesar, pada masa post-partum dapat terjadi degenerasi merah, infeksi, dan nekrosis myoma.
Pengobatannya
Sebisa mungkin dilakukan tindakan konservatif, karena tindakan enukleasi myoma pada kehamilan sangat berbahaya yang dapat menimbulkan perdarahan hebat dan abortus. Jika akan dilakukan tindakan enukleasi sebaiknya ditunda setelah masa nifas. Operasi terpaksa dilakukan jika ada penyulit-penyulit yang menimbulkan gejala-gejala akut atau kerana myoma sangat membesar. Jika myoma mengahalangi jalan lahir dilakukan SC, dan bila perlu disusul dengan histerektomi.

D.    Ovarium
1.      Cystoma Ovarii
Pengaruhnya pada kehamilan dan persalinan adalah:
1)      Abortus
2)      Dapat terjadi torsi tumor
3)      Dapat minumbulkan kelainan letak
4)      Dapat menghalangi jalan lahir
Lebih mudah didiagnosa pada kehamilan muda, sedangkan jika uterus sudah sangat besar diagnosa sulit dilakukan, bahkan kadang baru diketahui adanya kista setelah persalinan.
Mengingat penyulit-penyulit yang mungkin timbul dan kemungkinan keguguran, maka sebaiknya kistoma ovarii dioperasi walaupun penderita hamil. Karena adanya kemungkinan korpus luteum graviditas ikut terangkat, hingga terjadi abortus, maka sebaiknya operasi ditunda sampai bulan ke-4, karena pada bulan ke-4 faal korpus luteum telah diambil alih oleh plasenta. Dan untuk memperkecil kemungkinan abortus sebelum dan sesudah operasi ibu diberi progesteron (25 mg IM / hari).
Jika tumor ini baru ditemukan pada hamil tua, operasi ditunda sampai sesudah persalinan, karena luka operasi yang baru sembuh dapat mengganggu kekuatan mengejan.
Jika tumor menghalangi jalan lahir dilakukan SC, dan sekaligus dilakukan pengangkatan tumor. Dalam keadaan darurat misalnya karena tidak mungkin melakukan operasi, maka kista yang menghalangi jalan lahir dapat dipunksi untuk menghindari ruptur uteri.

2.      Tuba
Telah diketahui bersama bahwa patensi tuba mutlak untuk pembuahan. Kelainan pada tuba seperti peradangan atau tumor hampir tidak memungkinkan hamil. Apabila terjadi kehamilan juga akan menghasilkan kehamilan luar uterus, yang biasanya terganggu pada kehamilan muda.

3.      Tumor Ovarium
Tumor ovarium baik kecil maupun besar, kistik atau padat, jinak atau ganas mempunyai arti obstetrik yang lebih penting daripada tumor tumor lain. Dalam kehamilan tumor ovarium jarang dijumpai, yang paling sering kista dermoid.
Komplikasi yang paling sering dan berbahaya adalah torsi yang menyebabkan nekrosis jaringan dan infeksi dengan gejala gejala sakit perut mendadak. Kista dapat pecah karena trauma dan pengakhiran persalinan. Pada masa nifas juga berbahaya karena pengecilan rahim memperbesar kemungkinan torsi.
Diagnosis
Sering tumor kecil diketahui apabila diperiksa secara bimanual dalam kehamilan muda. Tumor yang mengisi rongga panggul mudah dikenal dalam persalinan apabila dilakukan pemeriksaan dalam.


Penanganan
Dalam kehamilan tumor ovarium yang lebih besar telor angsa harus dikeluarkan karena:
1)      Kemungkinan keganasan
2)      Kemungkinan torsi
3)      Kemungkinan menimbulkan komplikasi obstetrik yang gawat
Triwulan pertama, pengangkatan tumor sebaiknya ditunda sampai 16 minggu. Operasi paling baik antara 16-20 mg. Operasi pada kehamilan muda dapat disusul oleh abortus apabila korpus luteum graviditatis yang menghasilkan prosgesteron ikut terangkat. Pada kehamilan lebih 16 minggu plasenta sudah terbentuk sehingga fungsi corpus luteum diambil alih plasenta dan produksi progesteron berlangsung terus, pada kehamilan > 20 mg teknik lebih sulit sehingga rangsangan mekanis pada uterus sulit dihindarkan sehingga dapat terjadi partus prematurus.
Bila tumor diketahui pada kehamilan tua dan tidak menyebabkan penyulit obstetrik atau gejala gejala akut, atau tidak mencurigakan akan mengganas dapat ditunggu partus spontan. Operasi dapat dilakukan dalam masa nifas. Lain halnya dengan tumor yang dianggap ganas atau yang disertai gejala-gejala akut. Dalam hal ini operasi harus segera dilakukan tanpa menghiraukan usia kehamilan.




BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Proses kehamilan dan persalinan merupakan proses yang sangat rumit dan panjang, juga melibatkan banyak organ. hal ini dapat menimbukan banyak kesulitan yang akan dihadapi jika salah satu komponen yang terlibat mengalami gangguan atau kelainan.
Salah satu gangguan yang terjadi adalah karena adanya penyakit dan kelainan pada alat kandungan. Kelainan ini diantaranya adalah Kelainan Perineum yaitu keadaan dimana perineum tidak cukup lunak dan elastis sehingga terjadi robek dan cukup sering terjadi ruptur perinei tingkat dua, kadang-kadang tingkat tiga saat proses melahirkan.
Selanjutnya adalah Kelainan Vulva dan Vagina diantaranya adalah Kelainan bawaan, Varises, Edema, Hematoma, Peradangan, Kondilomata akuminata, Fistula, Kista vagina, Pintu vagina yang lemah, Tumor vagina dan  Karsinoma Cerviks.
Lalu ada kelainan Uterus diantaranya adalah Kelainan bawaan uterus seperti Uterus subseptus, Uterus arkuatus, Uterus bikornis unilateral rudimentarius, dan Uterus unikornis. Kelainan pertumbuhan uterus diantaranya Uterus duplex, Uterus bicornis, Uterus subseptus, Uterus arcuatus, Uterus bicornis dengan kornu yang rudimenter. Kelainan letak uterus diantaranya Anteversio uteri, Retrofleksio uteri, Prolap uteri, Elongatio Colli (Cervix Yang Panjang), Myoma Uteri.
Kelainan yang terakhir yang biasanya terjadi adalah Kelainan Ovarium diantaranya Cystoma Ovarii, Tuba, dan Tumor Ovarium.

B.     Saran
Diharapkan kepada dosen pembimbing lebih banyak menambah materi tentang penyakit dan kelainan alat kandungan untuk memperkaya wawasan mahasiswa.

DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluaraga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC

Comments

Popular posts from this blog

Konsep Cairan dan Elektrolit Tubuh

Makalah Konsep Dasar Teori Air Susu Ibu (ASI)