Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal

Image
  Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa contoh upaya kolaboratif yang dapat dilakukan: 1.       Kolaborasi antara tenaga medis dan bidan: Tim medis yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan dapat bekerja sama untuk memberikan pelayanan kesehatan yang holistik kepada ibu hamil dan bayi yang akan lahir. Dengan saling berbagi pengetahuan dan keterampilan, mereka dapat meningkatkan pemantauan kehamilan, memberikan perawatan prenatal yang tepat, dan menangani komplikasi saat melahirkan. 2.       Kemitraan antara lembaga kesehatan dan masyarakat: Kolaborasi antara fasilitas kesehatan, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan maternal dan perinatal. Misalnya, mengadakan kampanye penyuluhan dan program edukasi di komunitas mengenai perawa

MAKALAH PERUBAHAN SISTEM INTEGUMEN PADA MASA NIFAS


PERUBAHAN SISTEM INTEGUMEN PADA MASA NIFAS

Penurunan Sistem integumen umumnya setelah persalinan menyebabkan berkurangnya hyperpigmentasi kulit. Perubahan pembuluh darah yang tampak pada kulit karena kehamilan dan akan menghilang pada saat estrogen menurun.



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang........................................................................................................................ 1
B.      Rumusan Masalah................................................................................................................ 1
C.      Tujuan.......................................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
A.      Definisi Masa Nifas............................................................................................................... 3
B.      Definisi Sistem Integumen............................................................................................... 3
C.      Struktur anatomi................................................................................................................... 3
D.     Fisiologi Sistem Integumen............................................................................................. 5
E.      Fungsi Kulit............................................................................................................................... 5
F.      Perubahan Sistem Integumen  Masa Nifas........................................................... 8

BAB III KESIMPULAN
A.      Kesimpulan............................................................................................................................... 10
B.      Saran ............................................................................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................... 11



BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu.
Sistem integumen adalah sistem organ yang membedakan, memisahkan, melindungi, dan menginformasikan hewan terhadap lingkungan sekitarnya. Sistem ini seringkali merupakan bagian sistem organ yang terbesar yang mencakup kulit, rambut, bulu, sisik, kuku, kelenjar keringat dan produknya (keringat atau lendir). Kata ini berasal dari bahasa Latin "integumentum", yang berarti "penutup".
Penurunan Sistem integumen umumnya setelah persalinan menyebabkan berkurangnya hyperpigmentasi kulit. Perubahan pembuluh darah yang tampak pada kulit karena kehamilan dan akan menghilang pada saat estrogen menurun.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Definisi Masa Nifas?
2.      Bagaimana Definisi Sistem Integumen?
3.      Bagaimana Struktur anatomi Sistem Integumen?
4.      Bagaimana Fisiologi Sistem Integumen?
5.      Bagaimana Fungsi Kulit?
6.      Bagaimana Perubahan Sistem Integumen  Masa Nifas?

C.      Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui Definisi Masa Nifas
2.      Untuk mengetahui Definisi Sistem Integumen
3.      Untuk mengetahui Struktur anatomi Sistem Integumen
4.      Untuk mengetahui Fisiologi Sistem Integumen
5.      Untuk mengetahui Fungsi Kulit
6.      Untuk mengetahui Perubahan Sistem Integumen  Masa Nifas





BAB II
PEMBAHASAN

A.     Definisi Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Abdul Bari. S, dkk, 2002).
Pembagian masa nifas. Nifas dibagi dalam 3 periode:
1.      Puerperium dini, yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2.      Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalis yang lamanya 6 – 8 minggu.
3.      Remote puerperium, waktu  yang diperlkan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.

B.     Definisi Sistem Integumen
Sistem integumen adalah sistem organ yang membedakan, memisahkan, melindungi, dan menginformasikan hewan terhadap lingkungan sekitarnya. Sistem ini seringkali merupakan bagian sistem organ yang terbesar yang mencakup kulit, rambut, bulu, sisik, kuku, kelenjar keringat dan produknya (keringat atau lendir). Kata ini berasal dari bahasa Latin "integumentum", yang berarti "penutup".

C.      Struktur anatomi
1.     Epidermis
Epidermis tersusun atas lapisan tanduk (lapisan korneum) dan lapisan Malpighi. Lapisan korneum merupakan lapisan kulit mati, yang dapat mengelupas dan digantikan oleh sel-sel baru. Lapisan Malpighi terdiri atas lapisan spinosum dan lapisan germinativum. Lapisan spinosum berfungsi menahan gesekan dari luar. Lapisan germinativum mengandung sel-sel yang aktif membelah diri, mengantikan lapisan sel-sel pada lapisan korneum. Lapisan Malpighi mengandung pigmen melanin yang memberi warna pada kulit.
2.     Dermis
Lapisan ini mengandung pembuluh darah, akar rambut, ujung saraf, kelenjar keringat, dan kelenjar minyak. Kelenjar keringat menghasilkan keringat. Banyaknya keringat yang dikeluarkan dapat mencapai 2.000 ml setiap hari, tergantung pada kebutuhan tubuh dan pengaturan suhu. Keringat mengandung air, garam, dan urea. Fungsi lain sebagai alat ekskresi adalah sebgai organ penerima rangsangan, pelindung terhadap kerusakan fisik, penyinaran, dan bibit penyakit, serta untuk pengaturan suhu tubuh.
Pada suhu lingkungan tinggi (panas), kelenjar keringat menjadi aktif dan pembuluh kapiler di kulit melebar. Melebarnya pembuluh kapiler akan memudahkan proses pembuangan air dan sisa metabolisme. Aktifnya kelenjar keringat mengakibatkan keluarnya keringat ke permukaan kulit dengan cara penguapan. Penguapan mengakibatkan suhu di permukaan kulit turun sehingga kita tidak merasakan panas lagi. Sebaliknya, saat suhu lingkungan rendah, kelenjar keringat tidak aktid dan pembuluh kapiler di kulit menyempit. Pada keadaan ini darah tidak membuang sisa metabolisme dan air, akibatnya penguapan sangat berkurang, sehingga suhu tubuh tetap dan tubuh tidak mengalami kendinginan. Keluarnya keringat dikontrol oleh hipotalamus



D.     Fisiologi Sistem Integumen
Kulit merupakan organ yang paling luas permukaannya yang membungkus seluruh bagian luar tubuh sehingga kulit sebagai pelindung tubuh terhadap bahaya bahan kimia. Cahaya matahari mengandung sinar ultraviolet dan melindungi terhadap mikroorganisme serta menjaga keseimbangan tubuh terhadap lingkungan. Kulit merupakan indikator bagi seseorang untuk memperoleh kesan umum dengan melihat perubahan yang terjadi pada kulit. Misalnya, menjadi pucat, kekuning-kuningan kemerah-merahan atau suhu kulit meningkat, memperlihatkan adanya kelainan yang terjadi pada tubuh atau gangguan kulit karena penyakit tertentu.
Gangguan psikis juga dapat menyebabkan kelainan atau perubahan pada kulit. Misalnya, karena stres, ketakutan atau dalam keadaan marah, akan terjadi perubahan pada kulit wajah. Perubahan struktur kulit dapat menentukan apakah seseorang telah lanjut usia atau masih muda. Wanita atau pria juga dapat membedakan penampilan kulit. Warna kulit juga dapat menentukan ras atau suku bangsa misalnya kulit hitam suku bangsa negro, kulit kuning bangsa Mongol, kulit putih dari Eropa dll.

E.      Fungsi Kulit
Kulit pada manusia mempunyai fungsi yang sangat penting selain menjalin kelangsungan hidup secara umum yaitu:
a.       Fungsi proteksi (melindungi). Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisik atau mekanis, misalnya terhadap gesekan, tarikan, gangguan kimiawi yang dapat menimbulkan iritasi (lisol, karbol dan asam kuat). Gangguan panas misalnya radiasi, sinar ultraviolet, gangguan infeksi dari luar misalnya bakteri dan jamur. Karena adanya bantalan lemak, tebalnya lapisan kulit dan serabut-serabut jaringan penunjang berperan sebagai pelindung terhadap gangguan fisis. Melanosit turut berperan dalam melindungi kulit terhadap sinar matahari dengan mengadakan tanning (pengobatan dengan asam asetil).
b.      Proteksi rangsangan kimia dapat terjadi karena sifat stratum korneum yang impermeabel terhadap berbagai zat kimia dan air. Di samping itu terdapat lapisan keasaman kulit yang melindungi kontak zat kimia dengan kulit. Lapisan keasaman kulit terbentuk dari hasil ekskresi keringat dan sebum yang menyebabkan keasaman kulit antara pH 5-6,5. Ini merupakan perlindungan terhadap infeksi jamur dan sel-sel kulit yang telah mati melepaskan diri secara teratur.
c.       Fungsi absorbsi (menyerap). Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat, tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitu juga yang larut dalam lemak. Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2 dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada fungsi respirasi. Kemampuan absorbsi kulit dipengaruhi tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembapan dan metabolisme. Penyerapan dapat berlangsung melalui celah di antara sel, menembus sel-sel epidermis, atau melalui saluran kelenjar dan yang lebih banyak melalui sel-sel epidermis.
d.      Fungsi kulit sebagai pengatur panas (regulasi) Suhu tubuh tetap stabil meskipun terjadi perubahan suhu lingkungan. Hal ini karena adanya penyesuaian antara panas yang dihasilkan oleh pusat pengatur panas, medula oblongata. Suhu normal dalam tubuh yaitu suhu viseral 36-37,5 derajat untuk suhu kulit lebih rendah. Pengendalian persarafan dan vasomotorik dari arterial kutan ada dua cara yaitu vasodilatasi (kapiler melebar, kulit menjadi panas dan kelebihan panas dipancarkan ke kelenjar keringat sehingga terjadi penguapan cairan pada permukaan tubuh) dan vasokonstriksi (pembuluh darah mengerut, kulit menjadi pucat dan dingin, hilangnya keringat dibatasi, dan panas suhu tubuh tidak dikeluarkan).
Kulit melakukan peran ini dengan cara mengeluarkan keringat, kontraksi otot, dan pembuluh darah kulit. Kulit kaya akan pembuluh darah sehingga memungkinkan kulit mendapat nutrisi yang cukup baik. Tonus vaskular dipengaruhi oleh saraf simpatis (asetilkolin). Pada bayi dinding pembuluh darah belum terbentuk sempurna sehingga terjadi ekstra cairan karena itu kulit bayi tampak lebih edema karena lebih banyak mengandung air dan natrium.
e.       Fungsi ekskresi. Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi atau zat sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat, dan amonia. Sebum yang diproduksi oleh kulit berguna untuk melindungi kulit karena lapisan sebum (bahan berminyak yang melindungi kulit) ini menahan air yang berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering. Produksi kelenjar lemak dan keringat menyebabkan keasaman pada kulit.
f.        Fungsi persepsi. Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Respons terhadap rangsangan panas diperankan oleh dermis dan subkutis, terhadap dingin diperankan oleh dermis, perabaan diperankan oleh papila dermis dan markel renvier, sedangkan tekanan diperankan oleh epidermis. Serabut saraf sensorik lebih banyak jumlahnya di daerah yang erotik.
g.       Fungsi pembentukan pigmen. Set pembentuk pigmen (melanosit) terletak pada lapisan basal dan sel ini berasal dari rigi saraf. Melanosit membentuk warna kulit. Enzim melanosum dibentuk oleh alat golgi dengan bantuan tirosinase, ion Cu, dan O2 terhadap sinar matahari memengaruhi melanosum. Pigmen disebar ke epidermis melalui tangan-tangan dendrit sedangkan lapisan di bawahnya dibawa oleh melanofag. Warna kulit tidak selamanya dipengaruhi oleh pigmen kulit melainkan juga oleh tebal-tipisnya kulit, reduksi Hb dan karoten.
h.      Fungsi keratinisasi. Keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan. Sel basal yang lain akan berpindah ke atas dan berubah bentuk menjadi sel spinosum. Makin ke atas sel ini semakin gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Semakin lama intinya menghilang dan keratonosit ini menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung terus menerus seumur hidup. Keratinosit melalui proses sintasis dan degenerasi menjadi lapisan tanduk yang berlangsung kira-kira 14-21 hari dan memberikan perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis-fisiologik.
i.         Fungsi pembentukan vitamin D. Dengan mengubah dehidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari. Tetapi kebutuhan vitamin D tidak cukup dengan hanya dari proses tersebut. Pemberian vitamin D sistemik masih tetap diperlukan.

F.      Perubahan Sistem Integumen  Masa Nifas
Perubahan keseimbangan hormonal dan mekanisme peregangan bertanggung jawab terhadap derajat perubahan sistem integumen selama kehamilan akan kembali berangsur normal begitu memasuki masa nifas. Perubahan yang umum terjadi adalah meningkatnya ketebalan kulit dan lemak subdermal hypopigmentasi, pertumbuhan rambut dan kuku, kecepatan aktifitas kelenjar keringat dan kelenjar sebasea, dan meningkatnya aktifitas sirkulasi dan vasomotor. Adanya kerapuhan/kelemahan pada jaringan elastik cutaneus menyebabkan timbulnya striae gravidarum atau tanda peregangan yang jelas.
a.       Pigmentasi disebabkan oleh hormon pituitary anterior ; melanotropin, yang meningkat selama kehamilan akan berkurang pada masa nifas. Facial Melama, disebut juga chloasma atau topeng kehamilan, adalah bentuk seperti jerawat, merupakan hyperpigmentasi berwarna kecokelatan di atas pipi, hidung dan kening.
b.      Linea nigra merupakan garis pigmentasi yang terentang dari symphisis pubis sampai ke ujung atas fundus pada garis tengah, garis ini dikenal dengan linea alba sebelum pigmentasi yang disebabkan faktor hormonal. Pada masa nifas, linea nigra akan mulai berkurang.
c.       Striae gravidarum, atau garis peregangan, tampak pada 50% sampai 90% wanita hamil selama pertengahan kehamilan, mungkin disebabkan oleh aksi adrenocorticoid. Namun pada masa nifas akan berkurang dan semakin hilang.
d.      Angiomas atau telangiectasia adalah istilah yang ditujukan pada bentuk vaskularisasi seperti jaring laba-laba. Bentuknya kecil sekali, permukaannya seperti bintang atau bercabang-cabang, terlihat jelas pada bagian akhir arteriola. Jaring laba-laba ini terbentuk sebagai akibat meningkatnya sirkulasi estrogen, biasanya ditemukan pada leher thorax, muka dan lengan. Angiomas dan teliangiestasia juga dijelaskan sebagai jaringan awal dilatasi arteriola yang menyebar ke arah bagian tengah. Bentuk jaring-jaring ini berwarna kebiruan dan tidak menjadi pucat bila dilakukan penekanan. Striae mungkin tampak jelas pada mamae sebagai akibat peregangan pada mamae pada masa nifas.
e.       Epulis (Gingival Granuloma Gravidarum) berwarna kemerahan, berbentuk nodul dan mudah berdarah. Lesi ini mungkin berkembang sekitar bulan ke 3 kehamilan. Namun biasanya ketika memasuki masa nifas akan berkurang.





BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Perubahan keseimbangan hormonal dan mekanisme peregangan bertanggung jawab terhadap derajat perubahan sistem integumen selama kehamilan akan kembali berangsur normal begitu memasuki masa nifas. Penurunan melanin umumnya setelam persalinan menyebabkan berkurangnya hyperpigmentasi kulit. Perubahan pembuluh darah yang tampak pada kulit karena kehamilan dan akan menghilang pada saat estrogen menurun.

B.     Saran
Perubahan sistem integumen masa nifas sangat jarang untuk dibahas karena karena sifatnya yang tidak berbahaya. Untuk itu disarankan kepada dosen pembimbing untuk memperbanyak materi tentang perubahan sistem integumen masa nifas untuk menambah referensi.




DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
Dessy, T., dkk. 2009. Perubahan Fisiologi Masa Nifas. Akademi Kebidanan Mamba’ul ‘Ulum Surakarta.
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika



Comments

Popular posts from this blog

Konsep Cairan dan Elektrolit Tubuh

Makalah Konsep Dasar Teori Air Susu Ibu (ASI)