HUBUNGAN
PENGETAHUAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI
PADA LANSIA
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Menurut Data WHO menunjukkan, di seluruh dunia, sekitar 972 juta
orang atau 26,4% penghuni bumi mengidap hipertensi dengan perbandingan 26,6%
pria dan 26,1% wanita. Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di
tahun 2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju
dan 639 sisanya berada di negara sedang berkembang, temasuk Indonesia.
Pola makan diartikan sebagai cara atau usaha dalam
mengatur kegiatan makan untuk memenuhi kebutuhan tubuh untuk menjadi lebih
baik. Sedangkan menurut Depkes RI (2009),pola makan adalah suatu cara atau
usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan dengan maksud tertentu seperti
mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan
penyakit.
Menurut penelitian yang dilakukan Departemen Kesehatan
Republik Indonesia pada tahun 2013 prevalensi
penderita hipertensi di Indonesia sebanyak 25,8 %. Dengan presentasi seperti
itu, kita sepatutnya waspada dengan kesehatan diri mulai dari sekarang.
Bagaimana caranya? Terlebih dahulu kita harus mengenali bagaimana tekanan darah
normal. Tekanan darah normal menurut WHO untuk dewasa adalah 120/80 mmhg. Namun
bila tekanan sistolik antara (120 – 139) dan diastolik antara (80 – 89) maka
itu juga masih bisa dikatakan tekanan darah normal.
Sedangkan di Jawa Barat, hipertensi
jumlahnya mencapai 31,7 persen, stroke 8,3 persen, penyakit jantung 7,2 persen,
penyakit sendi 30,3 persen, asma 3,5 persen, diabetes melitus 5,7 persen, tumor
4,3 persen cedera lalu lintas darat 4,0 persen.
Dalam hal ini secara demografi
struktur umur penduduk Indonesia bergerak ke arah struktur penduduk yang
semakin menua (ageing population). Peningkatan UHH akan menambah jumlah lanjut
usia (lansia) yang akan berdampak pada pergeseran pola penyakit di masyarakat
dari penyakit infeksi ke penyakit degenerasi. Prevalensi penyakit menular
mengalami penurunan.
Dalam artikel Pedoman Umun Gizi Seimbang Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia yang dikeluarkan pada tanggal 27 April 2009,
dijelaskan bahwa kebutuhan gizi seseorang bergantung kepada: Golongan umur, Jenis
kelamin, Berat badan dan tinggi badan dan Aktivitas sehari-hari.
Banyak makanan yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan
dikonsumsi oleh penderita hipertensi. Makanan yang diperbolehkan seperti bayam,
kacang – kacangan, pisang, kedelai, kentang dan coklat pekat. Sedangkan makanan
yang tidak diperbolehkan jika dikonsumsi dengan penderita hipertensi akan
mengakibatkan meningkat kembali tekanan darah.
Sedangkan hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari
140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Tekanan darah diukur dengan spygmomanometer yang telah dikalibrasi dengan
tepat (80% dari ukuran manset menutupi lengan) setelah pasien beristirahat
nyaman, posisi duduk punggung tegak atau terlentang paling sedikit selama lima menit
sampai tiga puluh menit setelah merokok atau minum kopi. Hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai hipertensi esensial. Beberapa
penulis lebih memilih istilah hipertensi primer untuk membedakannya dengan
hipertensi lain yang seknder karena sebab - sebab yang diketahui.
Isolated
systolic hypertension adalah bentuk
hipertensi yang paling sering terjadi pada lansia. Pada suatu penelitian,
hipertensi menempati 87% kasus pada orang yang berumur 50 sampai 59 tahun.
Adanya hipertensi, baik HST maupun kombinasi
sistolik dan diastolik merupakan faktor risiko morbiditas dan
mortalitas untuk orang lanjut usia.
Hipertensi masih merupakan faktor risiko utama untuk stroke, gagal jantung
penyakit koroner, dimana peranannya diperkirakan lebih besar dibandingkan pada
orang yang lebih muda.
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan penulis bahwa dalam kegiatan
tensi di
XXX terdapat 17 orang lansia yang mengalami hipertensi
dari 56 lansia yang ada. Dan sebagian
disebabkan oleh pola makan yang kurang baik.
Berdasarkan hasil data di atas, penulis
tertarik untuk memuat penelitian dengan judul “Hubungan Pengetahuan Pola Makan
dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di XXX Tahun XXX.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Hubungan Pengetahuan
Pola Makan dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di XXX Tahun XXX?”
C. Tujuan
1.
Tujuan
Umum
Untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan
Pola Makan dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di
XXX Tahun XXX.
2.
Tujuan
Khusus
a. Diketahui
pengetahuan pola makan pada lansia di XXX Tahun XXX.
b. Diketahui
terjadinya hipertensi pada lansia di
XXX Tahun XXX.
c. Diketahuinya hubungan pengetahuan pola makan dengan
kejadian Hipertensi pada lansia di XXX Tahun XXX.
D.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup
penelitian ini dibatasi pada hubungan pengetahuan
pola makan dengan terjadinya hipertensi pada lansia
di XXX tahun XXX. Metode penelitian ini
menggunakan pendekatan Cross sectional, dimana
variabel independen dan dependen diteliti secara bersamaan, untuk data
penelitian menggunakan data primer dan data sekunder, sedangkan instrumen
penelitian yang dipakai adalah kuesioner untuk kedua variabel.
E. Kegunaan
Penenlitian
a.
Guna Teoritis
1.
Bagi
IPTEK
Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi khususnya bidang Gerontik
2.
Bagi
Institusi Keperawatan
Menambah beragam hasil penelitian dalam
dunia pendidikan serta dapat dijadikan referensi bagi pembaca lain yang ingin
mengadakan penelitian lebih lanjut.
3.
Bagi
Peneliti
Sebagai sumber data dalam pengembangan
penelitian selanjutnya terkait dengan hubungan pola makan degan kejadian
hipertensi pada lansia atau hubungan pada factor lain dengan terjadinya
hipertensi pada lansia.
b.
Guna Praktis
1.
Bagi
Responden
Memberikan pengetahuan pada lansia
pentingnya pola makan yang benar.
2.
Bagi
Tempat Penelitian
Penelitian ini dapat dijadikan media informasi bagi XXX betapa pentingnya pola
makan yang sehat bagi lansia sehingga dapat menurunkan kejadian hipertensi pada
lansia di XXX
Tahun XXX.
3.
Bagi profesi
Sebagai bahan masukan dan dokumen ilmiah yang bermanfaat dalam
mengembangkan ilmu serta dapat digunakan sebagai bahan perbandingan penelitian
selanjutnya terutama untuk penelitian yang serupa di daerah lain.
Comments
Post a Comment