Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal

Image
  Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa contoh upaya kolaboratif yang dapat dilakukan: 1.       Kolaborasi antara tenaga medis dan bidan: Tim medis yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan dapat bekerja sama untuk memberikan pelayanan kesehatan yang holistik kepada ibu hamil dan bayi yang akan lahir. Dengan saling berbagi pengetahuan dan keterampilan, mereka dapat meningkatkan pemantauan kehamilan, memberikan perawatan prenatal yang tepat, dan menangani komplikasi saat melahirkan. 2.       Kemitraan antara lembaga kesehatan dan masyarakat: Kolaborasi antara fasilitas kesehatan, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan maternal dan perinatal. Misalnya, mengadakan kampanye penyuluhan dan program edukasi di komunitas mengenai perawa

HUBUNGAN PENGETAHUAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA


HUBUNGAN PENGETAHUAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA
 
BAB I
 PENDAHULUAN

A.     Latar belakang
Menurut Data WHO menunjukkan, di seluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau 26,4% penghuni bumi mengidap hipertensi dengan perbandingan 26,6% pria dan 26,1% wanita. Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di negara sedang berkembang, temasuk Indonesia.
Pola makan diartikan sebagai cara atau usaha dalam mengatur kegiatan makan untuk memenuhi kebutuhan tubuh untuk menjadi lebih baik. Sedangkan menurut Depkes RI (2009),pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan dengan maksud tertentu seperti mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit.
Menurut penelitian yang dilakukan Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2013 prevalensi penderita hipertensi di Indonesia sebanyak 25,8 %. Dengan presentasi seperti itu, kita sepatutnya waspada dengan kesehatan diri mulai dari sekarang. Bagaimana caranya? Terlebih dahulu kita harus mengenali bagaimana tekanan darah normal. Tekanan darah normal menurut WHO untuk dewasa adalah 120/80 mmhg. Namun bila tekanan sistolik antara (120 – 139) dan diastolik antara (80 – 89) maka itu juga masih bisa dikatakan tekanan darah normal.
Sedangkan di Jawa Barat, hipertensi jumlahnya mencapai 31,7 persen, stroke 8,3 persen, penyakit jantung 7,2 persen, penyakit sendi 30,3 persen, asma 3,5 persen, diabetes melitus 5,7 persen, tumor 4,3 persen cedera lalu lintas darat 4,0 persen.
Dalam hal ini secara demografi struktur umur penduduk Indonesia bergerak ke arah struktur penduduk yang semakin menua (ageing population). Peningkatan UHH akan menambah jumlah lanjut usia (lansia) yang akan berdampak pada pergeseran pola penyakit di masyarakat dari penyakit infeksi ke penyakit degenerasi. Prevalensi penyakit menular mengalami penurunan.
Dalam artikel Pedoman Umun Gizi Seimbang Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang dikeluarkan pada tanggal 27 April 2009, dijelaskan bahwa kebutuhan gizi seseorang bergantung kepada: Golongan umur, Jenis kelamin, Berat badan dan tinggi badan dan Aktivitas sehari-hari.
Banyak makanan yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan dikonsumsi oleh penderita hipertensi. Makanan yang diperbolehkan seperti bayam, kacang – kacangan, pisang, kedelai, kentang dan coklat pekat. Sedangkan makanan yang tidak diperbolehkan jika dikonsumsi dengan penderita hipertensi akan mengakibatkan meningkat kembali tekanan darah.
Sedangkan hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Tekanan darah diukur dengan spygmomanometer yang telah dikalibrasi dengan tepat (80% dari ukuran manset menutupi lengan) setelah pasien beristirahat nyaman, posisi duduk punggung tegak atau terlentang paling sedikit selama lima menit sampai tiga puluh menit setelah merokok atau minum kopi. Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai hipertensi esensial. Beberapa penulis lebih memilih istilah hipertensi primer untuk membedakannya dengan hipertensi lain yang seknder karena sebab - sebab yang diketahui.
Isolated systolic hypertension adalah bentuk hipertensi yang paling sering terjadi pada lansia. Pada suatu penelitian, hipertensi menempati 87% kasus pada orang yang berumur 50 sampai 59 tahun. Adanya hipertensi, baik HST maupun kombinasi  sistolik dan diastolik merupakan faktor risiko morbiditas dan mortalitas  untuk orang lanjut usia. Hipertensi masih merupakan faktor risiko utama untuk stroke, gagal jantung penyakit koroner, dimana peranannya diperkirakan lebih besar dibandingkan pada orang yang lebih muda.
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan penulis bahwa dalam kegiatan tensi di XXX terdapat 17 orang lansia yang mengalami hipertensi dari 56 lansia yang ada. Dan sebagian disebabkan oleh pola makan yang kurang baik.
Berdasarkan hasil data di atas, penulis tertarik untuk memuat penelitian dengan judul “Hubungan Pengetahuan Pola Makan dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di XXX Tahun XXX.

B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Hubungan Pengetahuan Pola Makan dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di XXX Tahun XXX?”

C.       Tujuan
1.      Tujuan Umum
Untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Pola Makan dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di XXX Tahun XXX.

2.      Tujuan Khusus
a.       Diketahui pengetahuan pola makan pada lansia di XXX Tahun XXX.
b.      Diketahui terjadinya hipertensi pada lansia di XXX Tahun XXX.
c.       Diketahuinya hubungan pengetahuan pola makan dengan kejadian Hipertensi pada lansia di XXX Tahun XXX.

D.    Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada hubungan pengetahuan pola makan dengan terjadinya hipertensi pada lansia di XXX tahun XXX. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan Cross sectional, dimana variabel independen dan dependen diteliti secara bersamaan, untuk data penelitian menggunakan data primer dan data sekunder, sedangkan instrumen penelitian yang dipakai adalah kuesioner untuk kedua variabel.

E.       Kegunaan Penenlitian
a.      Guna Teoritis
1.      Bagi IPTEK
Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya bidang Gerontik
2.      Bagi Institusi Keperawatan
Menambah beragam hasil penelitian dalam dunia pendidikan serta dapat dijadikan referensi bagi pembaca lain yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut.
3.      Bagi Peneliti
Sebagai sumber data dalam pengembangan penelitian selanjutnya terkait dengan hubungan pola makan degan kejadian hipertensi pada lansia atau hubungan pada factor lain dengan terjadinya hipertensi pada lansia.

b.      Guna Praktis
1.      Bagi Responden
Memberikan pengetahuan pada lansia pentingnya pola makan yang benar.
2.      Bagi Tempat Penelitian
Penelitian ini dapat dijadikan media informasi bagi XXX betapa pentingnya pola makan yang sehat bagi lansia sehingga dapat menurunkan kejadian hipertensi pada lansia di XXX Tahun XXX.
3.      Bagi profesi
Sebagai bahan masukan dan dokumen ilmiah yang bermanfaat dalam mengembangkan ilmu serta dapat digunakan sebagai bahan perbandingan penelitian selanjutnya terutama untuk penelitian yang serupa di daerah lain.


Comments

Popular posts from this blog

Konsep Cairan dan Elektrolit Tubuh

Makalah Konsep Dasar Teori Air Susu Ibu (ASI)