Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal

Image
  Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa contoh upaya kolaboratif yang dapat dilakukan: 1.       Kolaborasi antara tenaga medis dan bidan: Tim medis yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan dapat bekerja sama untuk memberikan pelayanan kesehatan yang holistik kepada ibu hamil dan bayi yang akan lahir. Dengan saling berbagi pengetahuan dan keterampilan, mereka dapat meningkatkan pemantauan kehamilan, memberikan perawatan prenatal yang tepat, dan menangani komplikasi saat melahirkan. 2.       Kemitraan antara lembaga kesehatan dan masyarakat: Kolaborasi antara fasilitas kesehatan, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan maternal dan perinatal. Misalnya, mengadakan kampanye penyuluhan dan program edukasi di komunitas mengenai perawa

HUBUNGAN POLA TIDUR LANSIA DENGAN KEJADIAAN INSOMNIA PADA LASIA


HUBUNGAN POLA TIDUR LANSIA DENGAN KEJADIAAN INSOMNIA PADA LASIA
 
BAB I
 PENDAHULUAN

A.     Latar belakang
Insomnia adalah ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur baik kualitas maupun kuantitas. Jenis insomnia ada 3 macam yaitu insomnia inisial atau tidak dapat memulai tidur, insomnia intermitten atau tidak bisa mempertahankan tidur atau sering terjaga dan insomnia terminal atau bangun secara dini dan tidak dapat tidur kembali.
penyakit insomnia adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami kesulitan tidur, terutama tidur malam hari. Insomnia dapat didefinisikan juga sebagai suatu persepsi seseorang yang terus merasa tidak cukup tidur atau merasakan kualitas tidur yang buruk. Walaupun orang tersebur 15 sebenarnya memiliki kesempatan tidur yang cukup. Ini akan mengakibatkan perasaan yang tidak bugar setelah terbangun.
Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya menjadi tua. Hal ini normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saaat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir. Dimasa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial secara bertahap.
Semakin bertambahnya usia berpengaruh terhadap penurunan dari periode tidur. Kebutuhan tidak akan berkurang dari usia bayi sampai usia lanjut. Bayi yang baru lahir tidur rata-rata 20 jam sehari, anak berusia 6 tahun rata-rata 10 jam, anak umur 12 tahun rata-rata 9 jam, sedangkan orang dewasa 7 jam 20 menit. Orang yang berusia lebih dari 60 tahun sering menyampaikan keluhan gangguan tidur, terutama masalah kurang tidur. Perubahan pola tidur ini adalah umum dan bagian alami dari penuaan. Gangguan tidur atau insomnia pada kelompok usia lanjut cukup tinggi. Banyak hal yang bisa menyebabkan terjadinya insomnia pada lansia tersebut. Baik berupa faktor dari dalam (intrinsik) yaitu ; kecemasan, motivasi dan umur. Serta faktor dari luar (ekstrinsik) yang dapat berupa gaya hidup, penggunaan obat–obatan, gangguan medis umum dan lingkungan.
Gangguan tidur pada lansia dapat mengakibatkan dampak yang cukup berat, karena pada negara berkembang banyak lansia yang masih bekerja. Dengan adanya gangguan tidur, para lansia tidak dapat mengembalikan kondisi tubuhnya dengan baik sehingga mengakibatkan kondisi mudah marah, kelelahan, pusing, cemas serta stress yang mengakibatkan bunuh diri. Gangguan tidur juga sering ditemukan pada lansia yang tinggal di panti jompo, terutama lansia yang biasa bekerja dan setelah di panti jompo tidak bekerja, suasana berkabung, ataupun hidup sendiri tanpa keluarga.
Prevalensi insomnia yang di definisikan sebagai gangguan tidur kronis yaitu sebanyak 50-70% dari semua lansia yang berusia >65 tahun, penelitian sebelumnya juga menyebutkan di thailand, hampir 50% pasien yang berusia >60 tahun mengalami insomnia.
Di Indonesia lansia termasuk lima besar terbanyak di dunia dengan jumlah lansia sesuai sensus 3 penduduk 2010 berjumlah 18,1 juta jiwa (9,6% dr total penduduk), pada tahun 2030 diperkirakan akan terus meningkat dan mencapai 36 juta.
Dari survei pendahuluan pada penduduk lansia tersebut, mereka mengatakan pernah mengalami kesulitan tidur, meskipun tingkat kesulitan tidur berbeda pada masing–masing individu. Mereka juga mengeluh sulit untuk masuk tidur, sulit menahan tidur, tidur tidak tenang dan sering terbangun lebih awal. 22 dari 59 lansia mengatakan bahwa setiap hari sulit untuk tertidur kembali setelah terbangun ditengah malam.Pengalaman  yang dirasakan  pada  lansia tersebut merupakan tanda dan gejala insomnia.
Berdasarkan hasil data di atas, penulis tertarik untuk memuat penelitian dengan judul “Hubungan Pola Tidur Lansia dengan Kejadian Insomnia pada lansia di XXX Tahun XXX.

B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “hubungan pola tidur lansia dengan kejadian insomnia pada lansia di XXX Tahun XXX?”

C.       Tujuan
1.      Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pola tidur lansia dengan kejadian insomnia pada lansia di XXX Tahun XXX.
2.      Tujuan Khusus
a.       Diketahuinya gambaran pola tidur pada lansia di XXX Tahun XXX.
b.      Diketahuinya gambaran kejadian insomnia pada lansia  di XXX Tahun XXX.
c.       Diketahuinya hubungan pola tidur dengan kejadian insomnia pada lansia  di XXX Tahun XXX.

D.    Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada pola tidur lansia dengan kejadian insomnia pada lansia di XXX tahun XXX. Alasan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan pola tidur lansia dengan kejadian insomnia pada lansia di XXX tahun XXX. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni XXX. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan Crossectional, dimana variabel independen dan dependen diteliti secara bersamaan, untuk data penelitian menggunakan data primer dan data sekunder, sedangkan instrumen penelitian yang dipakai adalah kuesioner untuk kedua variabel.

E.       Kegunaan Penenlitian
a.      Guna Teoritis
1.      Bagi IPTEK
Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya bidang Gerontik.
2.      Bagi Institusi Pendidikan
Menambah beragam hasil penelitian dalam dunia pendidikan serta dapat dijadikan referensi bagi pembaca lain yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut.
3.      Bagi Peneliti
Sebagai sumber data dalam pengembangan penelitian selanjutnya terkait dengan hubungan pola tidur lansia dengan kejadian insomnia pada lansia.
b.      Guna Praktis
1.      Bagi Responden
Memberikan pengetahuan pada lansia pentingnya pola tidur yang benar, pentingnya mengendalikan kecemasan dan berbagai penyakit yang mempengaruhi terjadinya insomnia pada lansia.
2.      Bagi Tempat Penelitian
Penelitian ini dapat dijadikan media informasi bagi XXX betapa pentingnya pola tidur yang sehat bagi lansia sehingga dapat menurunkan penyakit kejadian insomnia pada lansia di XXX Tahun XXX.
3.      Bagi profesi
Sebagai bahan masukan dan dokumen ilmiah yang bermanfaat dalam mengembangkan ilmu serta dapat digunakan sebagai bahan perbandingan penelitian selanjutnya terutama untuk penelitian yang serupa di daerah lain.


Comments

Popular posts from this blog

Konsep Cairan dan Elektrolit Tubuh

Makalah Konsep Dasar Teori Air Susu Ibu (ASI)