Konsep Dasar Imunisasi: Pengertian, Jenis, Jadwal Pemberian dan Macam Kekebalan
A. Pengertian
Imunisasi
Kata imun berasal dari bahasa Latin (imunitas) yang
berarti pembebasab (kekebalan) yang diberikan kepada para senator Romawi selama
masa jabatan mereka terhadap kewajiban sebagai warganegara biasa dan terhadap
dakwaan. Dalam sejarah istilah ini kemudian berkembang sehingga pengertiannya
berubah menjadi perlindungan terhadap penyakit, dan lebih spesifik lagi,
terhadap penyakit menular.
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu
penykit dengan memasukkan sesuatu kedalam tubuh agr agar tubuh tahan terhadap
penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang (blog
indonesia,2008).
Banyak hal yang harus diperhatikan oleh para orang tua
agar tubuh kembang anak tidak terganggu. Salah satu hal yang patut dicermati
adalah kesehatan anak. Jangan sampai di masa emas prtumbuhannya, anak
terjangkit penyakit yang membahayakan fisik apalagi jiwanya oleh karena itu,
orang tua mesti waspada terhadap penyakit yang senantiasa mengancam kesehatan anak.
”Lebih baik mencegah dari pada mengobati“. Ini ungkapan
yang tepat, karena dalam dunia kesehatan modern seperti sekarang, bukan lagi
soal pengobatan yang terpenting, melainkan cara pencegahannya. Sebab, apabila
tindakan yang dilakukan menunggu anak sakit terlebih dahulu, maka biayanya bisa
menjadi semakin tinggi.
Salah satu cara yang tepat untuk mengantisipasi
kemungkinan anak terinfeksi penyakit sewaktu-waktiu mengancam ialah pemberian
imunisasi sebagaimana yang dianjurkan. Imunisasi sangat diperlukan demi
memberikan perlindungan, pencegahan, sekaligus membangun kekebalan tubuh anak
teerhadap berbagai penyakit menular maupun penyakit berbahaya yang dapat
menimbulkan kecacatan tubuh, bahkan kematian.(Mahayu,2014:85)
Pemberian imunisasi secara lengkap dan sesuai jadwal
bukan hanya bermanfaat untuk menghasilkan kekebalan tubuh terhadp
penyakit,melain juga mencegah penularan penyakit atau wabah. Imunisasi termasuk
salah satu jenis usaha memberikan kekebalan kepada anak dengan memasukkan vakin
ke dalam tubuh guna membuat zat anti untuk mecegah terhadap penyakit tertentu.
Sdangkan, yang dimaksud dengan vaksin adalah bahan yang digunakan untuk
merangsang pembentukkan zat anti, yanh dimasukan ke dalam tubuh melalui
suntikan (mialnya,vaksin BCG, DPT, dan campak) dan mulut (contohnya, vaksin
polio).
Program imunisasi merupakan cara terbaik untuk melindungi
seseorang dari serangan penyakit yang berbahaya dan mematikan, khususnya bagi
bayi dan anak-anak. Beberapa peneliti telah membuktikan bahwa banyak sekali
kematian akibat penyakit bisa dicegah dengan imunisasi,diharapkan bisa
menurunkan angka morbiditas dan mortalitas, serta mampu mengurangi kecacatan
akibat penyakit.
Ada beberapa penyakit infeksi yang cukup berbahaya dan
bisa dicegah dengan baik oleh imunisasi, di antaranya adalah penyakit polio,
campak, hepatitis A dan B, serta tetanus. Memang tidak semua penyakit ini
membahayakan jiwa manusia, tetapi jika tidak diberikan imunisasi untuk
mencegahnya, maka kejadian seperti cacat tubuh sangat mungkin terjadi. Oleh karena
itu, pemerintah mencanangkan program imunisasi untuk mengantisipasi dan
mencegah kemungkinan terburuk dari beberapa penyakit yang bisa menimpa anak.
Berikut beberapa manfaat imunisasi bagi bayi dan
anak-anak :
1)
Menghindari bayi dan anak dari serangan
penyakit.
2)
Meningkatkan kekebalan anak terhadap penyakit
tertentu.
3)
Memperkecil kemungkinan terjadinya penyakit
menular.
4)
Meningkatkan derajat kesehatan nasional
karena semakin jarang penyakit.
5)
Lebih menghemat biaya untuk keperlun berobat.
(Mahayu,2014
:86)
B. Jenis
– jenis Imunisasi
1)
Imunisasi
pasif (passive immunization)
Imunisasi pasif ini adalah “inmuno globulin” jenis
imunisasi ini dapat mencegah penyakit campak (measles pada anak)
2)
Imunisasi
aktif (active immunization)
a) Hepatitis B
Imunisasi Hepatitis B berfungsi untuk memberi tubuh
kekebalan terhadap penyakit hepatitis B, penyakit hepatitis disebabkan oleh
virus yang telah mempengaruhi organ liver (hati). Bayi yang terjangkit virus
hepatitis beresiko terkena kangker hati atau kerusakan pada hati.
Penularan Virus Hepatitis B biasanya
disebarkan melalui kontak dengan cairan tubuh (darah, air liur, air mania tau
dari ibu ke anak pada saat melahirkan). Gejala yang dirasakan oleh penderita
penyakit Hepatitis B mirip flu, yaitu hilangnya nafsu makan, mual, rasa lelah,
mata kuning dan muntah serta demam, urine menjadi kuning, dan sakit perut.
Imunisasi ini diberikan tiga kali pada umur
0-11 bulan melalui intramuscular, sedangkan yang diberikan sesaat setelah lahir
atau dapat diberikan pada usia 0-7 hari
yaitu vaksin B-PID. Efek samping yang terjadi yaitu berupa reaksi lokal seperti
rasa sakit, kemerahan dan pembungkakan disekitar tempat penyuntikan, reaksi
yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari.
b) BCG
Imunisasi BCG berfungsi untuk mencegah penularan TBC (Tuberkulosis). Kemasan vaksin BCG dalam 1 ampul, beku kering dilarutkan ke 4 ml
pelarut. Imunisasi BCG dilakukan pada bayi usia 0-2 bulan sebanyak 0,05 cc yang
di suntikan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas.
Kontra indiikasi imunisasi BCG yaitu tidak
boleh diberikan pada kondisi seorang anak yang menderita penyakit kulit yang
berat atau menahun, seperti eksim. Efek samping setelah diberikan imunisasi
BCG, reaksi yang timbul tidak seperti pada imunisasi vaksin lain. Imunisasi BCG
tidak menyebabkan demam.
Setelah 1-2 minggu di berikan imunisasi, akan
timbul indurasi dan kemerahan ditempat suntikan yang berubah menjadi pustule,
kemudian pecah menjadi luka. Luka ini akan sembuh dengan sendirinya secara
spontan.
c) DPT
Imunisasi DPT adalah Vaksin yang diberikan untuk
menimbulkan kekebalan aktif dalam waktu yang bersamaan terhadap penyakit
difteri, pertusis (batuk rejan/batuk seratus hari), dan tenanus. DPT berfungsi
untuk mencegah penyakit diptheri, pertusis, dan tetanus. Vaksin DPT terdapat 3
kemasan sekaligus, pemberian imunisasi DPT dilakukan 3 kali mulai bayi berumur
2 bulan sampai 11 bulan dengan interval 4 minggu melalui injeksi intramuscular
pada paha tengah luar. Sedangkan efek samping pemberian imunisasi DPT yaitu
demam.
d) Polio
Polio dapat menyebabkan gejala yang ringan atau penyakit
yang sangat parah. Penyakit ini dapat menyerang system pencernaan dan system
saraf. Polio dapat menyebabkan demam, muntah-muntah, dan kekauan otot-otot dan
dapat menyerang saraf-saraf. Diantara dua sampai lima persen penderita polio
akan meninggal.
Imunisasi polio berfungsi untuk mencegah penyakit
poliomilitis. Di berikan 4 kali (polio I,II,II, dan IV)Dosis pemberian
imunisasi polio sebanyak 2 tetes ke dalam lidah.
e) Campak
Imunisasi campak diberikan untuk mencegah penyakit campak
(measles). Pemberian vaksin campak hanya diberikan satu kali, dapat dilakukan
pada umur 9-11 bulan dengan dosis 0,5 cc. sebelum disuntikan, vaksin campak
terlebih dahulu dilarutkan dengan pelarut steril yang telah tersedia yang
berisi 5 ml cairan pelarut.
f) Tetanus Toxoid ( TT )
Imunisasi TT diberikan pada ibu hamil dan calon
pengantin, imunisasi ini berfungsi untuk mencegah terjadinya tetanus pada bayi
yang akan dilahirkan. (Mahayu,2014:87)
C.
Jadwal Pemberian Imunisasi
Sangat bagi para orang tua
mengetahui jadwl imunisasi yang diberikan kepada si buah hati. Dengan adanya
jadwal tersebut, diharapkan tidak ada imunisasi yang terlewatkan. Jadwal
imunisasi ini adalah yang harus diberikan kepada anak. (Mahayu.2014:109)
Tabel 2.1
Pemberian Imunisasi
No
|
Jenis
Imunisasi
|
Bulan
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
9
|
15
|
1
|
Hepatitis
B
|
I
|
II
|
|
|
|
III
|
|
|
2
|
BCG
|
X
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
DPT
|
|
|
I
|
II
|
III
|
|
|
|
4
|
Polio
|
I
|
|
II
|
III
|
IV
|
|
|
|
5
|
Campak
|
|
|
|
|
|
|
X
|
|
D. Macam
Kekebalan
Kekebalan terhadap suatu penyakit, menular dapat
digolongkan menjadi 2 yakni:
1)
Kekebalan
tidak spesifik (non-spesifik resistance)
Yang dimaksud factor-faktor khusus adalah pertahanan
tubuh pada manusia yang secara alamiah dapat melindungi badan dari suatu
penyakit, misalnya, kulit air mata, cairan-cairan khusus yang keluar dari perut
(usus), adanya reflek-reflek tertentu misalnya batuk dan bersin dan sebagainya.
2)
Kekebalan
spesifik (specipic resistance)
Kekebalan
specipic dapat diperoleh dari dua sumber yakni:
a)
Genetik
Kekebalan yang berasal dari sumber genetic ini biasanya
berhubungan dengan ras (warna kulit dan kelompok-kelompok etnis).
b)
Kekebalan
yang diperoleh (acquaied immunity)
Kekebalan ini diperoleh dari luar tubuh anak atau orang
yang bersangkutan. Kekebalan dapat bersifat aktif, dan dapat bersifat fasif.
Kekebalan aktif dapat diperoleh setelah orang sembuh dari penyakit tertentu.
Kekebalan juga dapat diperoleh melalui imunisasi, yang berarti kedalam tubuhnya
dimasukan organisme pathogen (bibit) penyakit. Kekebalan pasif ini hanya
bersifat sementara (dalam waktu pendek saja).
E. Factor-faktor
yang Mempengaruhi Kekebalan
Banyak faktor yang mempengaruhi kekebalan, antara lain
umur, sek, kehamilan, gizi dan trauma.
1) Umur
Untuk beberapa penyakit tertentu pada bayi (anak balita),
dan orang tua lebih mudah terserang. Dengan dengan kata lain orang pada usia
sangat muda atau usia tua lebih rentan,
kurang kebal terhadap penyakit-penyakit menular tertentu. Hal ini mungkin
disebabkan karena kedua kelompok umur tersebut daya tahan tubuhnya rendah.
2) Jenis Kelamin
Untuk penyakit menular tertenu seperti polio dan
diphtheria lebih parah terjadi pada wanita dari pada pria.
3) Kehamilan
Wanita yang sedang hamil pada umumnya lebih rentan
terhadap penyakit-penyakit menular tertentu misalnya penyakit polio, pneumonia,
malaria serta amubiasis.
4) Gizi
Gizi yang baik pada umumnya akan meningkatkan resistensi
tubuh terhadap penyakit-penyakit infeksi, tetapi sebaliknya kekurangan gizi berakibat
kerentanan seseorang terhadap penyakit infeksi.
5) Trauma
Stress salah satu bentuk trauma adalah merupakan penyebab
kerentanan seseorang terhadap suatu penyakit infeksi tertentu.
Comments
Post a Comment