Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal

Image
  Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa contoh upaya kolaboratif yang dapat dilakukan: 1.       Kolaborasi antara tenaga medis dan bidan: Tim medis yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan dapat bekerja sama untuk memberikan pelayanan kesehatan yang holistik kepada ibu hamil dan bayi yang akan lahir. Dengan saling berbagi pengetahuan dan keterampilan, mereka dapat meningkatkan pemantauan kehamilan, memberikan perawatan prenatal yang tepat, dan menangani komplikasi saat melahirkan. 2.       Kemitraan antara lembaga kesehatan dan masyarakat: Kolaborasi antara fasilitas kesehatan, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan maternal dan perinatal. Misalnya, mengadakan kampanye penyuluhan dan program edukasi di komunitas mengenai perawa

Konsep Kesiapan Menghadapi Pernikahan


Konsep Kesiapan Menghadapi Pernikahan


A. Pengertian Kesiapan

Kesiapan adalah Keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberikan respon/ jawaban didalam cara tertentu terhadap situasi. Penyesuaian kondisi pada suatu saat akan berpengaruh atau kecenderunganuntuk memberikan respon.

Persiapan pernikahan bukan saja harus di siapkan secara pestanya saja tapi juga harus di sertai dengan siap-nya para calon pengantin dalam menghadapi pernikahan yang akan dilakukannya. Persiapan ini tidak kalah pentingnya dengan persiapan pesta yang akan di lakukan, bahkan lebih penting dari pesta itu sendiri.
Persiapan lahir dan batin seorang calon pengantin yang akan menentukan bagaimana jalannya kehidupan setelah pernikahan, bahkan di beberapa daerah untuk persiapan ini terkadang dibuatkan semacam ritual atau upacara tersendiri. Dan biasanya ritual ini berkaitan dengan adat dan istiadat dari sebuah daerah.
Terlepas dari segala ritual yang dilakukan, ada beberapa persiapan yang juga harus dipertimbangkan sebelum memasuki masa pernikahan.

B. Macam-macam Kesiapan Menghadapi Pernikahan

Berikut persiapan yang harus dilakukan:

1. Persiapan Moral dan Spiritual

Kesiapan secara spiritual akan ditandai oleh mantapnya niat dan langkah menuju kehidupan rumah tangga. Jika anda seorang laki-laki, ada kesiapan dalam diri anda untuk bertindak sebagai pimpinan dalam rumah tangga, untuk berfungsi sebagai bapak bagi anak-anak yang nantinya akan lahir dari pernikahan. Ada kesiapan dalam diri anda untuk menanggung segala beban yang disebabkan oleh karena posisi sebagai suami dan bapak.
Jika anda seorang perempuan, harus ada kesiapan dalam diri untuk membuka ruang baru bagi intervensi seorang mitra baru.Kesiapan untuk mengurangi sebagian otoritas atas dirinya sendiri lantaran tunduk pada prinsip syura dan ketaatan pada suami.Kesiapan untuk hamil, menyusui.Kesiapan untuk menanggung beban-beban yang muncul akibat hadirnya anak.
Oleh karena itu sangatlah penting persiapan dalam aspek ini.Dan biasanya hal ini berkaitan dengan ajaran-ajaran dalam agama dan kepercayaan yang di anut. Sisi spiritual yang di olah akan menghasilkan sebuah spiritualitas yang baik pula khususnya dalam menghadapi segala bentuk dari hasil pernikahan itu sendiri.

2. Persiapan Konsepsional

Kesiapan konsepsional akan ditandai dengan dikuasainya berbagai hukum, etika, aturan dan pernak-pernik pernikahan serta kerumahtanggaan. Kadang dijumpai di kalangan masyarakat kita, mereka yang menikah tanpa aturan agama tentang pernikahan dan kerumah tanggaan. Wajar kalau kemudian dalam hidup berumah tangga terjadi berbagai bentuk yang tidak bersesuaian yang disebabkan oleh ketidakmengertian.
Seorang laki-laki dan perempuan harus mengetahui dengan baik dan benar posisi dan peran masing-masing pihak dalam konteks rumah tangga.Apa hak dan kewajiban masing-masing pihak dan juga hak serta kewajiban bersama. Tata krama pergaulan suami istri dalam rumah tangga dan berbagai pengetahuan yang menyebabkan kebaikan sebuah keluarga perlu dimengerti, sehingga belajar dan menyiapkan diri secara konsepsional merupakan suatu keharusan bagi setiap pribadi.

3. Persiapan Fisik

Kesiapan fisik ditandai dengan adanya kesehatan yang memadai sehingga kedua belah pihak akan mampu melaksanakan fungsi diri sebagai suami dan istri dengan optimal. Hal yang amat penting dalam konteks kesehatan ini adalah pada sisi kesehatan reproduksi. Bahwa laki-laki dan perempuan akan mampu melakukan fungsi reproduksi dengan baik. Melakukan pemeriksaan kesehatan kepada ahlinya merupakan satu langkah yang bisa ditempuh menjelang pernikahan.Oleh karena itu diperlukan kebugaran, bukan saja kesehatan, agar bisa senantiasa energik, tidak malas-malasan, tidak mudah lelah, dan senantiasa memiliki vitalitas tinggi. Hidup teratur, makan seimbang dan bergizi, cukup istirahat, olahraga teratur merupakan langkah-langkah untuk menuju kesehatan dan kebugaran fisik.

4. Persiapan Material

Persiapan material sebelum pernikahan dimaksudkan lebih kepada kesiapan pihak laki-laki untuk menafkahi dan kesiapan perempuan untuk mengelola keuangan keluarga. Bukan berapa jumlah tersedianya dana untuk melaksanakan pernikahan. Meskipun kaum perempuan tidak mendapatkan beban kewajiban material, akan tetapi bukan berarti tidak boleh bekerja produktif. Dalam kehidupan sekarang, dimana kebutuhan hidup semakin kompleks, telah banyak dijumpai suami dan istri sama-sama bekerja, sejak mereka belum berumah tangga.Hal seperti ini tidaklah tercela selama mereka berdua saling ikhlas dan memilih pekerjaan halal serta sesuai fitrah masing-masing pihak.

5. Persiapan Sosial

Menikah menyebabkan pelakunya mendapatkan status sosial di tengah masyarakat.Jika sewaktu lajang dia masih menjadi bagian dari keluarga bapak dan ibunya, sehingga belum diperhitungkan dalam kegiatan kemasyarakatan, setelah menikah mereka mulai dihitung sebagai keluarga tersendiri.

6. Persiapan kepribadian sang calon pengantin

Penerimaan adanya seorang pemimpin dan ratu dalam rumah tangga. Belajar untuk mengenal, bukan untuk dikenal. Seorang pria yang akan menjadi suami kita atau sebaliknya, sesungguhnya adalah orang asing bagi kita, baik latar belakang, suku, adat istiadat, kebiasaan semuanya sangat jauh berbeda dengannya menjadi pemicu timbulnya perbedaan saat memasuki pernikahan. Dan bila perbedaan tersebut tidak bisa diatur dengan sebaik-baiknya melalui komunikasi dua arah, keterbukaan serta kepercayaan dari pasangan kita, maka bisa jadi timbul persoalan dalam pernikahan dan rumah tangga nantinya. Untuk itu perlu adanya persiapan jiwa yang besar dalam menerima dan berusaha mengenali suami ataupun istri kita.


Comments

Popular posts from this blog

Konsep Cairan dan Elektrolit Tubuh

Makalah Konsep Dasar Teori Air Susu Ibu (ASI)