KONSEP
TEORI PERAN SUAMI/KELUARGA SEBAGAI PENDAMPING DALAM PROSES PERSALINAN
A.
Definisi Pendamping
Pendamping adalah perbuatan
mendampingi, menemani dan menyertai dalam suka dan duka.2
Keluarga adalah dua individu atau
lebih yang tergabung menjadi satu hubungan darah, hubungan perkawinan, hidup
dalam satu rumah tangga, saling berinteraksi serta mempertahankan kebudayaan.
1.
Dukungan pendampingan persalinan
Dukungan pada persalinan dapat di
bagi menjadi dua yaitu:
1)
Dukungan Fisik Adalah dukungan langsung berupa pertolongan langsung yang
diberikan oleh keluarga atau suami kepada ibu bersalin.
2)
Dukungan Emosional Adalah dukungan berupa kehangatan, kepedulian maupun
ungkapan empati yang akan menimbulkan keyakinan bahwa ibu merasa di cintai dan
diperhatikan oleh suami, yang pada akhirnya dapat berpengaruh kepada
keberhasilan persalinan. Persalinan merupakan saat yang menegangkan dan
menggugah emosi bagi ibu dan keluarga.
Persalinan menjadi saat yang
menyakitkan dan menakutkan bagi ibu, kerena itu pastikan bahwa setiap ibu
mendapatkan asuhan sayang ibu selama persalinan dan kelahiran. Asuhan ibu yang
dimaksud berupa dukungan emosional dari suami dan angota keluarga lain untuk
berada di samping ibu selama proses persalinan dan kelahiran. Suami dianjurkan
untuk melakukan peran aktif dalam mendukung ibu dan mengidentifikasikan
langkah-lngkah yang mungkin untuk kenyamanan ibu.
Hargai keinginan ibu untuk
menghadirkan teman atau saudara untuk menemaninya. Dukungan suami dalam proses
persalinan akan memberi efek pada ibu yaitu dalam hal emosi, emosi ibu yang
tenang akan menyebabkan sel-sel sarafnya mengeluarkan hormon oksitosin yang
reaksinya akan menyebabkan kontraksi pada rahim pada akhir kehamilan untuk
mengeluarkan bayi.
2.
Manfaat pendampingan
Bagi suami yang siap mental
mendampingi istrinya selama proses persalinan dapat memberikan manfaat seperti:
1)
memberi rasa tenang dan penguat psikis pada istri. Suami adalah orang terdekat
yang dapat memberikan rasa aman dan tenang yang diharapkan istri selama proses
persalinan. Ditengah kondisi yang tidak nyaman, istri memerlukan pegangan,
dukungan dan semangat untuk mengurangi kecemasan dan ketakutannya. Selalu ada
bila dibutuhkan dengan berada di samping istri, suami siap membantu apa saja
yang dibutuhkan istri.
2)
Kedekatan emosi suami istri bertambah Suami akan melihat sendiri perjuangan
hidup dan mati sang istri saat melahirkan anak sehingga membuatnya semakin
sayang kepada istrinya.
3)
Menumbuhkan naluri kebapakan
4)
Suami akan lebih menghargai istri
5)
Melihat pengorbanan istri saat persalinan suami akan dapat lebih menghargai
istrinya dan menjaga prilakunya, karena dia akan mengingat bagaimana besarnya
pengorbanan istrinya.
6)
Membantu keberhasilan IMD. IMD merupakan Inisiasi Menyusu Dini yang akan
digalakkan oleh pemerintah untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayi. IMD akan
tercapai dengan adanya dukungan dari suami terhadap istrinya.
7)
Pemenuhan nutisi. Nutrisi ibu saat melahirkan akan terpenuhi karena tugas
pendamping adalah memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan tubuh ibu yaitu dengan
cara pemberian makan dan minum saat kontraksi rahim ibu mulai melemah.
8)
Membantu mengurangi rasa nyeri saat persalinan. Dengan adanya pendamping maka
akan memberikan rasa nyaman dan aman bagi ibu yang sedang mengalami persalinan karena
adanya dukungan dari orang yang paling di sayang sehingga mampu mengurangi rasa
sakit dan nyeri yang dialami.
B.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peran Pendamping Persalinan
Faktor-faktor yang mempengaruhi
peran pendamping persalinan antara lain: sosial, ekonomi, budaya, lingkungan,
pengetahuan, umur, dan pendidikan.
C.
Tugas Peran Pendamping
Peran pendamping selama proses
persalinan yaitu:
a.
Mengatur posisi ibu, dengan membantu ibu tidur miring atau sesuai dengan
keinginan ibu disela-sela kontraksi dan mendukung posisi ini agar dapat
mengedan secara efektif saat relaksasi.
b.
Mengatur nafas ibu, dengan cara membimbing ibu mengatur nafas saat kontraksi
dan beristirahat saat relaksasi.
c.
Memberikan asuhan tubuh, dengan menghapus keringat ibu, memegang tangan,
memberikan pijatan, mengelus perut ibu dengan lembut.
d.
Memberi informasi kepada ibu tentang kemajuan persalinan.
e.
Menciptakan suasana kekeluargaan dan rasa aman.
f.
Membantu ibu ke kamar mandi.
g.
Memberi cairan dan nutrisi sesuai keinginan ibu.
h.
Memberikan dorongan spiritual dengan ikut berdoa.
i.
Memberi dorongan semangat mengedan saat kontraksi serta memberikan pujian atas
kemampuan ibu saat mengedan.
Suami sebagai pendamping
persalinan dapat melakukan hal sebagai berikut:
a.
Memberi dorongan semangat yang akan dibutuhkan jika persalinan lebih lama dari
yang diperkirakan. Suami sebaiknya beritahu terlebih dahulu bahwa jika istri
berteriak padanya hanya karena sang istri tidak mungkin berteriak pada dokter.
b.
Memijat bagian tubuh, agar anda tidak terlalu tegang atau untuk mengalihkan
perhatian istri dari kontraksi. Pukulan perlahan pada perut yang disebut
effleurage, dengan menggunakan ujung jari merupakan pijatan yang disarankan.
c.
Memastikan istri merasa nyaman dengan menyediakan bantal, air, permen atau
potongan es untuk istri atau memanggil perawat atau dokter jika istri
membutuhkan bantuan.
d.
Memegang istri saat mengedan agar istri memiliki pegangan saat mendorong dan
memimpin istri agar mengedan dengan cara yang paling efektif.
D.
Faktor Penghambat Peran Pendamping
Bila suami tidak bersedia
mendampingi saat proses persalinan, ibu sebaiknya jangan berkecil hati, mungkin
suami tidak tega melihat istrinya kesakitan, jadi jangan paksa suami karena hal
ini berakibat fatal.
Kehadiran suami tanpa tekanan
dari luar, pada proses persalinan akan sangat penting dalam membantu istri
terutama jika suami tahu banyak tentang proses melahirkan. Para suami sering
mengeluh betapa tertekannya mereka karena sama sekali tidak tahu apa yang harus
dikerjakan untuk menolong istrinya.
Situasi atau kondisi dimana suami
tidak bisa mendampingi selama proses persalinan seperti:
a.
Suami tidak siap mental. Umumnya,
suami tidak tega, lekas panik, saat melihat istrinya kesakitan atau tidak tahan
bila harus melihat darah yang keluar saat persalinan. Tipe suami seperti ini
bukanlah orang yang tepat menjadi pendamping diruang bersalin.
b.
Tidak diizinkan pihak RS. Beberapa
RS tidak mengizinkan kehadiran pendamping selain petugas medis bagi ibu yang
menjalani proses persalinan, baik normal maupun cesar. Beberapa alasan yang
diajukan adalah kehadiran pendamping dapat mengganggu konsentrasi petugas medis
yang telah membantu proses persalinan, tempat yang tidak luas dan kesterilan
ruang operasi menjadi berkurang dengan hadirnya orang luar.
Apabila suami sedang dinas
ketempat yang jauh sehingga tidak memungkinkan untuk pulang untuk menemani
istri bersalin tentu istri harus memahami kondisi ini. Walaupun tidak ada suami
masih ada anggota keluarga lain seperti ibu yang dapat menemani. Momen
persalinan pun dapat di filmkan dalam kamera video, sehingga saat kembali dari
dinas suami dapat melihat kelahiran buah hatinya.
E.
Psikologi Ibu pada saat persalinan
Kecemasan merupakan unsur
kejiwaan yang menggambarkan perasaan, keadaan emosional yang dimiliki oleh
seseorang pada saat menghadapi kenyataan atau kejadian dalam hidupnya.
kecemasan merupakan reaksi emosi yang tidak menyenangkan, yang ditandai dengan
ketakutan, adanya hambatan terhadap keinginan pribadi dan perasaan – perasaan
yang tertekan yang muncul dalam kesadaran. Para ahli membagi bentuk kecemasan
dalam dua tingkat, yaitu :
a.
tingkat psikologis: kecemasan yang berwujud sebagai gejala‐gejala kejiwaan,
seperti tegang, bingung, khawatir, sukar konsentrasi, perasaan tidak menentu
dan sebagainya.
b.
tingkat fisiologis: kecemasan yang sudah mempengaruhi atau terwujud pada gejala‐gejala
fisik, terutama pada sistem syaraf, misalnya tidak dapat tidur, jantung
berdebar‐debar, gemetar, perut mual, dan sebagainya.
Menurut Sue, dalam kartikasari
menyebutkan bahwa manifestasi kecemasan terwujud dalam empat hal yaitu :
a.
Manifestasi kognitif. Terwujud dalam
pikiran seseorang, seringkali memikirkan tentang malapetaka atau kejadian buruk
yang akan terjadi,
b.
Perilaku motoric. Kecemasan
seseorang terwujud dalam gerakan tidak menentu seperti gemetar.
c.
Perubahan somatic. Muncul dalam
keadaan mulut kering, tangan dan kaki kaku, diare, sering kencing, ketegangan
otot, peningkatan tekanan darah dan lain‐lain. Hampir semua penderita kecemasan
menunjukkan peningkatan detak jantung, peningkatan respirasi, ketegangan otot,
peningkatan tekanan darah dan lain‐lain.
d.
Afektif. Diwujudkan dalam perasaan
gelisah, perasaan tegang yang berlebihan. Efek dari kecemasan dalam persalinan
dapat mengakibatkan kadar katekolamin yang berlebihan menyebabkan turunnya
aliran darah ke rahim, turunnya kontraksi rahim, turunnya aliran darah ke
plasenta, turunnya oksigen yang tersedia untuk janin serta dapat meningkatkan
lamanya Persalinan. Pada primigravida tidak ada bayangan mengenai apa yang akan
terjadi saat bersalin sehingga ibu merasa ketakutan karena sering mendengar
cerita mengerikan tentang pengalaman saat melahirkan dan ini mempengaruhi ibu
berfikiran proses persalinan yang menakutkan. Bisa ibu belum mengerti dan belum
pernah mengalami persalinan, ibu akan merasa cemas dan gelisah, kalau ibu sudah
punya pengetahuan mengenai hal ini, biasanya ibu akan lebih percaya diri
menghadapinya. Ketenangan jiwa penting dalam menghadapi persalinan, karena itu
dianjurkan bukan saja melakukan latihan-latihan fisik namun juga latihan
kejiwaan untuk menghadapi persalinan. Walaupun peristiwa kehamilan dan
persalinan adalah suatu hal yang fisiologis, namun banyak ibu-ibu yang tidak
tenang, merasa khawatir akan hal ini. Untuk itu, penolong persalinan harus
dapat menanamkan kepercayaan kepada ibu hamil dan menerangkan apa yang harus
diketahuinya karena kebodohan, rasa takut, dan sebagainya dapat menyebabkan
rasa sakit pada waktu persalinan dan ini akan mengganggu jalannya persalinan,
ibu akan menjadi lelah dan kekuatan hilang. Untuk menghilangkan cemas harus
ditanamkan kerja sama pasien-penolong (dokter, bidan) dan diberikan penerangan
selagi hamil dengan tujuan menghilangkan ketidaktahuan, latihan-latihan fisik
dan kejiwaan, mendidik cara-cara perawatan bayi, dan berdiskusi tentang
peristiwa persalinan fisiologis.
Bila persalinan dimulai,
interaksi antara passanger, passage, power, dan psikis harus sinkron untuk
terjadinya kelahiran pervaginam spontan.
Kecemasan menjelang persalinan
umum dialami oleh ibu. Meskipun persalinan adalah suatu hal yang fisiologis,
namun didalam menghadapi proses persalinan dimana terjadi serangkaian perubahan
fisik dan psikologis yang dimulai dari terjadinya kontraksi rahim, dilatasi
jalan lahir, dan pengeluaran bayi serta plasenta yang diakhiri dengan bonding
awal antara ibu dan bayi. Beberapa determinan terjadinya kecemasan pada ibu
bersalin, antara lain :
a.
Cemas sebagai akibat dari nyeri persalinan,
b.
Keadaan fisik ibu,
c.
Riwayat pemeriksaan kehamilan (riwayat ANC),
d.
Kurangnya pengetahuan tentang proses persalinan,
e.
Dukungan dari lingkungan sosial (suami/keluarga dan teman) serta latar belakang
psikososial lain dari wanita yang bersangkutan, seperti tingkat pendidikan,
status perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkan, sosial ekonomi.
Secara epidemiologis, kecemasan
dapat terjadi pada semua persalinan baik pada persalinan primigravida maupun
multigravida. Felman et al dalam penelitiannya menemukan lebih dari 12 % ibu‐ibu yang pernah melahirkan mengatakan bahwa mereka mengalami cemas
pada saat melahirkan dimana pengalaman tersebut merupakan saat‐saat tidak menyenangkan dalam hidupnya. Rasa takut dan sakit
menimbulkan stress yang mengakibatkan pengeluaran adrenalin. Hal ini mengakibatkan
penyempitan pembuluh darah dan mengurangi aliran darah yang membawa oksigen ke
rahim sehingga terjadi penurunan kontraksi rahim yang akan menyebabkan
memanjangnya waktu persalinan. Hal ini kurang menguntungkan bagi ibu maupun
janin yang berada dalam rahim ibu.
Kejadian persalinan lama,
disebabkan karena kontraksi uterus yang tidak efisien. Menurut Old et al adanya
disfungsional kontraksi uterus sebagai respon terhadap kecemasan sehingga
menghambat aktifitas uterus. Respon tersebut adalah bagian dari komponen
psikologis, sehingga dapat dinyatakan bahwa faktor psikologis mempunyai
pengaruh terhadap terjadinya gangguan proses persalinan. Takut biasanya dialami
pada hal – hal yang belum diketahui ibu sehingga ibu tidak siap untuk
melahirkan atau persalinan tidak sesuai dengan jadwal, ibu akan mengalami
kelelahan, tegang selama kontraksi dan nyeri yang luar biasa sehingga ibu
menjadi cemas. Kecemasan juga bisa terjadi karena pengalaman buruk kerabat atau
teman tentang persalinan dan kenyataan bahwa kehamilan yang beresiko juga
menyebabkan ibu tidak siap menghadapi persalinan. Tenaga medis dan situasi
tempat yang tidak bersahabat dapat mempengaruhi rasa nyaman ibu untuk
melahirkan. Terkadang hambatan psikologis lebih besar pengaruhnya dibandingkan
fisik. Sering juga terjadi baik gangguan fisik maupun psikologis berpadu
menjadi lingkaran setan yang sulit diputuskan, mekanisme ini disebut
incoordinate uterine action. Menurut Pilliteri rasa takut, lelah dan kultur
akan mempengaruhi respon psikologis berupa cemas yang terjadi pada wanita
menjelang persalinan
F.
Peran Pendamping Persalinan Terhadap Psikologi Ibu Bersalin
Banyak penelitian yang mendukung
kehadiran orang kedua saat persalinan berlangsung. Penelitian oleh Hodnett,
Simpkin, Hofmeyr, Nikodem & Wolmann, Hemminki, Virta & Koponen,
menunjukkan bahwa ibu merasakan kehadiran orang kedua sebagai pendamping dalam
persalinan akan memberikan kenyamanan pada saat persalinan. Penelitian ini juga
menunjukkan bahwa kehadiran seorang pendamping pada saat persalinan dapat
menimbulkan efek positif terhadap hasil persalinan, dapat menurunkan rasa
sakit, persalinan berlangsung lebih singkat dan menurunkan persalinan dengan
operasi termasuk bedah Caesar.
Penelitian lain tentang
pendamping atau kehadiran orang kedua dalam proses persalinan, yaitu oleh Dr.
Roberto Sosa yang dikutip dari Musbikin dalam bukunya yang berjudul “Panduan
Bagi Ibu Hamil dan Melahirkan” menemukan bahwa para ibu yang didampingi seorang
sahabat atau keluarga dekat (khususnya suami) selama proses persalinan
berlangsung, memiliki resiko lebih kecil mengalami komplikasi yang memerlukan
tindakan medis dari pada mereka yang tanpa pendampingan. Ibu-Ibu dengan
pendamping dalam menjalani persalinan, berlangsung lebih cepat dan lebih mudah.
Dalam penelitian tersebut, ditemukan pula bahwa kehadiran suami atau kerabat
dekat akan membawa ketenangan dan menjauhkan sang ibu dari stress dan kecemasan
yang dapat mempersulit proses kelahiran dan persalinan, kehadiran suami akan
membawa pengaruh positif secara psikologis, dan berdampak positif pula pada
kesiapan ibu secara fisik.
Secara psikologis, Istri
membutuhkan dampingan suami selama proses persalinan. Proses persalinan
merupakan masa yang paling berat bagi ibu, dimana ibu membutuhkan dukungan dari
berbagai pihak, terutama suami agar dapat menjalani proses persalinan sampai
melahirkan dengan aman dan nyaman. Perhatian yang didapat seorang ibu pada masa
persalinan akan terus dikenang oleh ibu terutama bagi mereka yang pertama kali
melahirkan dan dapat menjadi modal lancarnya persalinan serta membuat ibu
menjadi merasa aman dan tidak takut menghadapi persalinan.
Dukungan yang terus menerus dari
seorang pendamping persalinan kepada ibu selama proses persalinan dan
melahirkan dapat mempermudah proses persalinan dan melahirkan, memberikan rasa
nyaman, semangat, membesarkan hati ibu dan meningkatkan rasa percaya diri ibu,
serta mengurangi kebutuhan tindakan medis. Dukungan suami dalam proses
persalinan merupakan sumber kekuatan bagi ibu yang tidak dapat diberikan oleh tenaga
kesehatan. Dukungan suami dapat berupa dorongan, motivasi terhadap istri baik
secara moral maupun material serta dukungan fisik, psikologis, emosi,
informasi, penilaian dan finansial. Dukungan minimal berupa sentuhan dan
kata-kata pujian yang membuat nyaman serta memberi penguatan pada saat proses
persalinan berlangsung hasilnya akan mengurangi durasi kelahiran.
Selama persalinan terutama bagi
ibu yang melahirkan sendiri tanpa pendamping, ibu cenderung merasa takut dan
cemas. Sedangkan ibu bersalin yang didampingi selama persalinan memberikan
banyak keuntungan, antara lain menurunkan sectio caesarea (50%), waktu
persalinan lebih pendek (25%), menurunkan pemberian epidural (60%), menurunkan
penggunaan oksitosin (40%), menurunkan pemberian analgesik (30%) dan menurunkan
kelahiran dengan forcep (40%).
Dilaporkan juga bahwa dengan
kehadiran suami selama proses persalinan secara bermakna lama persalinan
menjadi lebih pendek. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kehadiran suami
atau anggota keluarga lain yang mendampingi ibu saat bersalin banyak memberi
dampak positif bagi ibu khususnya dalam mengurangi kecemasan dan ibu akan
menjadi lebih nyaman sehingga mendukung kelancaran proses persalinan. Yang
terpenting untuk diingat, keberadaan suami di sisi istri yang tengah berjuang
menghadirkan si buah hati ke dunia sangatlah penting dalam menciptakan rasa
aman dan nyaman. Suami harus tetap berada di sisi istriya agar setiap saat ia
membutuhkan, sang suami senantiasa ada dan siap membantunya. Akan tetapi
memberikan ruang yang cukup untuk sang suami ketika ia ingin menikmati dunianya
sendiri. Mendampingi seorang istri yang hendak melahirkan harus dengan
kesabaran total. Kalaupun seorang istri terkesan ketus dan menjengkelkan, sang
suami menerima dengan besar hati. Karena perlu memaklumi bahwa istri sedang
mengalami ketegangan luar biasa.
Berikut adalah hal-hal yag bisa
dilakukan seorang Suami jika menghadapi kondisi tertentu saat mendampingi
Istrinya melahirkan, antara lain:
a.
Bantulah pasangan mendapatkan posisi yang paling tepat. Kalau sudah, berikan
dukungan dengan sepenuh hati.
b.
Sampaikan/bicaralah padanya hanya mengenai hal-hal yang bisa membesarkan
hatinya. Jangan lupa, jaga kontak mata dan kontak batin, hingga ia memperoleh
keyakinan Anda selalu bersamanya. Mengucapkan hanya kata-kata positif yang
membangun semangat. Meghindari kata-kata pedas, kritik tajam atau apa pun yang
bernada melecehkan. Yang dibutuhkannya saat itu hanyalah pendamping yang mampu
menenangkan dirinya. Tidak lupa selalu berdoa untuk keselamatannya dan si buah
hati.
c.
Jika Ibu terlihat mengerang-erang menahan sakit, seorang suami harus mencoba
mengelus-elus atau pijat perlahan punggung Istrinya. Sentuhan lembut semacam
ini akan mengurangi ketegangannya.
d.
Jika Ibu berkeluh kesah tentang rasa sakit yang tak tertanggungkan, besarkan
hatinya untuk tetap tabah. Pahami benar bahwa saat itu ia memang sedang sakit.
e.
Bicaralah pada suster atau dokter bila ada sesuatu yang tidak dimengerti
tentang kondisi istri. Jika Anda mengkhawatirkannya, yakinkan diri bahwa tenaga
paramedis disitu adalah orang-orang profesional yang akan membantu menangani
istri dan bayi Anda.
f.
Peliharalah rasa humor, jika istri berteriak atau mengucapkan sumpah serapah
seakan marah besar tak perlu tersinggung, apalagi berniat membalasnya. Pahami
hal semacam itu muncul karena ia tengah berada dalam situasi yang sangat berat
dan membuatnya tertekan. Justru cobalah hibur dengan humor-humor segar.
g.
Jika si kecil sudah berhasil dilahirkan, sampaikan pada istri bahwa berkat
perjuangannya, Anda berdua kini memiliki seorang bayi yang sangat cantik atau
tampan. Ini akan sangat membesarkan hatinya. Tentu saja jangan sampai kehadiran
Anda di sisinya menghambat tugas kalangan medis yang menangani persalinan
tersebut.
h.
Saat memberitahukan jenis kelaminnya, jangan hanya mengucapkan, "Dia
cewek" atau "Dia cowok," tapi sampaikan dengan kata-kata manis
yang terdengar mesra. Semisal, "Anak kita laki-laki, lo." atau
"Anak kita cantik seperti ibunya." Tentu saja ekspresikan.
i.
Jika petugas medis mengizinkan, gendonglah bayi Anda. Nikmati momen berharga
tersebut sebagai pengalaman yang amat fantastis untuk senantiasa bersyukur atas
kebesaran-Nya. Kebahagiaan hati anda atas karunia besar tersebut.
j.
Bila suasana haru begitu menyergap, tak perlu merasa malu dengan menahan-nahan
diri. Biarkan air mata kebahagiaan mengalir. Itulah salah satu momen terindah
sepanjang hidup sebagai seorang ayah.
Comments
Post a Comment