Konsep Teori POSBINDU (Pos Pembinaan Terpadu)
Lansia
A. Pengertian
Posbindu
Posbindu
Lansia adalah pos pembinaan terpadu untuk masyarakat usia lanjut disuatu
wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka
bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Posbindu lansia merupakan pengembangan dari
kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang
penyelenggaraannya melalui program Puskesmas dengan melibatkan peran serta para
lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam
penyelenggaraannya.
Posbindu juga merupakan wadah kegiatan berbasis masyarakat untuk
bersama-sama menghimpun seluruh kekuatan dan kemampuan masyarakat untuk
melaksanakan, memberikan serta memperoleh informasi dan pelayanan sesuai
kebutuhan dalam upaya peningkatan status gizi masyarakat secara umum.
Jadi, Posbindu
lansia merupakan suatu fasilitas pelayanan kesehatan yang berada di desa-desa
yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat khususnya bagi warga
yang sudah berusia lanjut.
B. Tujuan Posbindu
Lansia
Menurut Erfandi (2008), Tujuan Posbindu Lansia secara garis besar adalah :
1)
Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia dimasyarakat, sehingga
terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia.
2)
Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta
dalam pelayanan kesehatan, disamping meningkatkan komunikasi antara masyarakat
usia lanjut.
C. Manfaat Posbindu
Lansia
Manfaat dari posbindu
lansia adalahpengetahuan
lansia menjadi meningkat, yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat
mendorong minat atau motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posbindu
lansia sehingga lebih percaya diri dihari tuanya.
D. Sasaran Posbindu
Lansia
Sasaran posbindu lansia adalah :
1) Sasaran langsung, yaitu kelompok pra usia
lanjut (45-59 tahun), kelompok usia lanjut (60 tahun ke atas), dan kelompok
usia lanjut dengan resiko tinggi (70 tahun ke atas).
2) Sasaran tidak langsung, yaitu keluarga dimana
lansia berada, organisasi sosial yang bergerak dalam pembinaan usia lanjut,
masyarakat luas.
E. Kegiatan Posbindu
Lansia
Bentuk pelayanan pada posbindu lansia meliputi pemeriksaan kesehatan fisik
dan mental emosional, yang dicatat dan dipantau dengan Kartu Menuju Sehat (KMS)
untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita atau ancaman masalah
kesehatan yang dialami.
Beberapa kegiatan
pada posbindu lansia adalah :
1) Pemeriksaan status
gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan dan dicatat
pada grafik indeks masa tubuh (IMT).
2) Pengukuran tekanan
darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta penghitungan denyut nadi selama satu menit.
3) Pemeriksaan adanya
gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula (diabetes
melitus).
4) Pemeriksaan adanya
zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit
ginjal.
5) Pelaksanaan rujukan
ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau ditemukan kelainan pada pemeriksaan
butir-butir diatas.
6) Penyuluhan Kesehatan,
biasa dilakukan didalam atau diluar kelompok dalam rangka kunjungan rumah dan
konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan masalah kesehatan yang dihadapi oleh
individu dan kelompok usia lanjut.
Selain itu
banyak juga posbindu lansia yang mengadakan kegiatan tambahan seperti senam
lansia, pengajian, membuat kerajinan ataupun kegiatan silahturahmi antar
lansia.Kegiatan seperti ini tergantung dari kreasi kader posbindu yang
bertujuan untuk membuat lansia beraktivitas kembali dan berdisiplin diri.
F. Masalah
Kesehatan pada Lansia
Masalah
kesehatan pada lansia tentu saja berbeda dengan jenjang umur yang lain karena penyakit pada lansia merupakan gabungan dari
kelainan-kelainan yang timbul akibat penyakit dan proses menua yaitu proses
menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri
atau mengganti sel serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga
tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Dr. Purma
Siburian Sp PD, pemerhati masalah kesehatan pada lansia menyatakan bahwa ada 14 yang menjadi masalah kesehatan
pada lansia, yaitu :
1. Immobility (kurang bergerak), dimana meliputi
gangguan fisik, jiwa dan faktor lingkungan sehingga dapat menyebabkan lansia
kurang bergerak. Keadaan ini dapat disebabkan oleh gangguan tulang, sendi dan
otot, gangguan saraf dan penyakit jantung.
2. Instability (tidak stabil/ mudah jatuh),
dapat disebabkan oleh faktor intrinsik (yang berkaitan dengan tubuh penderita),
baik karena proses menua, penyakit maupun ekstrinsik (yang berasal dari luar
tubuh) seperti obat-obatan tertentu dan faktor lingkungan. Akibatnya akan timbul
rasa sakit, cedera, patah tulang yang akan membatasi pergerakan. Keadaan ini
akan menyebabkan gangguan psikologik berupa hilangnya harga diri dan perasaan
takut akan terjadi.
3. Incontinence (buang air) yaitu keluarnya air
seni tanpa disadari dan frekuensinya sering. Meskipun keadaan ini normal pada
lansia tetapi sebenarnya tidak dikehendaki oleh lansia dan keluarganya. Hal ini
akan membuat lansia mengurangi minum untuk mengurangi keluhan tersebut,
sehingga dapat menyebabkan kekurangan cairan.
4. Intellectual Impairment (gangguan
intelektual/ dementia), merupakan kumpulan gejala klinik yang meliputi gangguan
fungsi intelektual dan ingatan yang cukup berat sehingga menyebabkan
terganggunya aktivitas kehidupan sehari-hari.
5. Infection (infeksi), merupakan salah satu masalah
kesehatan yang penting pada lansia, karena sering didapati juga dengan gejala
tidak khas bahkan asimtomatik yang menyebabkan keterlambatan diagnosis dan
pengobatan.
6. Impairment of vision and hearing, taste,
smell, communication, convalencence, skin integrity (gangguan panca indera,
komunikasi, penyembuhan dan kulit), merupakan akibat dari proses menua dimana
semua panca indera berkurang fungsinya, demikian juga pada otak, saraf dan
otot-otot yang dipergunakan untuk berbicara, sedangkan kulit menjadi lebih
kering, rapuh dan mudah rusak dengan
trauma yang minimal.
7. Impaction (konstipasi=sulit buang air besar),
sebagai akibat dari kurangnya gerakan, makanan yang kurang mengandung serat,
kurang minum, dan lainnya.
8. Isolation (depresi), akibat perubahan sosial,
bertambahnya penyakit dan berkurangnya kemandirian sosial. Pada lansia, depresi
yang muncul adalah depresi yang terselubung, dimana yang menonjol hanya
gangguan fisik saja seperti sakit kepala, jantung berdebar-debar, nyeri
pinggang, gangguan pecernaan, dan lain-lain.
9. Inanition (kurang gizi), dapat disebabkan
karena perubahan lingkungan maupun kondisi kesehatan. Faktor lingkungan dapat
berupa ketidaktahuan untuk memilih makanan yang bergizi, isolasi sosial
(terasing dari masyarakat), terutama karena kemiskinan, gangguan panca indera;
sedangkan faktor kesehatan berupa penyakit fisik, mental, gangguan tidur,
obat-obatan, dan lainnya.
10. Impecunity (tidak punya uang), semakin
bertambahnya usia, maka kemampuan tubuh untuk menyelesaikan suatu pekerjaan
akan semakin berkurang, sehingga jika tidak dapat bekerja maka tidak akan
mempunyai penghasilan.
11. Iatrogenesis (penyakit akibat obat-obatan),
sering dijumpai pada lansia yang mempunyai riwayat penyakit dan membutuhkan
pengobatan dalam waktu yang lama, jika tanpa pengawasan dokter maka akan
menyebabkan timbulnya penyakit akibat obat-obatan.
12. Insomnia (gangguan tidur), sering dilaporkan
oleh lansia, dimana mereka mengalami sulit untuk masuk dalam proses tidur,
tidur tidak nyenyak dan mudah terbangun, tidur dengan banyak mimpi, jika
terbangun susah tidur kembali, terbangun pada dini hari, lesu setelah bangun di
pagi hari.
13. Immune deficiency (daya tahan tubuh menurun),
merupakan salah satu akibat dari proses menua, meskipun terkadang dapat pula
sebagai akibat dari penyakit menahun, kurang gizi dan lainnya.
14. Impotence (impotensi), merupakan ketidak mampuan
untuk mencapai dan atau mempertahankan ereksi yang cukup untuk melakukan
senggama yang memuaskan yang terjadi paling sedikit 3 (tiga) bulan. Hal ini
disebabkan karena terjadi hambatan aliran darah ke dalam alat kelamin sebagai
adanya kekakuan pada dinding pembuluh darah, baik karena proses menua atau
penyakit.
Data penyakit
lansia di Indonesia (umumnya pada lansia berusia lebih dari 55 tahun) adalah
sebagai berikut:
a.
Penyakit
Cardiovascular
b.
Penyakit otot
dan persendian
c.
Bronchitis,
asma dan penyakit respirasi lainnya
d.
Penyakit pada
mulut, gigi dan saluran cerna
e.
Penyakit
syaraf
f.
Infeksi kulit
g.
Malaria
h.
Lain-lain
G. Penilaian
Keberhasilam Upaya Pembinaan Lansia melalui Posbindu Lansia
Menurut
Henniwati, penilaian keberhasilan pembinaan lansia melalui kegiatan pelayanan
kesehatan di posbindu, dilakukan dengan menggunakan data pencatatan, pelaporan,
pengamatan khusus dan penelitian. Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari :
1. Meningkatnya sosialisasi masyarakat lansia
dengan berkembangnya jumlah orang masyarakat lansia dengan berbagai aktivitas
pengembangannya
2. Berkembangnya jumlah lembaga pemerintah atau
swasta yang memberikan pelayanan kesehatan bagi lansia
3. Berkembangnya jenis pelayanan konseling pada
lembaga
4. Berkembangnya jangkauan pelayanan kesehatan
bagi lansia
5. Penurunan daya kesakitan dan kematian akibat
penyakit pada lansia
H. Faktor –
faktor Permasalahan pada Posbindu Lansia
Kendala yang
dihadapi dalam penyelenggaraan posbindu lansia, antara lain:
1. Umumnya lansia tidak mengetahui keberadaan
dan manfaat dari posbindu lansia.
2. Jarak rumah dengan
lokasi posbindu lansia jauh atau sulit dijangkau. Jarak posbindu yang dekat
akan membuat lansia mudah menjangkau posbindu tanpa harus mengalami kelelahan
atau kecelakaan fisik karena penurunan daya tahan atau kekuatan fisik tubuh.
Kemudahan dalam menjangkau lokasi posbindu ini berhubungan dengan faktor
keamanan atau keselamatan bagi lansia.
3. Kurangnya dukungan
keluarga untuk mengantar maupun mengingatkan lansia untuk datang ke posbindu
lansia. Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau kesediaan
lansia untuk mengikuti kegiatan posbindu lansia. Keluarga bisa menjadi
motivator kuat bagi lansia apabila selalu menyediakan diri untuk mendampingi
atau mengantar lansia ke posbindu, mengingatkan lansia jika lupa jadwal posbindu,
dan berusaha membantu mengatasi segala permasalahan bersama lansia.
Keluarga, bagi lansia
merupakan sumber kepuasan. Data yang diambil oleh Henniwati (2008) terhadap lansia berusia 50, 60 dan 70 tahun
di Kelurahan Jambangan, menyatakan mereka ingin tinggal ditengah-tengah
keluarga. Mereka tidak ingin tinggal di Panti Werdha. Para lansia merasa bahwa
kehidupan mereka sudah lengkap, yaitu sebagai orang tua dan juga sebagai kakek
dan nenek, akan tetapi keluarga juga dapat menjadi frustasi bagi lansia. Hal
ini terjadi jika ada hambatan komunikasi antara lansia dengan anak atau cucu,
dimana perbedaan faktor generasi memegang peranan.13
Ada juga lansia yang
mempunyai kemandirian yang tinggi untuk hidup sendiri karena keinginan untuk
hidup tanpa merepotkan orang lain.13
4. Sikap yang kurang baik terhadap petugas posbindu.
Penilaian pribadi
atau sikap yang baik terhadap petugas merupakan dasar atas kesiapan atau
kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posbindu. Dengan sikap yang baik
tersebut, lansia cenderung untuk selalu hadir atau mengikuti kegiatan yang
diadakan di posbindu lansia. Hal ini dapat dipahami karena sikap seseorang
adalah suatu cermin kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek. Kesiapan
merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara-cara tertentu
apabila individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya suatu respon.
5. Posbindu Lansia.
Petugas kesehatan harus mampu berkomunikasi
dengan efektif, baik dengan individu atau kelompok maupun masyarakat, petugas
kesehatan juga harus dapat membina kerjasama dengan semua pihak yang terkait
dengan pelaksanaan posbindu, serta untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan
lansia pada hari buka posbindu yaitu penimbangan, pengukuran tekanan darah,
pencatatan/ pengisian KMS, penyuluhan dan pelayanan kesehatan sesuai
kewenangannya dan pemberian PMT, serta dapat melakukan rujukan jika diperlukan
Untuk
meningkatkan citra petugas kesehatan, maka harus dipehatikan dalam hal sebagai berikut:
a)
Meningkatkan
kualitas diri sebagai seorang yang dianggap masyarakat, yang dapat memberi
informasi terkini tentang kesehatan.
b)
Melengkapi
diri dengan keterampilan yang memadai dalam pelayanan di Posbindu.
c)
Membuat kesan
pertama yang baik dan memperhatikan citra yang positif.
d)
Menetapkan dan
memutuskan perhatian secara cermat pada kebutuhan masyarakat.
e)
Menampilkan
diri sebagai bagian dari anggota masyarakat itu sendiri.
f)
Mendorong
keinginan masyarakat untuk datang ke Posbindu.
Mnta dong contoh cara pelaporan bulana Lasia
ReplyDelete