Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal

Image
  Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa contoh upaya kolaboratif yang dapat dilakukan: 1.       Kolaborasi antara tenaga medis dan bidan: Tim medis yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan dapat bekerja sama untuk memberikan pelayanan kesehatan yang holistik kepada ibu hamil dan bayi yang akan lahir. Dengan saling berbagi pengetahuan dan keterampilan, mereka dapat meningkatkan pemantauan kehamilan, memberikan perawatan prenatal yang tepat, dan menangani komplikasi saat melahirkan. 2.       Kemitraan antara lembaga kesehatan dan masyarakat: Kolaborasi antara fasilitas kesehatan, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan maternal dan perinatal. Misalnya, mengadakan kampanye penyuluhan dan program edukasi di komunitas mengenai perawa

KB Permanen Dengan Metode Steril Untuk Mencegah Kehamilan Selamanya





KB Permanen Dengan Metode Steril Untuk Mencegah Kehamilan Selamanya


Jika saat ini ibu sedang hamil anak kedua, ketiga atau mungkin lebih dan ibu merencanakan untuk tidak hamil lagi, maka ibu bisa memilih menggunakan KB permanen dengan metode steril untuk mencegah kehamilan selamanya. Pemilihan KB permanen selain karena ibu sudah memiliki anak sesuai “target” juga dengan mempertimbangan faktor kesehatan ibu karena kehamilan usia tua sangat tidak dianjurkan.

KB Steril yang bisa ibu pilih terbagi menjadi dua jenis yaitu ada yang melalui operasi dan ada yang tanpa melalui operasi. Masing-masing metode memiliki cara dan prosedur yang berbeda-beda.

Sterilisasi Melalui Operasi

Sterilisasi yang melalui operasi dinamakan ligasi tuba. Prosedur dari operasi ini adalah dengan cara mengikat atau ligasi (bahasa inggris: ligation) tuba falopi dengan tujuan untuk mencegah masuknya sel telur ke rahim ibu. Selain itu, penutupan tuba falopi juga akan mencegah sperma masuk melalui tuba falopi.
Proses ini diawali dengan cara menggembungkan perut ibu menggunakan gas khusus yang kemudian dilanjutkan dengan proses sayatan kecil pada perut untuk mempermudah dokter dalam menjangkau tuba falopi. Sebelum menjalani operasi ini ibu disarankan untuk beristirahat selama beberapa hari atau minimal melakukan bedrest selama sehari sebelum dilakukannnya proses operasi.
Meskipun prosedur ini dinamakan pengikatan, namun pada prakteknya ada beberapa cara yang dilakukan selain dari pengikatan. Bisa dengan cara memotong dan melipatnya, memblokir dengan perangkat medis khusus bahkan dengan cara menghilangkan bagian-bagian tertentu dari tuba falopi. Jika prosedur yang dilakukan hanya mengikat, maka nantinya jika suatu waktu ibu ingin hamil lagi maka bisa dikembalikan dengan cara melepas ikatan.
Setelah melakukan sterilisasi melalui prosedur operasi, sebelum pulih Ibu dianjurkan untuk menghindari aktifitas seksual selama minimal seminggu. Saat ibu mandi, hindari untuk mencuci dan menggosok bagian bekas luka sayatan untuk mempercepat proses pengeringan luka. Satu minggu pertama pasca operasi ibu mungkin akan merasakan perut mengembung serta sakit punggung dan bahu yang diakibatkan gas yang digunakan dalam prosedur operasi. Namun ibu tidak perlu khawatir, karena seminggu kemudian semua keluhan akan berangsur hilang ibu sudah mulai bisa melakukan beragam aktifitas sehari-hari secara normal kembali.

Sterilisasi Tanpa Melalui Operasi

Metode sterilisasi tanpa operasi dilakukan dengan cara menanamkan (implantasi) dua buah logam kecil yang bernama Essure kedalam masing-masing tuba falopi dan dilakukan melalui vagina dan serviks ibu.
Logam yang ditanam dalam tuba falopi akan menyebabkan iritasi dan meninggalkan bekas luka pada tuba falopi. Bekas luka ini semakin lama akan semakin tebal dan akan menutup tuba falopi secara sempurna setelah tiga bulan. Jika penutupan sudah sempurna maka sperma yang masuk ketika ibu melakukan hubungan badan tidak akan bisa mencapai sel telur karena tertutup sehingga proses pembuahan tidak terjadi.
Karena penebalan luka terjadi dalam waktu kurang lebih 3 bulan, maka ibu disarankan selama waktu tersebut harus menggunakan alat kontrasepsi ketika berhubungan badan dengan suami. Dan ketika sudah lewat 3 bulan maka proses sterilisasi dengan implantasi sudah maksimal dan dapat mencegah kehamilan dengan angka keefektifan mencapai 99,8 %.
Prosedur ini tidak memiliki efek samping yang serius bagi tubuh ibu. Setelah proses pemasangan essure ibu mungkin akan sedikit mengalami ketidaknyamanan seperti, mual, muntah, pusing, kram sekitar perut, atau terjadi perdarahan kecil atau bercak-bercak karena efek logam tersebut yang mengiritasi dan meninggalkan luka pada tuba falopi.

Pikirkan Secara Matang Sebelum Memutuskan Sterilisasi

Melihat dari fungsi KB steril adalah untuk mencegah terjadinya kehamilan ibu secara permanen, maka ibu harus sudah mengetahui apa saja dampak positif dan negatif yang akan ibu rasakan.

Dampak Positif

Dengan menggunakan KB steril, hormon maupun libido (hasrat bercinta) ibu tidak akan mengalami perubahan. Sehingga ibu dan suami akan lebih leluasa untuk melakukan hubungan badan kapanpun tanpa perlu takut menjadi hamil.

Dampak Negatif

Setiap metode KB tentunya akan memiliki pula dampak negatif bagi ibu. Begitupun dengan KB steril, karena sifatnya permanen maka ketika ibu dimasa mendatang ingin kembali hamil maka ibu akan mengalami penyesalan.
Kita tidak pernah bisa memprediksi masa depan, mungkin saja dimasa depan akan muncul kembali keinginan ibu untuk hamil kembali. Hal ini bisa dikarenakan ada salah satu anak ibu ada yang meninggal atau misalnya ibu memiliki status pernikahan yang baru sehingga timbul keinginan untuk punya anak lagi.

Jika KB steril yang ibu lakukan sebelumnya melalui jalur operasi (ligasi tuba) maka ibu akan memiliki kesempatan untuk kembali hamil dengan cara pembalikan ligasi tuba seperti dijelaskan diatas.
Selain itu dampak negatif lain yang mungkin akan ibu dapatkan adalah jika proses pemasangan implan maupun prosedur operasi tidak berjalan baik maka ibu beresiko mengalami kehamilan di luar rahim (ektopik) yang sangat berisiko. Ibu juga akan mengalami kehamilan jika saat dilakukan prosedur sterilisasi, tanpa sadar ibu sudah dalam keadaan hamil.

Pemilihan KB permanen dengan metode steril untuk mencegah kehamilan selamanya memang membuat nyaman bagi ibu melakukan hubungan dengan suami kapan saja. Namun harus ibu pikiran dengan matang apa dampak negatif yang akan ibu rasakan sebelum memutuskan menggunakan KB steril.

Comments

Popular posts from this blog

Konsep Cairan dan Elektrolit Tubuh

Makalah Konsep Dasar Teori Air Susu Ibu (ASI)