Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Menarik Diri
Akibat Skizofrenia Residual
1.
Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian
terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien.
Proses pengkajian meliputi :
a.
Pengumpulan Data
Tujuan dan pengumpulan data adalah menilai status
kesehatan dan kemungkinan adanya masalah keperawatan yang memerlukan intervensi
dari perawat. Data yang dikumpulkan dapat meliputi data biologis, psikologis, sosial dan
spiritual. Pada pengkajian kesehatan jiwa ada faktor predisposisi, prespitasi
penilaian terhadap stressor, sumber koping yang dimiliki klien (Stuart & Sundeen,
2010)
Isi pengkajian untuk mengumpulkan data meliputi :
1)
Identitas klien meliputi : Nama, Umur, Jenis kelamin, Pendidikan,
Agama, Pekerjaan, Status Marital, Suku Bangsa, Alamat, Nomor Merdec, Ruang rawat, Tanggal masuk, Tanggal
pengkajian dan Diagnosa Medis.
2)
Identitas penanggung jawab meliputi : Nama, Umur, Jenis
kelamin, Pendidikan, Agama, Hubungan dengan klien dan Alamat.
b.
Alasan Masuk
Tanyakan kepada klien atau keluarga :
1)
Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang ke rumah
sakit saat ini ?
2)
Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga mengatasi masalah
ini ?
3)
Bagaimana hasilnya ?
(Keliat, 2006)
c.
Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi trerjadinya skizofrenia meliputi
faktor perkembangan, biologis, sosio
cultural, faktor dalam keluarga
1)
Faktor Perkembangan
Pada dasarnya kemampuan seseorang untuk berhubungan sosial berkembang
sesuai dengan proses tumbuh kembang, mulai dari usia bayi sampai dewasa lanjut,
untuk dapat mengembangkan hubungan sosial yang positif, diharapkan setiap
tahapan perkembangan dapat dilakukan dengan sukses. Sistem keluarga yang
terganggu dapat menunjang perkembangan respons sosial maladaptif.
2)
Faktor Biologis
Faktor genetik dapat berperan dalam respon sosial maladaptif.
3)
Faktor Sosial Kultural
Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan berhubungan. Hal ini
diakibatkan oleh norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain,
tidak mempunyai anggota masyarakat yang
kurang produktif seperti lanjut usia, orang cacat dan penderita penyakit
kronis. Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku, dan sistem
nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas.
4)
Faktor dalam Keluarga
Pada komunikasi dalam keluarga dapat mengantar seseorang dalam gangguan
berhubungan, bila keluarga hanya menginformasikan hal-hal yang negatif akan
mendorong anak mengembangkan isolasi sosial : menarik diri. Adanya dua
pesan yang bertentangan pada saat yang bersamaan, mengakibatkan anak menjadi
enggan berkomunikasi dengan orang lain.
d.
Faktor Presipitasi
1)
Stressor Sosio Kultural
Stress dapat ditimbulkan oleh karena menurunnya stabilitas unit keluarga
dan berpisah dari orang yang berarti, misalnya karena dirawat di Rumah Sakit.
2)
Stressor Psikologis
Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan keterbatasan
kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat
atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan ketergantungan dapat
menimbulkan ansietas tingkat tinggi. (Suliswati, 2009)
e.
Psikososial
1)
Genogram
Membuat genogram dengan menuliskan minimal tiga
generasi yang menggambarkan hubungan klien dan keluarga. Jelaskan masalah yang
berkaitan dengan komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh (Damayanti dan
Iskandar, 2012).
2)
Konsep diri
a)
Citra tubuh : Adalah
persepsi klien terhadap tubuhnya bagian tubuh yang disukai dan tidak disukai.
b)
Identitas diri : Dapat ditemukan ketidak puasan klien
terhadap jenis kelamin yang dimiliki. Biasanya klien tidak berdaya dan rendah
diri sehingga tidak mempunyai status yang dapat dibanggakan.
c)
Peran diri : Dalam keluarga ataupun kelompok masyarakat,
klien kehilangan peran dan mampu mengemban tugas yang ada.
d)
Ideal diri : harapan terhadap tubuh,
posisi, status tugas atau peran, harapan klien terhadap lingkungan (keluarga,
sekolah, tempat kerja, masyarakat), harapan klien terhadap penyakitnya.
e)
Harga diri : Hubungan klien dengan orang
lain sesuai dengan citra
tubuh, identitas, peran dan
ideal diri.(Keliat, 2006)
3)
Hubungan sosial
a)
Klien menarik diri biasanya tidak memiliki orang yang
berarti dalam hidupnya sehingga tidak memperhatikan orang lain
b)
Ketenangan lingkungan klien
Klien merasa tidak tenang dilingkungannya, klien hanya mau berinteraksi
dengan orang-orang yang sudah lama dikenalnya
c)
Kegiatan di masyarakat
Klien cenderung untuk tidak bergaul, menarik diri dari
lingkungan sosial.
4)
Spiritual
a)
Nilai keyakinan : pandangan dan keyakinan, terhadap
gangguan jiwa sesuai dengan norma budaya dan agama yang dianut, pandangan
masyarakat setempat tentang gangguan jiwa.
b)
Kegiatan ibadah di rumah secara individu dan kelompok.
Pendapat atau keluarga tentang gangguan jiwa.
f.
Status Mental
Menurut Keliat (2006).
1)
Penampilan
Data didapatkan melalui hasil observasi perawat/keluarga,
data yang muncul diantarnya :
a)
Penampilan tidak rapi, apabila rambut sampai ujung kaki
ada yang tidak rapi, misalnya baju terbalik, rambut acak-acakan dll
b)
Penggunaan pakaian tidak sesuai, misalnya : pakaian dalam
dipakai di luar baju
c)
Cara berpakaian tidak seperti biasanya, tidak sesuai
dengan waktu, tempat, identitas dan kondisi
2)
Pembicaraan
Cara berbicara klien lambat, tertahan, volume suara
rendah, tetapi jelas dan koheren sedikit berbicara.
3)
Aktifitas Motorik
Data didapatkan melalui hasil observasi perawat dan
keluarga data diantaranya : lesu, tegang dan gelisah yang tampak jelas, agitasi
(gerakan motorik yang menunjukkan kegelisahan), TIK
(gerakan-gerakan kecil yang tidak terkontrol) Grimasen (gerakan otot muka yang
berubah-ubah dan tidak dapat dikontrol oleh klien), Tremor (jari-jari tampak
gemetar ketika klien mengulurkan tangan dan merentangkan jari-jari), komfulsif (kegiatan yang dilakukan berulang-ulang seperti berlang
kali mencuci tangan, mencuci muka dan mandi.
4)
Alam perasaan
Data didapatkan melalui hasil observasi perawat dan
keluarga, data yang muncul diantaranya : sedih, putus asa, gembira berlebihan
yang tampak jelas, ketakutan (objek yang ditakuti sudah jelas), khawatir
(objeknya belum jelas).
5)
Afek
Datar (tidak ada perubahan roman muka pada saat ada
stimulus yang meyenangkan atau menyedihkan), tumpul (hanya bereaksi bila ada
stimulus emosi yang kuat) Labil (emosi berubah cepat), tidak sesuai (emosi
tidak sesuai atau bertentangan dengan stimulus yang ada).
6)
Interaksi selama wawancara
Bermusuhan, tidak koopertif, mudah tersinggung, telah
tampak jelas, kontak mata kurang, defensif (selalu berusaha mempertahankan
pendapat dan kebenaran dirinya) curiga (menunjukkan sikap atau perasaan tidak percaya
pada orang lain).
7)
Persepsi
Kaji
apakah kien mengalami halusinasi. Klien dengan menarik diri memperlihatkan
gejala-gejala perasan negatif terhadap dirinya dan tubuhnya serta mengalami
isolasi sosial yang dapat menimbulkan perubahan sensori persepi halusinasi.
8)
Proses pikir
Sirkumtansial (pembicaraan berbelit-belit tetapi sampai
pada tujuan) Tagensial (pembicaraan berbelit-belit dan tidak sampai pada
tujuan) kehilangan asosiasi (pembicaraan tidak memiliki hubungan satu kalimat
dan kalimat lainnya serta klien tidak menyadarinya) flight of idea (pembicaraan yang meloncat dari satu topik ke topikk
lainnya masih ada hubungan yang tidak logis dan tidak sampai pada tujuan),
blocking (pembicaraan terhenti tiba-tiba
tanpa gangguan eksternal kemudian dilanjutkan kembali), perseverasi (pembicaraan
yang diulang berkali-kali.
9)
Isi pikir
Obsesi (fikiran yang selalu muncul walaupun klien
berusaha mehilangkannya), fobia (ketakutan yang patologis / tidak logis
terhadap satu objek), hipokondria (keyakinan terhadap adanya gangguan pada
organ dalam tubuh yang sebenarnya tidak ada), depersonalisasi (perasaan kilien
yang asing terhadap diri sendiri orang lain dan lingkungan), ide yang terkait
(keyakinan klien terhadap kejadian yang terjadi di lingkungan, bermakna dan
terkait pada dirinya) pikiran magis (keyakinan klien tentang kemampuannya untuk
melakukan hal-hal yang mustahil atau diluar kemampuannya).
10) Tingkat
kesadaran
Bingung, sedasi (pasien akan menyatakan bahwa dirinya
merasa melayang-layang antara sadar dan tidak sadar), stupor (gangguan motorik,
seperti ketakutan, gerakan yang diulang-ulang, anggota tubuh klien dalam sikap
canggung yang dipertahankan dalam waktu lama tetapi klien menyadari semua yang
terjadi di lingkunga) orientasi waktu, tempat dan orang yang cukup jelas).
11) Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang dan gangguan daya
ingat jangka pendek, gangguan daya ingat saat ini, konfabulasi (pembicaraaan
tidak sesuai dengan kenyataan dengan memasukan cerita yang tidak benar untuk
menutupi gangguan daya ingatnya).
12) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Data didapatkan melalui hasil observasi perawat dan
keluarga, data yang muncul diantaranya : konsentrasi mudah dialihkan, tidak
mampu berkonsentrasi, tidak mampu berhitung.
13) Kemampuan
penilaian
Pada penilaian gangguan kemampuan penilaian ringan (dapat
mengambil keputusan yang sederhana dengan bantuan orag lain), gangguan
kemampuan penilaian bermakna (tidak mampu mengambil keputusan walaupun dibantu
orang lain). Pada daya tilik diri mengingkari penyakit yang dideritanya, tidak
menyadari gejala penyakit (perubahan fisik, emosi) apda dirinya dan merasa
tidak perlu pertolongan), menyalahkan hal-hal di luar dirinya (menyalahkan
orang lain, lingkungan yang menyebabkan kondisnya saat ini).
14) Daya tilik
diri
Mengingkari penyakit yang diderita : tidak menyadari
gejala penyakit, (perubahan fisik, emosi) pada dirinya tidak merasa tidak
memerlukan pertolongan. Menyalahkan hal-hal diluar dirinya (menyalahkan orang
lain atau lingkungan yang menyebabkan kondisi saat ini).
g.
Perencanaan Klien Pulang
Perencanaan di Rumah Sakit akan lebih berhasil guna
apabila dilanjutkan dengan perawatan dirumah. Untuk itu selama di Rumah Sakit
perlu dilakukan persiapan pulang. Persiapan pulang dilakukan sesegera mungkin
setelah dirawat serta diintegrasikan di dalam proses keperawatan.
Persiapan pulang tidak dilakukan pada hari atau sehari sebelum klien pulang
namun persisapan yang dilakukan oleh klien dan keluarga pada saat klien kembali
kelingkungannya, persiapan pulang dilakukan dengan tujuan :
1)
Menyiapkan klien dan keluarga secara fisik, psikologis
dan sosial.
2)
Meningkatkan kemandirian klien dan keluarga
3)
Melaksanakan rentang keperawatan antara rumah sakit dan
masyarakat
Pengkajian diarahkan kepada :
(a)
Makan, observasi tentang frekuensi, jumlah, variasi,
macam makanan kesukaan klien dan cara akan klien. Observasi kemampuan klien
dalam menyiapkan dan membersihkan alat makan
(b)
BAB dan BAK. Observasi kemampuan klien untuk bab dan bak,
pergi menggunakan dan membersihkan WC membersihkan diri dan merapihkan pakaian
(c)
Mandi, diarahkan kepada frekuensi cara makan, menyikat
gigi, mencuci rambut, gunting kuku, cukur (kumis, jenggot dan rambut) dan
kebersihan tubuh dan bau badan
(d)
Berpakaian, diarahkan kepada kemampuan klien dalam
mengambil, memilih dan menggunakan pakaian serta alas kaki dan kaji penampilan
klien dan frekuensi ganti pakaian
(e)
Istirahat dan tidur, diarahkan kepada lama waktu tidur,
persiapan sebelum tidur dan aktivitas sesudah tidur
(f)
Penggunaan obat, tanyakan kepada klien tentang penggunaan
obat, frekuensi, jenis, dosis, waktu dan cara pemberian. Tanyakan reaksi obat
yang dirasakan.
(g)
Pemeliharaan kesehatan, bagaimana perawatan lanjutan
klien setelah pulang dan siapa saja sistem pendukung yang dimiliki (institusi,
lembaga pelayanan kesehatan) dan cara penggunaannya
(h)
Aktivitas di dalam rumah, diarahkan kepada kemempuan
klien dalam merapihkan rumah mencuci pakaian dan segala kegiatan yang
berlangsung didalam rumah.
(i)
Aktifitas diluar rumah, yaitu kemampuan klien dalam
melakukan aktivitas lain yang dilakukan diluar rumah.
h.
Mekanisme Koping
Mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka pendek
dan jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi
diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan.
Pertahanan jangka pendek meliputi :
1)
Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari
krisis identitas misalnya : koser musik, bekerja keras, menonton TV secara
obsesif.
2)
Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti
sementara misalnya : ikut serta dalam aktivitas sosial, agama, klub politik.
3)
Aktivitas yang secara sementara menguatkan perasaan diri
misalnya : olahraga yang kompetitif, pencapaian akademik, kontes untuk
mendapatkan popularitas
4)
Aktivitas yang mewakili upaya jangka pendek untuk membuat
masalah identitas menjadi kurang berarti dalam kehidupan individu, misalnya :
penyalah gunaan obat
Pertahanan jangka panjang meliputi :
a)
Penutupan identitas, adopsi identitas prematur yang
diinginkan oleh orang yang penting bagi individu tanpa memperhatikan keinginan,
aspirasi dan potensi dari individu tersebut.
b)
Identitas negatif asumsi identitas tidak wajar untuk
dapat diterima oleh nilai dan harapan masyarakat.
Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan fantasi,
disosiasi, isolasi, proyeksi, penggesiran (diplacement) percetakan (spiliting),
berbalik marah terhadap diri sendiri. (Stuart dan Sundeen,
2007)
i.
Masalah Psikososial dan Lingkungan
Data didapatkan melalui wawancara kepada klien atau
keluarganya tentang masalah mengenai dukungan kelompok, berhubungan dengan
lingkungan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, ekonomi dan pelayanan kesehatan (Herman,
2011)
j.
Kurang Pengetahuan
Data didapat melalui wawancara pada klien dan sejauh mana
kemampuan klien tentang penyakit jiwa, faktor presitipasi, koping, sistem
pendukung, penyakit fisik dan obat-obatan (Damaiyanti
2012).
k.
Aspek Medis
Diagnosa medik klien yang dirumuskan oleh dokter yang
merawat. Memberikan oabt-obatan, psikodinamika dan terapi lain (Damaiyanti,
2012)
l.
Analisa Data
Analisa data maupun proses berfikir yang meliputi kegiatan
mengelompokan data menjadi data subjektif dan objektif, mencari kemungkinan
penyebab dan dampaknya serta menentukan masalah keperawatan.
2.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah identifikasi atau penilaian
terhadap pola respon klien baik aktual maupun potensial (Keliat 2006).
Menurut (buku Satuan Asuhan Keperawatan Jiwa oleh RSJ
Cimahi tahun 2010) sesuai dengan Musyawarah Nasional menerangkan bahwa, diagnosa
keperawatan terdiri dari satu komponen yaitu P (problem) saja (single
diagnosis).
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien
dengan isolasi sosial : menarik diri akibat skizofrenia residual menurut
(Keliat, 2006) adalah : isolasi sosial.
3.
Perencanaan
Setelah diagnosa keperawatan dirumuskan maka intervensi
dan aktivitas perawatan perlu ditetapkan untuk mengurangi, menghilangkan dan
mencegah masalah keperawatan klien.
Rencana tindakan keperawatan merupakan serangkaian
tindakan yang dapat mencapai tiap tujuan khusus. Rencana tindakan disesuaikan
dengan standar asuhan keperawatan jiwa yang pada dasarnya terdiri dari tindakan
observasi, pengawasan (monitoring),
terapi keperawatan, pendidikan kesehatan dan tindakan kolaborasi (Keliat, 2006).
Rencana tindakan keperawatan disesuaikan dengan materi
dari buku Satuan Asuhan Keperawatan Jiwa RSJ Cimahi tahun 2010 berdasarkan
Musyawarah Nasional. Dari hasil diagnosa keperawatan yang telah disusun, maka
dapat dibuat daftar diagnosa keperawatan pada isolasi
sosial : menarik diri sebagai berikut :
Berdasarkan diagnosa yang telah diuraiakan diatas, maka
dapat ditentukan tujuan, kriteria evaluasi
dan intervensi dari diagnosa isolasi
sosial yaitu :
Tabel 2.1
Perencanaan Keperawatan Pada Klien Dengan Menarik Diri
Tanggal
|
Diagnosa
|
Perencanaan
|
Tujuan
|
Kriteria
evaluasi
|
Intervensi
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
Menarik diri
|
Klien mampu:
1.
Menyadari penyebab menarik diri
2.
Berinteraksi dengan orang lain
|
Setelah ….………. x pertemuan, klien dapat membina hubungan saling
percaya, menyadari penyebab menarik diri
a.
Keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan orang lain
b.
Melakukan interaksi dengan orang lain secara bertahap
|
SP. 1 (Tanggal ………..)
1.
Identifikasi penyebab
a. Siapa yang satu rumah dengan
klien?
b. Siapa yang dekat dengan klien?
Apa sebabnya?
c. Siapa yang tidak dekat dengan
klien? Apa sebabnya?
2.
Tanyakan keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan orang lain
a. Tanyakan pendapat klien
tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang lain
b. Tanyakan apa yang menyebabkan
klien tidak ingin berinteraksi dengan orang lain
c. Diskusikan keuntungan bila
klien memiliki banyak teman dan bergaul akrab dengan mereka
d. Diskusikan kerugian bila
klien hanya mengurung diri dan tidak bergaul dengan orang lain
e. Jelaskan pengaruh menarik diri terhadap kesehatan fisik
klien
3.
Latih berkenalan
a. Jelaskan kepada klien
cara berinteraksi dengan orang lain
b. Berikan contoh cara
berinteraksi dengan orang lain
c. Berikan kesempatan klien
mempraktekkan cara berinteraksi dengan orang lain yang dilakukan di hadapan
perawat
d. Mulailah bantu klien
berinteraksi dengan satu orang teman/anggota keluarga
e. Bila klien sudah menunjukkan
kemajuan tingkatkan jumlah interaksi dengan 2, 3, 4 orang dan seterusnya
f. Beri pujian untuk setiap
kemajuan interaksi yang telah dilakukan oleh klien
g. Siap mendengarkan ekspresi
perasaan klien setelah berinteraksi dengan orang lain, mungkin klien akan
mengungkapkan keberhasilan atau kegagalannya, beri dorongan terus-menerus
agar klien tetap semangat meningkatkan interaksinya
4.
Masukkan jadwal kegiatan klien
|
|
|
|
|
SP. 2 (Tanggal . . .)
1.
Evaluasi SP. 1
2.
Latih berhubungan sosial secara bertahap
3.
Masukkan dalam jadwal kegiatan klien
|
|
|
|
|
SP. 3 (Tanggal . . .)
1.
Evaluasi SP. 1 dan SP. 2
2.
Latih cara berkenalan dengan 2 orang atau lebih
3.
Masukkan jadwal kegiatan klien
|
|
|
Keluarga mampu:
Merawat klien menarik diri di rumah
|
Setelah ............... x pertemuan keluarga mampu
menjelaskan tentang:
1.
Masalah menarik diri dan dampaknya pada klien
2.
Penyebab menarik diri
3.
Sikap keluarga untuk membantu klien mengatasi menarik dirinya
4.
Pengobatan yang berkelanjutan dan mencegah putus obat
5.
Tempat rujukan dan fasilitas kesehatan yang tersedia bagi klien
|
SP. 1 (Tanggal . . .)
1.
Identifikasi masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat klien
2.
Penjelasan menarik diri
3.
Cara merawat klien menarik diri
4.
Latih (simulasi)
5.
RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat klien
|
|
|
|
|
SP. 2 (Tanggal . . .)
1.
Evaluasi SP. 1
2.
Latih (langsung ke klien)
3.
RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat klien
|
|
|
|
|
SP. 3 (Tanggal . . .)
1.
Evaluasi SP. 1 dan SP. 2
4.
Latih (langsung ke klien)
2.
RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat klien
|
|
|
|
|
SP. 4 (Tanggal . . .)
1.
Evaluasi kemampuan keluarga
2.
Evaluasi kemampuan klien
3.
Rencana tindak lanjut keluarga
a. Follow up
b. Rujukan
|
4.
Implementasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana untuk mencapai
tujuan yang spesifik. Tujuan dari implementasi adalah membantu klien dalm
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping (Nursalam,
2008).
Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan
rencana tindakan keperawatan, tetapi sebelum melaksanakan tindakan keperawatan
yang sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat, apakah
rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan klien saat ini.
Pada saat akan melaksanakan tindakan keperawatan, perawat
membuat kontrak dengan klien yang isinya menjelaskan apa yang akan dikerjakan
dan peran serta yang diharapkan dari klien. Dokumentasikan semua tinakan yang
telah dilakuan beserta respon klien (Keliat, 2006).
5.
Evaluasi
Evaluasi adalah proses kelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon
klien 2 bagian yaitu evaluasi proses (formatif) adalah membandingkan respon
klien dengan tujuan khusus dan tujuan umum yang telah ditetapkan dengan
menggunakan SOAP
S : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan
O : Respon objektif klien terhadap
tindakan keperawatan yang dilaksanakan apakah masalah masih ada atau
telah teratasi
A : Analisa terhadap data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah
masalah masih ada atau telah teratasi atau mempunyai masalah yang baru
P : Perencanaan tindak lanjut
berdasarkan hasil analisa pada respon klien.
(Keliat, 2006)
Comments
Post a Comment