Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal

Image
  Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa contoh upaya kolaboratif yang dapat dilakukan: 1.       Kolaborasi antara tenaga medis dan bidan: Tim medis yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan dapat bekerja sama untuk memberikan pelayanan kesehatan yang holistik kepada ibu hamil dan bayi yang akan lahir. Dengan saling berbagi pengetahuan dan keterampilan, mereka dapat meningkatkan pemantauan kehamilan, memberikan perawatan prenatal yang tepat, dan menangani komplikasi saat melahirkan. 2.       Kemitraan antara lembaga kesehatan dan masyarakat: Kolaborasi antara fasilitas kesehatan, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan maternal dan perinatal. Misalnya, mengadakan kampanye penyuluhan dan program edukasi di komunitas mengenai perawa

MAKALAH KONSEP PENGGANTI AIR SUSU IBU / PASI (PENGERTIAN, JENIS, KEKURANGAN)




MAKALAH KONSEP Pengganti Air Susu Ibu / PASI (PENGERTIAN, JENIS, KEKURANGAN)


Memberikan susu formula pada bayi usia 0-6 bulan sangat berbahaya, karena dapat menimbulkan berbagai penyakit dan gangguan seperti infeksi saluran pencernaan (muntah, diare), infeksi saluran pernafasan, resiko alergi, serangan asma, kegemukan (obesitas), meningkatkan kurang gizi, menurunkan perkembangan kecerdasan kognitif selain itu juga susu formula dapat menyebabkan mudah sakit karena tidak mendapat zat immunoglobulin yang terkandung dalam kolustrum.


1.    Pengertian
Menurut WHO (World Health Organization) Susu Formula adalah susu yang sesuai dan bisa diterima sistem tubuh bayi. Susu formula yang baik tidak menimbulkan gangguan saluran cerna seperti diare, muntah atau kesulitan buang air besar. Gangguan lainnya seperti batuk, sesak, dan gangguan kulit. (WHO, 2011)
Susu Formula adalah susu yang dibuat dari susu sapi atau susu buatan yang di ubah komposisinya sehingga dapat dipakai sebagai pengganti ASI.(Marmi, 2012)
Susu formula adalah susu sapi yang susunan nutrisinya diubah sedemikian rupa sehingga dapat diberikan kepada bayi tanpa memberikan efek samping. Bahwa susu formula berasal dari susu sapi yang diolah sedemikian rupa sehingga menjadi susu fomula bayi.(Khasanah, 2011)
Jadi Susu formula adalah Susu yang dibuat dari susu sapi atau susu buatan yang diubah komposisinya hingga dapat dipakai sebagai pengganti ASI.

2.    Jenis-jenis Susu Formula
a.    Susu formula adaptasi atau pemula
Susu formula adaptasi (adapted) atau pemula adalah susu formula yang biasa digunakan sebagai pengganti ASI oleh bayi baru lahir sampai umur 6 bulan untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya.(Kodrat, 2010)
b.    Susu Formula Awal Lengkap
Formula awal lengkap (complete starting formula) yaitu susunan zat gizinya lengkap dan dapat diberikan setelah bayi lahir. Keuntungan dari susu formula bayi ini terletak pada harganya. Pembuatannya sangat mudah maka ongkos pembuatan juga lebih murah hingga dapat dipasarkan dengan harga lebih rendah. Susu formula ini dibuat dengan bahan dasar susu sapi dan komposisi zat gizinya dibuat mendekati komposisi ASI.(Nasar, 2005)
c.    Susu Formula Follow-Up (lanjutan)
Susu formula lanjutan yaitu susu formula yang menggantikan kedua susu formula yang digunakan sebelumnya dan untuk bayi berusia 6 bulan keatas, sehingga disebut susu formula lanjutan.(Bambang, 2011)

3.    Kekurangan Susu Formula
Berikut ini adalah beberapa kekurangan dari susu formula bayi bila dibandingkan dengan ASI, diantaranya adalah :
a.    Mudah menimbulkan alergi
b.    Bisa menimbulkan diare pada bayi
c.    Nutrisinya tidak sesempurna ASI
d.    Lebih mudah menimbulkan gigi berlubang
e.    Kurang memiliki efek psikologi yang menguntungkan
f.     Tidak merangsang involusi rahim
g.    Tidak mengurangi resiko kanker payudara
h.    Tidak praktis dan tidak ekonomis. (Marmi, 2012)

4.    Perbandingan komposisi susu formula dengan ASI
Tabel
perbandingan komposisi susu formula dengan komposisi ASI
Zat Gizi
Formula Adaptasi
ASI
Lemak (g)
3,4-3,64
3,0-5,5
Protein (g)
1,5-1,6
1,1-1,4
Whey (g)
0,9-0,96
0,7-0,9
Kasein (g)
0,6-0,64
0,4-0,5
Karbohidrat (g)
7,2-7,4
6,6-7,1
Energi (kkal)
67-67,4
65-70
Mineral (g)
0,25-0,3
0,2
Natrium (g)
15-24
10
Kalium (mg)
55-72
40
Kalsium (mg)
44,4-60
30
Fosfor (mg)
28,3-34
30
Klorida (mg)
37-41
30
Magnesium (mg)
4,6-5,3
4
Zat besi (mg)
0,5-0,2
0,2

5.    Efek atau dampak negatif pemberian susu formula
Dampak negatif yang terjadi pada bayi akibat dari pemberian susu formula, antara lain :
a.    Gangguan saluran pencernaan (muntah, diare)
Saluran pencernaan bayi dapat terganggu akibat dari pencernaan susu formula yang kurang tepat, sedangkan susu yang terlalu kental dapat membuat usus bayi susah mencerna, sehingga sebelum susu dicerna oleh usus akan dikeluarkan kembali melalui anus yang mengakibatkan bayi mengalami diare.(Khasanah, 2011)
b.    Infeksi saluran pernapasan
Gangguan saluran pencernaan yang terjadi dalam jangka panjang dapat mengakibatkan daya tahan tubuh berkurang sehingga mudah terserang infeksi terutama ISPA.( Judarwanto. 2010)
Susu sapi tidak mengandung sel darah putih hidup dan antibiotik sebagai perlindungan tubuh dari infeksi. Proses penyiapan susu formula yang kurang steril dapat menyebabkan bakteri mudah masuk.
c.    Meningkatkan resiko kegemukan (obesitas)
Kelebihan berat badan pada bayi yang mendapatkan susu formula diperkirakan karena kelebihan air dan komposisi lemak tubuh yang berbeda dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan ASI.
d.    Meningkatkan kurang gizi
Pemberian susu formula yang encer untuk menghemat pengeluaran dapat mengakibatkan kekurangan gizi karena asupan kurang pada bayi secara tidak langsung. Kurang gizi juga akan terjadi jika anak sering sakit, terutama diare dan radang pernapasan. (Khasanah, 2011)

Menyusui adalah tindakan terbaik karena memberikan susu melalui botol dapat meningkatkan resiko kesehatan yang berhubungan dengan pemberian susu formula diantaranya yaitu: peningkatan infeksi lambung, infeksi otitis media, infeksi perkemihan, resiko penyakit atopik pada keluarga yang mengalami riwayat penyakit ini, resiko kematian bayi secara mendadak, resiko diabetes melitus bergantung insulin, penyakit kanker dimasa kanak-kanak.(Praptiani, Wuri. 2012)

6.    Teknik Pemberian Susu Formula
Tidak seperti saat memberi ASI, pemberian susu formula harus benar-benar diperhatikan. Mulai dari waktu pemberian, kebersihan botol, cara menyimpan susu formula, dan lain sebagainya.
a.    Jumlah dan frekuensi pemberian susu formula
Pada umumnya, bayi membutuhkan 90-120 ml susu setiap pemberian selama bulan pertama dan jumlah tersebut meningkat sebesar 30 ml per bulan sampai mencapai 210-240 ml setiap pemberian. Tetapi, sebenarnya bayi dapat mengatur asupannya dari hari ke hari untuk memenuhi kebutuhannya. Jadi, biarlah ia memberi tahu apakah asupan susunya sudah cukup atau belum. Jika bayi mudah terganggu selama menyusu, mungkin ia sudah kenyang. Namun, jika ia masih memegang botolnya, walaupun susunya sudah habis, mungkin ia masih lapar dan ingin menyusu lagi.
Namun, sebagai ibu harus pintar-pintar membatasi susu untuk bayi jika asupannya sudah sangat berlebih (biasanya lebih dari 960 ml/hari). Jika bayi sepertinya terlalu sering atau terlalu banyak menyusu, cobalah untuk mengalihkan perhatiannya dengan bermain atau melakukan hal lainnya. Karena obesitas bisa saja mulai berkembang pada masa bayi, sehingga sangat penting untuk mengerti kebutuhan bayi.
b.    Selalu jaga kebersihan botol bayi
Salah satu hal mengapa ASI lebih baik bagi bayi adalah karena ASI lebih steril daripada susu formula. Peluang susu formula untuk terpapar dengan kuman dan bakteri lebih besar, sehingga menjadi kurang steril bagi bayi.
c.    Perhatikan saat menyimpan susu formula
Tempat penyimpanan yang panas atau dingin dapat membuat nutrisi dalam susu menjadi berkurang. Jangan lupa juga untuk selalu menutup kemasan susu dengan rapat setelah membukanya.  Udara yang masuk ke dalam kemasan susu jika terlalu lama terbuka dapat membuat susu menggumpal dan merusak susu. (Khasanah, 2011)


7.    Jadwal pemberian MP-ASI
a.    Mulai memberikan makanan tambahan (mp-asi) saat bayi berusia 6 bulan
1)    Dimulai saat usia 6 bulan, bayi memerlukan tambahan makanan selain ASI.
2)    Lanjutkan pemberian ASI sesuai permintaan, siang dan malam.
3)    ASI tetap akan menjadi bagian yang terpenting dari makanan bayi.
4)    Berikan ASI terlebih dahulu sebelum memberikan makanan lain. Saat memberikan makanan, ingatlah mengenai: Frekuensi, Jumlah, Kepekatan, Variasi, Pemberian makan secara Aktif/Responsif, dan Kebersihan.
      Frekuensi: Berikan makan pada bayi 2 kali sehari.
      Jumlah: Berikan 2 sampai 3 sendok  setiap makan (sebagai pengenal rasa).
      Kepekatan: Harus cukup pekat/kental untuk diberikan dengan tangan.
      Variasi: Mulai dengan makanan pokok (jagung, gandum, nasi, padi-padian, kentang, ubi), pisang atau kentang yang dilumatkan.
      Pemberian makan secara aktif/responsif.
b.    Pemberian makanan tambahan (MP-ASI) untuk bayi usia 6 sampai 9 bulan
1)    Frekuensi: Memberikan makanan kepada bayi 3 kali sehari.
2)    Jumlah: Meningkatkan jumlahnya secara perlahan menjadi setengah cangkir (250 ml: perlihatkan jumlah dalam cangkir yang dibawa ibu). Gunakan piring tersendiri untuk memastikan bayi makan semua makanan yang diberikan.
3)    Kepekatan/Kekentalan: Berikan makanan keluarga yang dilunakkan. Setelah berusia 8 bulan, bayi sudah bisa mulai makan makanan yang bisa ia pegang.
4)    Variasi: Cobalah untuk memberikan makanan yang bervariasi setiap kali makan. Misalnya: makanan hewani kaya zat besi (daging, telur dan produkproduk susu) bintang 1*; makanan pokok (biji-bijian, akar dan umbi-umbian) bintang 2**, kacang-kacangan bintang 3***, buah-buahan dan sayuran kaya vitamin A dan buah-buahan dan sayuran lainnya, bintang 4**** (KK16).
5)    Tambahkan tabur gizi pada makanan siap saji dalam satu kali makan Tabur gizi diberikan 2 hari satu kali.
6)    Pemberian makan secara aktif/responsif.
c.    Pemberian makanan tambahan (mp-asi) untuk bayi usia 9 sampai 12 bulan
1)    Frekuensi: Berikan makan bayi 3 kali sehari.
2)    Jumlah: Tingkatkan jumlahnya secara perlahan menjadi setengah cangkir (250 ml: perlihatkan jumlah dalam cangkir yang dibawa ibu). Gunakan piring tersendiri untuk memastikan anak memakan semua makanan yang diberikan.
3)    Kepekatan: Berikan makan keluarga yang dipotong-potong, makanan yang bisa ia pegang, dan makanan yang diiris-iris.
4)    Variasi: Cobalah untuk memberikan makanan yang bervariasi setiap kali makan. Misalnya: makanan hewani kaya zat besi (daging, telur dan produkproduk susu) bintang 1*; makanan pokok (biji-bijian, akar dan umbi-umbian) bintang 2**, kacang-kacangan bintang 3***, buah-buahan dan sayuran kaya vitamin A dan buah-buahan dan sayuran lainnya, bintang 4**** (KK 16).
5)    Tambahkan tabur gizi pada makanan siap saji dalam satu kali makan Tabur gizi diberikan 2 hari satu kali.
d.    Pemberian makanan tambahan (mp-asi) untuk bayi usia 12 sampai 24 bulan
1)    Frekuensi: Memberikan makanan kepada anak 5 kali sehari
2)    Jumlah: Tingkatkan jumlahnya secara perlahan menjadi tiga perempat (3/4) cangkir (250 ml: perlihatkan jumlah dalam cangkir yang dibawa ibu). Gunakan piring tersendiri untuk memastikan anak memakan semua makanan yang diberikan.
3)    Kepekatan: Berikan makan keluarga yang telah dipotong-potong, makanan yang bisa ia pegang, dan makanan yang diiris-iris.
4)    Variasi: Cobalah untuk memberikan makanan yang bervariasi setiap kali makan. Misalnya: makanan hewani kaya zat besi (daging, telur dan produk produk susu) bintang 1*; makanan pokok (biji-bijian, akar dan umbi-umbian) bintang 2**, kacang-kacangan bintang 3***, buah-buahan dan sayuran kaya vitamin A dan buah-buahan dan sayuran lainnya, bintang 4**** (KK 16).
5)    Tambahkan tabur gizi pada makanan siap saji dalam satu kali makan Tabur gizi diberikan 2 hari satu kali.
6)    Pemberian makan secara aktif/responsif
7)    Kebersihan: Kebersihan yang baik adalah penting untuk menghindari diare dan penyakit lainnya (KK 11). (Nasar, 2005)

Comments

Popular posts from this blog

Konsep Cairan dan Elektrolit Tubuh

Makalah Konsep Dasar Teori Air Susu Ibu (ASI)