MAKALAH KONSEP Pengganti Air
Susu Ibu / PASI (PENGERTIAN, JENIS, KEKURANGAN)
Memberikan
susu formula pada bayi usia 0-6 bulan sangat berbahaya, karena dapat
menimbulkan berbagai penyakit dan gangguan seperti infeksi saluran pencernaan
(muntah, diare), infeksi saluran pernafasan, resiko alergi, serangan asma,
kegemukan (obesitas), meningkatkan kurang gizi, menurunkan perkembangan
kecerdasan kognitif selain itu juga susu formula dapat menyebabkan mudah sakit
karena tidak mendapat zat immunoglobulin yang terkandung dalam kolustrum.
1. Pengertian
Menurut WHO (World Health
Organization) Susu Formula adalah susu yang sesuai dan bisa diterima sistem
tubuh bayi. Susu formula yang baik tidak menimbulkan gangguan saluran cerna
seperti diare, muntah atau kesulitan buang air besar. Gangguan lainnya seperti
batuk, sesak, dan gangguan kulit. (WHO, 2011)
Susu Formula adalah susu yang
dibuat dari susu sapi atau susu buatan yang di ubah komposisinya sehingga dapat
dipakai sebagai pengganti ASI.(Marmi, 2012)
Susu formula adalah susu sapi
yang susunan nutrisinya diubah sedemikian rupa sehingga dapat diberikan kepada
bayi tanpa memberikan efek samping. Bahwa susu formula berasal dari susu sapi
yang diolah sedemikian rupa sehingga menjadi susu fomula bayi.(Khasanah, 2011)
Jadi Susu formula adalah Susu
yang dibuat dari susu sapi atau susu buatan yang diubah komposisinya hingga
dapat dipakai sebagai pengganti ASI.
2. Jenis-jenis Susu Formula
a. Susu formula adaptasi atau pemula
Susu formula adaptasi (adapted)
atau pemula adalah susu formula yang biasa digunakan sebagai pengganti ASI oleh
bayi baru lahir sampai umur 6 bulan untuk memenuhi kebutuhan
nutrisinya.(Kodrat, 2010)
b. Susu Formula Awal Lengkap
Formula awal lengkap (complete
starting formula) yaitu susunan zat gizinya lengkap dan dapat diberikan setelah
bayi lahir. Keuntungan dari susu formula bayi ini terletak pada harganya. Pembuatannya
sangat mudah maka ongkos pembuatan juga lebih murah hingga dapat dipasarkan
dengan harga lebih rendah. Susu formula ini dibuat dengan bahan dasar susu sapi
dan komposisi zat gizinya dibuat mendekati komposisi ASI.(Nasar, 2005)
c. Susu Formula Follow-Up (lanjutan)
Susu formula lanjutan yaitu susu
formula yang menggantikan kedua susu formula yang digunakan sebelumnya dan
untuk bayi berusia 6 bulan keatas, sehingga disebut susu formula
lanjutan.(Bambang, 2011)
3. Kekurangan Susu Formula
Berikut ini adalah beberapa
kekurangan dari susu formula bayi bila dibandingkan dengan ASI, diantaranya
adalah :
a. Mudah menimbulkan alergi
b. Bisa menimbulkan diare pada
bayi
c. Nutrisinya tidak sesempurna
ASI
d. Lebih mudah menimbulkan
gigi berlubang
e. Kurang memiliki efek
psikologi yang menguntungkan
f. Tidak merangsang involusi
rahim
g. Tidak mengurangi resiko
kanker payudara
h. Tidak praktis dan tidak
ekonomis. (Marmi, 2012)
4. Perbandingan komposisi susu formula dengan ASI
Tabel
perbandingan komposisi susu
formula dengan komposisi ASI
Zat Gizi
|
Formula Adaptasi
|
ASI
|
Lemak (g)
|
3,4-3,64
|
3,0-5,5
|
Protein (g)
|
1,5-1,6
|
1,1-1,4
|
Whey (g)
|
0,9-0,96
|
0,7-0,9
|
Kasein (g)
|
0,6-0,64
|
0,4-0,5
|
Karbohidrat
(g)
|
7,2-7,4
|
6,6-7,1
|
Energi (kkal)
|
67-67,4
|
65-70
|
Mineral (g)
|
0,25-0,3
|
0,2
|
Natrium (g)
|
15-24
|
10
|
Kalium (mg)
|
55-72
|
40
|
Kalsium (mg)
|
44,4-60
|
30
|
Fosfor (mg)
|
28,3-34
|
30
|
Klorida (mg)
|
37-41
|
30
|
Magnesium (mg)
|
4,6-5,3
|
4
|
Zat besi (mg)
|
0,5-0,2
|
0,2
|
5. Efek atau dampak negatif pemberian susu formula
Dampak negatif yang terjadi pada
bayi akibat dari pemberian susu formula, antara lain :
a. Gangguan saluran pencernaan (muntah, diare)
Saluran pencernaan bayi dapat
terganggu akibat dari pencernaan susu formula yang kurang tepat, sedangkan susu
yang terlalu kental dapat membuat usus bayi susah mencerna, sehingga sebelum
susu dicerna oleh usus akan dikeluarkan kembali melalui anus yang mengakibatkan
bayi mengalami diare.(Khasanah, 2011)
b. Infeksi saluran pernapasan
Gangguan saluran pencernaan yang
terjadi dalam jangka panjang dapat mengakibatkan daya tahan tubuh berkurang
sehingga mudah terserang infeksi terutama ISPA.( Judarwanto. 2010)
Susu sapi tidak mengandung sel
darah putih hidup dan antibiotik sebagai perlindungan tubuh dari infeksi.
Proses penyiapan susu formula yang kurang steril dapat menyebabkan bakteri
mudah masuk.
c. Meningkatkan resiko kegemukan (obesitas)
Kelebihan berat badan pada bayi
yang mendapatkan susu formula diperkirakan karena kelebihan air dan komposisi
lemak tubuh yang berbeda dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan ASI.
d. Meningkatkan kurang gizi
Pemberian susu formula yang encer
untuk menghemat pengeluaran dapat mengakibatkan kekurangan gizi karena asupan
kurang pada bayi secara tidak langsung. Kurang gizi juga akan terjadi jika anak
sering sakit, terutama diare dan radang pernapasan. (Khasanah, 2011)
Menyusui adalah tindakan terbaik
karena memberikan susu melalui botol dapat meningkatkan resiko kesehatan yang
berhubungan dengan pemberian susu formula diantaranya yaitu: peningkatan
infeksi lambung, infeksi otitis media, infeksi perkemihan, resiko penyakit
atopik pada keluarga yang mengalami riwayat penyakit ini, resiko kematian bayi
secara mendadak, resiko diabetes melitus bergantung insulin, penyakit kanker
dimasa kanak-kanak.(Praptiani, Wuri. 2012)
6. Teknik Pemberian Susu Formula
Tidak seperti saat memberi ASI,
pemberian susu formula harus benar-benar diperhatikan. Mulai dari waktu
pemberian, kebersihan botol, cara menyimpan susu formula, dan lain sebagainya.
a. Jumlah dan frekuensi pemberian susu formula
Pada umumnya, bayi membutuhkan
90-120 ml susu setiap pemberian selama bulan pertama dan jumlah tersebut
meningkat sebesar 30 ml per bulan sampai mencapai 210-240 ml setiap pemberian.
Tetapi, sebenarnya bayi dapat mengatur asupannya dari hari ke hari untuk
memenuhi kebutuhannya. Jadi, biarlah ia memberi tahu apakah asupan susunya
sudah cukup atau belum. Jika bayi mudah terganggu selama menyusu, mungkin ia
sudah kenyang. Namun, jika ia masih memegang botolnya, walaupun susunya sudah
habis, mungkin ia masih lapar dan ingin menyusu lagi.
Namun, sebagai ibu harus
pintar-pintar membatasi susu untuk bayi jika asupannya sudah sangat berlebih
(biasanya lebih dari 960 ml/hari). Jika bayi sepertinya terlalu sering atau
terlalu banyak menyusu, cobalah untuk mengalihkan perhatiannya dengan bermain
atau melakukan hal lainnya. Karena obesitas bisa saja mulai berkembang pada
masa bayi, sehingga sangat penting untuk mengerti kebutuhan bayi.
b. Selalu jaga kebersihan botol bayi
Salah satu hal mengapa ASI lebih
baik bagi bayi adalah karena ASI lebih steril daripada susu formula. Peluang
susu formula untuk terpapar dengan kuman dan bakteri lebih besar, sehingga
menjadi kurang steril bagi bayi.
c. Perhatikan saat menyimpan susu formula
Tempat penyimpanan yang panas
atau dingin dapat membuat nutrisi dalam susu menjadi berkurang. Jangan lupa
juga untuk selalu menutup kemasan susu dengan rapat setelah membukanya. Udara yang masuk ke dalam kemasan susu jika
terlalu lama terbuka dapat membuat susu menggumpal dan merusak susu. (Khasanah,
2011)
7. Jadwal pemberian MP-ASI
a. Mulai memberikan makanan tambahan (mp-asi) saat bayi berusia 6
bulan
1) Dimulai saat usia 6 bulan,
bayi memerlukan tambahan makanan selain ASI.
2) Lanjutkan pemberian ASI
sesuai permintaan, siang dan malam.
3) ASI tetap akan menjadi
bagian yang terpenting dari makanan bayi.
4) Berikan ASI terlebih dahulu
sebelum memberikan makanan lain. Saat memberikan makanan, ingatlah mengenai:
Frekuensi, Jumlah, Kepekatan, Variasi, Pemberian makan secara Aktif/Responsif,
dan Kebersihan.
• Frekuensi: Berikan makan
pada bayi 2 kali sehari.
• Jumlah: Berikan 2 sampai 3
sendok setiap makan (sebagai pengenal
rasa).
• Kepekatan: Harus cukup
pekat/kental untuk diberikan dengan tangan.
• Variasi: Mulai dengan
makanan pokok (jagung, gandum, nasi, padi-padian, kentang, ubi), pisang atau
kentang yang dilumatkan.
• Pemberian makan secara
aktif/responsif.
b. Pemberian makanan tambahan (MP-ASI) untuk bayi usia 6 sampai 9
bulan
1) Frekuensi: Memberikan
makanan kepada bayi 3 kali sehari.
2) Jumlah: Meningkatkan
jumlahnya secara perlahan menjadi setengah cangkir (250 ml: perlihatkan jumlah
dalam cangkir yang dibawa ibu). Gunakan piring tersendiri untuk memastikan bayi
makan semua makanan yang diberikan.
3) Kepekatan/Kekentalan:
Berikan makanan keluarga yang dilunakkan. Setelah berusia 8 bulan, bayi sudah
bisa mulai makan makanan yang bisa ia pegang.
4) Variasi: Cobalah untuk
memberikan makanan yang bervariasi setiap kali makan. Misalnya: makanan hewani
kaya zat besi (daging, telur dan produkproduk susu) bintang 1*; makanan pokok
(biji-bijian, akar dan umbi-umbian) bintang 2**, kacang-kacangan bintang 3***,
buah-buahan dan sayuran kaya vitamin A dan buah-buahan dan sayuran lainnya,
bintang 4**** (KK16).
5) Tambahkan tabur gizi pada
makanan siap saji dalam satu kali makan Tabur gizi diberikan 2 hari satu kali.
6) Pemberian makan secara
aktif/responsif.
c. Pemberian makanan tambahan (mp-asi) untuk bayi usia 9 sampai 12 bulan
1) Frekuensi: Berikan makan
bayi 3 kali sehari.
2) Jumlah: Tingkatkan
jumlahnya secara perlahan menjadi setengah cangkir (250 ml: perlihatkan jumlah
dalam cangkir yang dibawa ibu). Gunakan piring tersendiri untuk memastikan anak
memakan semua makanan yang diberikan.
3) Kepekatan: Berikan makan
keluarga yang dipotong-potong, makanan yang bisa ia pegang, dan makanan yang
diiris-iris.
4) Variasi: Cobalah untuk
memberikan makanan yang bervariasi setiap kali makan. Misalnya: makanan hewani
kaya zat besi (daging, telur dan produkproduk susu) bintang 1*; makanan pokok
(biji-bijian, akar dan umbi-umbian) bintang 2**, kacang-kacangan bintang 3***,
buah-buahan dan sayuran kaya vitamin A dan buah-buahan dan sayuran lainnya,
bintang 4**** (KK 16).
5) Tambahkan tabur gizi pada
makanan siap saji dalam satu kali makan Tabur gizi diberikan 2 hari satu kali.
d. Pemberian makanan tambahan (mp-asi) untuk bayi usia 12 sampai 24
bulan
1) Frekuensi: Memberikan
makanan kepada anak 5 kali sehari
2) Jumlah: Tingkatkan jumlahnya
secara perlahan menjadi tiga perempat (3/4) cangkir (250 ml: perlihatkan jumlah
dalam cangkir yang dibawa ibu). Gunakan piring tersendiri untuk memastikan anak
memakan semua makanan yang diberikan.
3) Kepekatan: Berikan makan
keluarga yang telah dipotong-potong, makanan yang bisa ia pegang, dan makanan
yang diiris-iris.
4) Variasi: Cobalah untuk
memberikan makanan yang bervariasi setiap kali makan. Misalnya: makanan hewani
kaya zat besi (daging, telur dan produk produk susu) bintang 1*; makanan pokok (biji-bijian,
akar dan umbi-umbian) bintang 2**, kacang-kacangan bintang 3***, buah-buahan
dan sayuran kaya vitamin A dan buah-buahan dan sayuran lainnya, bintang 4****
(KK 16).
5) Tambahkan tabur gizi pada
makanan siap saji dalam satu kali makan Tabur gizi diberikan 2 hari satu kali.
6) Pemberian makan secara
aktif/responsif
7) Kebersihan: Kebersihan yang
baik adalah penting untuk menghindari diare dan penyakit lainnya (KK 11).
(Nasar, 2005)
Comments
Post a Comment