Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal

Image
  Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa contoh upaya kolaboratif yang dapat dilakukan: 1.       Kolaborasi antara tenaga medis dan bidan: Tim medis yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan dapat bekerja sama untuk memberikan pelayanan kesehatan yang holistik kepada ibu hamil dan bayi yang akan lahir. Dengan saling berbagi pengetahuan dan keterampilan, mereka dapat meningkatkan pemantauan kehamilan, memberikan perawatan prenatal yang tepat, dan menangani komplikasi saat melahirkan. 2.       Kemitraan antara lembaga kesehatan dan masyarakat: Kolaborasi antara fasilitas kesehatan, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan maternal dan perinatal. Misalnya, mengadakan kampanye penyuluhan dan program edukasi di komunitas mengenai perawa

Makalah Ruptur Perineum (Pengertian, Klasifikasi, Faktor Penyebab, Tanda Gejala dan Komplikasi)




Makalah Ruptur Perineum (Pengertian, Klasifikasi, Faktor Penyebab, Tanda Gejala dan Komplikasi)


rupture perineum adalah robekan yang terjadi pada saat bayi lahir baik secara spontan maupun dengan menggunakan alat atau tindakan persalinan.



A.        Pengertian
Perineum merupakan daerah tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Perineum meregang pada saat persalinan kadang perlu dipotong (episiotomi) untuk memperbesar jalan lahir dan mencegah robekan.
Ruptur adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat persalinan. Bentuk ruptur biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek sulit dilakukan penjahitan.
Ruptur perineum adalah robeknya perineum pada jalan lahir. Berbeda dengan episiotomi, robekan ini bersifatnya traumatik karena perineum tidak kuat menahan regangan pada saat janin lewat.
Menurut Oxorn, robekan perineum adalah robekan obstetrik yang terjadi pada daerah perineum akibat ketidakmampuan otot dan jaringan lunak pelvik untuk mengakomodasi lahirnya fetus. Persalinan sering kali menyebabkan perlukaan jalan lahir. Luka yang terjadi biasanya ringan tetapi seringkali juga terjadi luka yang luas dan berbahaya, untuk itu setelah persalinan harus dilakukan pemeriksaaan vulva dan perineum.
Robekan perineum terjadi hampir pada semua persalinan pertama dan tidak jarang pada persalinan berikutnya. Namun hal ini dapat dihindarkan atau dikurangi dengan menjaga sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat.

B.        Anatomi perineum
Perineum merupakan ruang berbentuk jajaran genjang yang terletak dibawah dasar panggul.

Gambar 2.1 Anatomi Perineum Eksternal

Perineum terletak antara vulva dan anus, panjangnya rata – rata antar 4 cm. Jaringan yang mendukung perineum terutama ialah diafragma pelvis dan diafragma urogenitalis.


Gambar 2.2 Anatomi Perineum Internal

Diafragma pelvis terdiri atas otot levatorani dan otot koksigis posterior serta fasia (jaringan ikat yang akan berkurang elastisitasnya pada perempuan yang lanjut usia) yang menutupi kedua otot ini. Difragma urogenitalis terletak eksternal dari diafragma pelvis, yaitu di daerah segitiga antara tuber isiadika dan simfisis pubis. Diafragma urogenitalis meliputi muskulus tranversus perinei profunda, otot konstriktor uretra dan fasia internal maupun eksternal yang menutupinya. Perineum mendapat pasokan darah trutama dari arteria pudenda interna dan cabang – cabangnya. Persyarafan perineum terutama oleh nervus pudendus dan cabang – cabangnya. Oleh sebab itu, dalam menjahit robekan perineum dapat dilakukan anestesi blok pudendus. Otot levator ani kiri dan kanan bertemu di tengah – tengah di antara anus dan vagina yang diperkuat oleh tendon sentral perineum. Di tempat ini bertemu otot –otot bulbokavernosus, muskulus tranversus perinei superfisialis dan sfingter ani eksternal. Struktur ini membentuk perineal body yang memberikan dukungan bagi perineum. Dalam persalinan sering mengalami laserasi, kecuali dilakukan episiotomi yang adekuat.

C.        Klasifikasi  Ruptur Perineum
1.         Ruptur Perineum Spontan
Yaitu luka pada perineum yang terjadi karena sebab – sebab tertentu tanpa dilakukan tindakan perobekan atau disengaja. Luka ini terjadi pada saat persalinan dan biasanya tidak teratur.
Tabel 2.1 Derajat Ruptur Perineum dan Penatalaksanaanya
Ruptur Perineum
Derajat Satu
Derajat Dua
Derajat Tiga
Derajat Empat
Lokasi
·    Mukosa Vagina
·    Komisura Posterior
·    Kulit Perineum

·    Mukosa Vagina
·    Komisura Posterior
·    Kulit Perineum
·    Otot Perineum

·    Mukosa Vagina
·    Komisura Posterior
·    Kulit Perineum
·    Otot Perineum
·    Otot Sfinter ani
·    Mukosa Vagina
·    Komisura Posterior
·    Kulit Perineum
·    Otot Perineum
Otot Sfinter ani
Tata Laksana
Tidak perlu dijahit  jika tidak ada perdarahan
Dan aposisi baik
Jahit menggunakan teknik yang sesuai dengan kondisi pasien
Penolong APN tidak dibekali keterampilan untuk reparasi laserasi perineum derajat tiga atau deraja empat. Segera rujuk ke fasilitas rujukan
(JNPK-KR,2008)

2.         Ruptur Perineum yang Disengaja (Episiotomi)
Yaitu luka perineum yang terjadi karena dilakukan pengguntingan atau perobekan pada perineum.
Dahulu episiotomi dianjurkan untuk mengurangi ruptur yang berlebihan pada perineum agar memudahkan dalam penjahitan, mencegah penyulit atau tahanan pada kepala dan infeksi, namun hal itu tidak didukung oleh bukti ilmiah yang cukup. Episiotomi boleh dilakukan bila ada indikasi tertentu.
Indikasi dilakukan episiotomy diantaranya indikasi janin seperti distosia bahu dan persalinan bokong, operasi ekstraksi vakum atau forsep, dan posisi oksiput posterior.

D.        Faktor-Faktor Terjadinya Ruptur Ruptur Perineum
Ruptur perineum dapat terjadi karena beberapa faktor, diantaranya adalah faktor ibu, faktor janin, dan faktor penolong persalinan.
1.         Faktor Ibu
Meliputi partus presipitatus, ibu primipara, pasien tidak mampu berhenti mengejan, edema dan kerapuhan perineum, varikositas vulva yang melemahkan jaringan perineum, arkus pubis yang sempit dengan pintu bawah panggul yang sempit pula sehingga menekan kepala bayi ke arah posterior.
Primipara adalah seorang wanita yang melahirkan bayi hidup untuk pertama kalinya. Robekan perineum terjadi hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Pada primipara atau orang yang baru pertama kali melahirkan factor risikonya adalah kelenturan perineum. Perineum yang kaku dan tidak elastis akan menghambat persalinan kala II dan dapat meningkatkan risiko terhadap janin. Perineum yang belum pernah dilalui oleh kepala bayi tidak dapat menahan tegangan yang kuat sehingga robek pada pinggir depannya. Luka biasanya ringan tetapi kadang-kadang juga terjadi luka yang luas dan berbahaya.
2.         Faktor penolong
Diantaranya adalah pimpinan persalinan yang salah, cara menahan perineum dan cara berkomunikasi penolong dengan ibu bersalin dapat mempengaruhi terjadinya rupture perineum.
3.         Faktor janin
Salah satu penyebabnya adalah berat badan bayi lahir, posisi kepala yang abnormal, ekstraksi forceps yang sukar, distosia bahu, dan anomaly congenital seperti hydrocephalus. Hal ini terjadi karena berat bayi yang besar sehingga sulit melewati panggul dan menyebabkan terjadinya ruptur perineum pada ibu bersalin. Pada bayi dengan berat badan lahir cukup besar, ruptur spontan pada perineum dapat terjadi pada saat kepala dan bahu dilahirkan. Pada saat melewati jalan lahir, berat badan bayi berpengaruh terhadap besarnya penekanan terhadap otot-otot yang berada di sekitar perineum sehingga perineum menonjol dan meregang sampai kepala dan seluruh bagian tubuh bayi lahir. Semakin besar tekanan pada perineum, semakin besar pula risiko terjadinya ruptur perineum.

E.        Tanda – Tanda dan Gejala Robekan Jalan Lahir
Bila perdarahan masih berlangsung meski kontraksi uterus baik dan tidak didapatkan adanya retensi plasenta maupun adanya sisa plasenta, kemungkinan telah terjadi perlukaan jalan lahir.
Tanda dan gejala robekan jalan lahir diantaranya adalah perdarahan, darah segar yang mengalir setelah bayi lahir, uterus berkontraksi dengan baik, dan plasenta normal.
Ciri khas robekan jalan lahir; Kontraksi uterus kuat, keras dan mengecil, perdarahan terjadi langsung setelah anak lahir, perdarahan ini terus menerus setelah massase atau pemberian uterotonika langsung mengeras tapi perdarahan tidak berkurang. Dalam hal apapun, robekan jalan lahir harus dapat diminimalkan karena tak jarang perdarahan terjadi karena robekan dan ini menimbulkan akibat yang fatal seperti terjadinya syok.
F.         Komplikasi Ruptur Perineum
Resiko komplikasi yang mungkin terjadi jika ruptur perineum tidak segera diatasi, yaitu :
1.         Perdarahan
Perdarahan robekan jalan lahir selalu memberikan perdarahan dalam jumlah yang bervariasi banyaknya. Perdarahan yang berasal dari jalan lahir selalu harus dievaluasi , yaitu sumber dan jumlah perdarahan sehingga dapat diatasi. Sumber perdarahan dapat berasal dari perineum, vagina, serviks, dan robekan uterus (ruptur uteri). Perdarahan dapat dalam bentuk hematoma dan robekan jalan lahir dengan perdarahan bersifat arteril atau pecahnya pembuluh darah vena.
Seorang wanita dapat meninggal karena perdarahan pasca persalinan dalam waktu satu jam setelah melahirkan. Penilaian dan penatalaksanaan yang cermat selama kala satu dan kala empat persalinan sangat penting. Menilai kehilangan darah yaitu dengan cara memantau tanda vital, mengevaluasi asal perdarahan, serta memperkirakan jumlah perdarahan lanjutan dan menilai tonus otot.
2.         Fistula
Fistula dapat terjadi tanpa diketahui penyebabnya karena perlukaan pada vagina menembus kandung kencing atau rektum. Jika kandung kencing luka, maka air kencing akan segera keluar melalui vagina. Fistula dapat menekan kandung kencing atau rektum yang lama antara kepala janin dan panggul, sehingga terjadi iskemia.
3.         Hematoma
Hematoma dapat terjadi akibat trauma partus pada persalinan karena adanya penekanan kepala janin serta tindakan persalinan yang ditandai dengan rasa nyeri pada perineum dan vulva berwarna biru dan merah. Hematoma dibagian pelvis bisa terjadi dalam vulva perineum dan fosa iskiorektalis. Biasanya karena trauma perineum tetapi bisa juga dengan varikositas vulva yang timbul bersamaan dengan gejala peningkatan nyeri. Kesalahan yang menyebabkan disgnosis tidak diketahui dan memungkinkan banyak darah yang hilang. Dalam waktu yang singkat, adanya pembengkakkan biru yang tegang pada salah satu sisi introitus di daerah ruptur perineum.
4.         Infeksi
Infeksi pada masa nifas adalah peradangan di sekitar alat genital pada kala nifas. Perlukaan pada persalinan merupakan tempat masuknya kuman ke dalam tubuh sehingga menimbulkan infeksi. Dengan ketentuan meningkatkan suhu tubuh melebihi 38o celcius, tanpa menghitung pireksia nifas. Setiap wanita yang mengalami pireksia nifas harus diperhatikan, diisolasi dan dilakukan inspeksi pada traktus genitalis untuk mencari laserasi, robekan atau luka episiotomi.

Comments

Popular posts from this blog

Konsep Cairan dan Elektrolit Tubuh

Makalah Konsep Dasar Teori Air Susu Ibu (ASI)