Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal

Image
  Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal Upaya kolaboratif dalam meningkatkan kesehatan maternal dan perinatal sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa contoh upaya kolaboratif yang dapat dilakukan: 1.       Kolaborasi antara tenaga medis dan bidan: Tim medis yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan dapat bekerja sama untuk memberikan pelayanan kesehatan yang holistik kepada ibu hamil dan bayi yang akan lahir. Dengan saling berbagi pengetahuan dan keterampilan, mereka dapat meningkatkan pemantauan kehamilan, memberikan perawatan prenatal yang tepat, dan menangani komplikasi saat melahirkan. 2.       Kemitraan antara lembaga kesehatan dan masyarakat: Kolaborasi antara fasilitas kesehatan, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat lokal dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan maternal dan perinatal. Misalnya, mengadakan kampanye penyuluhan dan program edukasi di komunitas mengenai perawa

Makalah Teknik Penjahitan Rupture Perineum (Robekan Jalan Lahir)




Makalah Teknik Penjahitan Rupture Perineum (Robekan Jalan Lahir)


Teknik penjahitan yang digunakan dalam menjahit luka disesuaikan dengan keadaan/kondisi luka dan tujuan penjahitan.


A.        Simple Interupted Suture (Jahitan Terputus/Satu-Satu)
Teknik penjahitan ini dapat dilakukan pada semua luka, dan apabila tidak ada teknik penjahitan lain yang memungkinkan untuk diterapkan. Terbanyak digunakan karena sederhana dan mudah. Tiap jahitan disimpul sendiri. Dapat dilakukan pada kulit atau bagian tubuh lain, dan cocok untuk daerah yang banyak bergerak karena tiap jahitan saling menunjang satu dengan lain. Digunakan juga untuk jahitan situasi. Cara jahitan terputus dibuat dengan jarak kira-kira 1 cm antar jahitan. Keuntungan jahitan ini adalah bila benang putus, hanya satu tempat yang terbuka, dan bila terjadi infeksi luka, cukup dibuka jahitan di tempat yan terinfeksi. Akan tetapi, dibutuhkan waktu lebih lama untuk mengerjakannya.
Teknik jahitan terputus sederhana dilakukan sebagai berikut:
1)    Jarum ditusukkan jauh dari kulit sisi luka, melintasi luka dan kulit sisi lainnya, kemudian keluar pada kulit tepi yang jauh, sisi yang kedua.
2)    Jarum kemudian ditusukkan kembali pada tepi kulit sisi kedua secara tipis, menyeberangi luka dan dikeluarkan kembali pada tepi dekat kulit sisi yang pertama
3)    Dibuat simpul dan benang diikat.

B.        Running Suture/ Simple Continous Suture (Jahitan Jelujur)
Jahitan jelujur menempatkan simpul hanya pada ujung-ujung jahitan, jadi hanya dua simpul. Bila salah satu simpul terbuka, maka jahitan akan terbuka seluruhnya. Jahitan ini sangat sederhana, sama dengan kita menjelujur baju. Biasanya menghasilkan hasil kosmetik yang baik, tidak disarankan penggunaannya pada jaringan ikat yang longgar, dan sebaiknya tidak dipakai untuk menjahit kulit.
Teknik jahitan jelujur dilakukan sebagai berikut:
1)    Diawali dengan menempatkan simpul 1 cm di atas puncak luka yang terikat tetapi tidak dipotong.
2)    Serangkaian jahitan sederhana ditempatkan berturut-turut tanpa mengikat atau memotong bahan jahitan setelah melalui satu simpul.
3)    Spasi jahitan dan ketegangan harus merata, sepanjang garis jahitan
4)    Setelah selesai pada ujung luka, maka dilakukan pengikatan pada simpul terakhir pada akhir garis jahitan.
5)    Simpul diikat di antara ujung ekor dari benang yang keluar dari luka/ penempatan jahitan terakhir.

C.        Running Locked Suture (Jahitan Pengunci/Jelujur Terkunci/ Feston)
Jahitan jelujur terkunci merupakan variasi jahitan jelujur biasa, dikenal sebagai stitch bisbol karena penampilan akhir dari garis jahitan berjalan terkunci. Teknik ini biasa digunakan untuk menutup peritoneum. Teknik jahitan ini dikunci bukan disimpul, dengan simpul pertama dan terakhir dari jahitan jelujur terkunci adalah terikat.
Cara melakukan penjahitan dengan teknik ini hampir sama dengan teknik jahitan jelujur, bedanya pada jahitan jelujur terkunci dilakukan dengan mengaitkan benang pada jahitan sebelumnya, sebelum beralih ke tusukan berikutnya.

D.        Subcuticuler Continuous Suture (Subkutis)
Jahitan subkutis dilakukan untuk luka pada daerah yang memerlukan kosmetik, untuk menyatukan jaringan dermis/kulit. Teknik ini tidak dapat diterapkan untuk jaringan luka dengan tegangan besar.
Pada teknik ini benang ditempatkan bersembunyi di bawah jaringan dermis sehingga yang terlihat hanya bagian kedua ujung benang yang terletak di dekat kedua ujung luka. Hasil akhir pada teknik ini berupa satu garis saja.
Teknik ini dilakukan sebagai berikut:
1)    Tusukkan jarum pada kulit sekitar 1-2 cm dari ujung luka keluar di daerah dermis kulit salah satu dari tepi luka.
2)    Benang kemudian dilewatkan pada jaringan dermis kulit sisi yang lain, secara bergantian terus menerus sampai pada ujung luka yang lain, untuk kemudian dikeluarkan pada kulit 1-2 cm dari ujung luka yang lain.
3)    Dengan demikian maka benang berjalan menyusuri kulit pada kedua sisi secara parallel di sepanjang luka tersebut.



Gambar 2.3 Teknik penjahitan

E.        Cara Penjahitan Ruptur Perineum
Bila dijumpai ruptur perineum dilakukan penjahitan luka dengan baik lapis demi lapis, dengan memperhatikan jangan ada robekan yang terbuka ke arah vagina yang biasanya dapat dimasuki oleh bekuan darah yang akan menyebabkan luka lama sembuh.
Mempersiapkan penjahitan
1)    Memposisikan ibu posisi litotomi dengan bokong berada di tepi tempat tidur
2)    Tempatkan handuk atau kain bersih dibawah bokong ibu
3)    Tempatkan lampu sehingga perineum bisa dilihat dengan jelas
4)    Gunakan teknik aseptik atau memeriksa robekan atau episiotomi, berikan anastesi lokal dan menjahit luka
5)    Cuci tangan menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir
6)    Pakai sarung tangan DTT atau steril
7)    Persiapkan peralatan dan bahan DTT untuk penjahitan
8)    Duduk dengan posisi santi dan nyaman
9)    Gunankan kain/kassa DTT atau bersih untuk menyeka vulva, vagina dan perineum ibu dengan lembut,  bersihkan darah sambil menilai dalam dan luasnya luka
10)  Periksa vagina, serviks dan perineum secara lengkap. Pastikan bahwa laserasi hanya derajat satu atau dua. Masukkan jari yang bersarung tangan ke dalam anus dengan hati-hati dan angkat jari tersebut perlahan untuk mengidentifikasi sfingter ani. Raba tonus dan ketegangan sfingter. (jika sfingter terbuka, ibu mengalami laserasi derajat III dan harus segera dirujuk )
11)  Ganti sarung tangan dengan sarung tangan DTT atau steril yang baru
12)  Berikan anastesi lokal
13)  Siapkan jarum dan benang. Gunakan benang kromik 2-0 atau 3-0
14)  Tempatkan jarum pada pemegang jarum dengan sudut 90 derajat, jepit jarum

Menjahit laserasi pada perineum
1)    Cuci tangan dan gunakan sarung tangan DTT maupun steril.
2)    Pastikan bahwa peralatan dan bahan-bahan yang digunakan untuk melakukan penjahitan sudah di desinfeksi tingkat tinggi atau steril
3)    Setelah memberikan anastesi lokal atau memastikan bahwa daerah tersebut sudah di anastesi, telusuri dengan hati – hati menggunakan satu jari untuk secara jelas menentukan batas– batas luka. Nilai kedalaman luka dan lapisan jaringan mana yang terluka
4)    Buat jahitan pertama kurang lebih 1 cm diatas ujung laserasi di bagian dalam vagina. Setelah membuat tusukan pertama, buat ikatan dan potong pendek benang yang lebih pendek dari ikatan.
5)    Tutup mukosa vagina dengan jahitan jelujur, jahit ke bawah ke arah cincin himen
6)    Tepat sebelum cincin himen, mukosa jarum ke dalam mukosa vagina lalu ke bawah cincin himen sampai jarum ada dibawah laserasi. Periksa bagian antara jarum di perineum dan bagian atas laserasi. Perhatikan seberapa dekat jarum ke puncak luka.
7)    Teruskan ke arah bawah tetapi tetap ada luka, menggunakan jahitan jelujur, hingga mencapai bagian bawah laserasi. Pastikan bahwa jarak setiap jahitan sama dan otot yang terluka telah dijahit. Jika laserasi meluas ke dalam otot, mungkin perlu untuk melakukan satu atau dua lapis jahitan putus–putus untuk menghentikan perdarahan dan atau mendekatkan jaringan.
8)    Setelah mencapai ujung laserasi, arahkan jarum ke atas dan teruskan penjahitan menggunakan jahitan jelujur untuk menutup lapisan subkutikuler. Jahitan ini akan menjadi jahitan lapis kedua. Periksa lubang bekas jarum tetap terbuka berukuran 0,5 cm atau kurang. Luka ini akan menutup dengan sendirinya saat penyembuhan luka.
9)    Tusukkan jarum dari robekan perineum ke dalam vagina. Jarum harus keluar dari belakang cincin himen.
10)  Ikat benang dengan membuat simpul didalam vagina. Potong ujung benang dan sisakan sekitar 1,5 cm. Jika ujung benang dipotong terlalu pendek, simpul akan longgar dan laserasi akan membuka.
11)  Ulangi pemeriksaan vagina dengan lembut untuk memastikan bahwa tidak ada kasa atau peralatan yang tertinggal didalam.
12)  Dengan lembut masukkan jari paling kecil ke dalam anus. Raba apakah ada jahitan pada rektum. Jika ada jahitan yang teraba, ulangi pemeriksaan rektum enam minggu pasca persalinan. Jika penyembuhan belum sempurna (misalkan jika ada fistula rektovaginal atau ibu melaporkan inkontinensia alvi atau feses), ibu segera dirujuk.
13)  Cuci daerah genital dengan lembut dengan sabundan air desinfeksi tingkat tinggi, kemudian keringkan. Bantu ibu mencari posisi yang nyaman.
14)  Nasehati ibu untuk :
a)    Menjaga perineumnya selalu bersih dan kering
b)    Hindari penggunaan obat – obatan tradisional
c)    Cuci perineum dengan sabun dan air bersih yang mengalir tiga sampai empat kali sehari Kembali dalam seminggu untuk memeriksa penyembuhan luka.

Comments

Popular posts from this blog

Konsep Cairan dan Elektrolit Tubuh

Makalah Konsep Dasar Teori Air Susu Ibu (ASI)