BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Gerontologi, studi ilmiah tentang efek penuaan dan penyakit yang
berhubungan dengan penuaan pada manusia, meliputi aspek biologis, fisiologis,
psikososial, dan aspek rohani dari penuaan. Perawat yang merencanakan dan
memberikan perawatatn pada orang diusianya yang telah lanjut mendukung dan
mengembangkan teori yang menjadi dasar untuk asuhan keperawatan selama tahap
akhir kehidupan ini.
Sejak awal manusia telah berusaha menjelaskan bagaimana dan mengapa terjadi
penuaan, namun tidak ada teori tunggal yang dapat menjelaskan proses penuaan.
Setiap orang akan mengalami enuaan, tetapi penuaan pada setiap individu akan
berbeda tergantung faktor herediter, stresor lingkungan, dan sejumlah besar
faktor yang lain. Walaupun tidak ada satu teori yang dapat menjelaskan
peristiwa fisik, psikologis, dan peristiwa sosial yang kompleks yang terjadi
dari waktu ke waktu, suatu pemahaman dari penelitian dan teori-teori yang
dihasilkan sangant penting bagi perawat untuk membantu orang lanjut usia
memelihara kesehatan fisik dan psikis yang sempurna.
Teori-teori yang menjelaskan bagaimana dan mengapa penuaan terjadi biasanya
dikelompokkan kedalam dua kelompok besar, yaitu teori biologis dan psikosoaial.
Penelitian yang terlibat dengan jalur biologi telah memusatkan perhatian pada
indikator yang dapat dilihat dengan jelas pada proses penuaan, banyak pada
tingkat seluler, sedangkan ahli teori psikososial mencoba untuk menjelaskan
bagaimana proses tersebut dipandang dalam kaitan dengan kepribadian dan
perilaku.
B.
Rumusan Masalah
Dari latar
belakang diatas, yang menjadi fokus pembahasan dari penulisan makalah ini
adalah bagaimana penjelasan mengenai teori-teori penuaan, yang meliputi:
1.
Teori
Biologis, terdiri dari:
a.
Teori
Radikal Bebas
b.
Teori
Genetika
c.
Teori Cross
Link
d.
Teori Wear
and Tear
e.
Teori
Imunologis
f.
Teori
Neuroendokrin
g.
Riwayat
Lingkungan
2. Teori Psikososial, terdiri dari:
a.
Teori Kepribadian
b.
Teori Tugas
Perkembangan
c.
Teori
Disengagement
d.
Teori
Aktivitas
e.
Teori
Kontinuitas
C.
Tujuan
Penulisan
1.
Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan lebih mendetail
lagi mengenai mata kuliah keperawatan komunitas 2 khusus nya untuk materi
tentang teori-teori penuaan.
2.
Tujuan Khusus
a.
Untuk
mengetahui tentang teori biologis dan macam-macam teori yang ada didalamnya.
b.
Untuk
mengetahui tentang teori psikososial dan macam-macm teori yang ada didalamnya.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Definisi
Penuaan
Menua (aging) adalah proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri/ mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki
kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994)
Penuaan adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan. Menua (menjadi tua) adalah suatu
proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memeperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak
dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita
(Constantindes, 1994)
Proses menua bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu masa atau
tahap hidup manusia, yaitu; bayi, kanak-kanak, dewasa, tua, dan lanjut usia.
Orang mati bukan karena lanjut usia tetapi karena suatu penyakit, atau juga
suatu kecacatan. Akan tetapi proses menua dapat menyebabkan berkurangnya daya
tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari
luar tubuh. Walaupun demikian, memang harus diakui bahwa ada berbagai
penyakit yang sering menghinggapi kaum lanjut usia.
Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai usia dewasa.
Misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan
jaringan lain sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit. Sebenarnya tidak ada
batas yang tegas, pada usia berapa penampilan seseorang mulai menurun. Pada
setiap orang, fungsi fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda, baik dalam hal
pencapain puncak maupun menurunnya
1. Teori
Biologis
Teori biologis mencoba untuk menjelaskan proses fisik penuaan, termasuk
perubahan fungsi dan struktur, pengembangan, panjang usia dan kematian.
Perubahan-perubahan dalam tubuh termasuk perubahan molekular dan seluler dalam
sistem organ utama dan kemampuan tubuh untuk berfungsi secara adekuat dan
melawan penyakit. Seiring dengan brekembangnya kemampuan kita untuk menyelidiki
komponen-komponen yang kecil dan sangat kecil, suatu pemahaman tantang hubungan
hal-hal yang memengaruhi penuaan ataupun tentang penyebab penuaan yang
sebelumnya tidak diketahui, sekarang telah mengalami peningkatan.
Walaupun bukan suatu definisi penuaan, tetapi lima karakteristik penuaan
telah dapat diidentifikasi oleh para ahli. Teori biologis juga mencoba untuk
menjelaskan mengapa orang mengalami penuaan dengan cara berbeda dari waktu
kewaktu dan faktor apa yang memengaruhi umur panjang, perlawanan terhadap
organisme, dan kematian atau perubahan seluler. Suatu pemahaman tentang
perspektif biologi dapat memberikan pengetahuan kepada perawat tentang faktor
resiko spesifik dihubungkan dengan penuaan dan bagaimana orang dapat dibantu
untuk meminimalkan atau menghindari resiko dan memaksimalkan kesehatan.
a. Teori
Radikal Bebas
Radikal bebas adalah produk metabolisme seluler yang merupakan bagian
molekul yang sangat reaktif. Molekul ini memiliki muatan ekstraseluler kuat
yang dapat menciptakan reaksi dengan protein, mengibah bentuk dan sifatnya,
molekul ini juga dapat bereaksi dengan lipid yang berada dalam membran sel,
mempengaruhi permeabilitasnya atau dapat berikatan dengan organel sel. Teori
ini menyatakan bahwa penuaan disebabkan karena terjadinya akumulasi kerusakan
irreversibel akibat senyawa pengoksidasi. Dimana radikal bebas dapat terbentuk
dialam, tidak stabilnya radikal bebas mengakibatkan oksidasi bahan-bahan
organik seperti karbohidrat dan protein.
b.
Teori Genetika
Teori sebab akibat menjelaskan bahwa penuaan terutama disebabkan oleh
pembentukan gen dan dampak lingkungan pada pembentukan kode genetik. Menurut
teori genetike, penuaan adalah suatu proses yang secara tidak sadar diwariskan
yang berjalan dari waktu ke waktu untuk mengubah sel atau struktur jaringan.
Dengan kata lain, perubahan rentang hidup dan panjang usia telah ditentukan
sebelumnya. Teori genetika terdiri dari teori asam deoksiribonukleat (DNA),
teori krtepatan dan kesalahan, mutasi somatik, dan teori glikogen. Teori-teori
ini menyatakan bahwa proses replikasi pada tingkatan seluler menjadi tidak
terartur karena adanya informasi tidak sesuai yang diberikan dari inti sel.
Molekul DNA menjadi bersilangan (crosslink) denga unsur yang lain sehingga
mengubah informasi genetik. Adanya crosslink ini mengakibatkan kesalahan pada
tingkat seluler yang akhirnya mengakibatkan sistem dan organ tubuh gagal untuk
berfungsi. Bukti yang mendukung teori-teori ini termasuk perkembangan radikal
bebas, kolagen, dan lipofusin. Selain itu, peningkatan frekuensi kanker dan
penyakit autoimun yang dihubungkan dengan bertambahnya umur menyatakan bahwa
mutasi atau kesalahan terjadi pada tingkat molekular dan selular.
c.
Teori Cross Link
Teori
crosslink dan jaringan ikat menyatakan bahwa molekul kolagen dan elastin,
komponen jaringan ikat, membentuk senyawa yang lama meningkatkan rigiditas sel,
crosslink diperkirakan akibat reaksi kimia yang menimbulkan aenyawa antara
molekul-molekul yang normalnya terpisah atau secara singkatnya sel-sel tua atau
usang, reaksi kimianya menyebakan kurang elastis dan hilangnya fungsi. Contoh
crosslink jaringan ikat terkait usia meliputi penurunan kekuatan daya rentang
dinding arteri, tanggalnya gigi, tendon kering dan berserat.
d.
Teori Wear and Tear
Teori ini mengusulkan bahwa akumulasi sampah metabolik atau zat nutrisi
dapat merusak sintesis DNA, sehingga mendorong malfungsi molekular dan akhirnya
malfungsi organ tubuh. Pendukung teori ini percaya bahwa tubuh akan mengalami
kerusakan berdasarkan suatu jadwal.
Radikal bebas adalah contoh dari produk sampah metabolisme yang menyebabkan
kerusakan ketika akumulasi terjadi. Radikal bebas dengan cepat dihancurkan oleh
sistem enzim pelindung pada kondisi normal. Beberapa radikal bebas berhasil
lolos dari proses perusakan ini dan berakumulasi didalam struktur biologis yang
penting, saat itu kerusakan organ terjadi.
Karena laju metabolisme terkait secara langsung pada pembentukan radikal
bebas, sehingga ilmuwan memiliki hipotesis bahwa tingkat kecepatan produksi
radikal bebas berhubungan dengan penentuan waktu rentang hidup. Pembatasan
kalori dan efeknya pada perpanjangan rentang hidup mungkin berdasarkan pada
teori ini. Pembatasan kalori telah terbukti dapat meningkatkan masa hidup pada
tikus percobaan. Sepanjang masa hidup, tikus-tikus tersebut telah mengalami
penurunan angka kejadian kemunduran fungsional, dan mengalami lebih sedikit
kondisi penyakit yang berkaitan dengan peningkatan umur, berkurangnya
kemunduran fungsional tubuh, dan menurunnya insidensi penyakit yang berhubungan
dengan penuaan.
e.
Teori Imunitas
Teori imunitas menggambarkan suatu kemunduran dalam sistem imun yang
berhubungan dengan penuaan. Ketika orang bertambah tua, pertahanan mereka
terhadap organisme asing mengalami penurunan, sehingga mereka lebih rentan
untuk menderita berbagai penyakit seperti kanker dan infeksi. Seiring dengan
berkurangnya fungsi sistem imun, terjadilah peningkatan dalam respons autoimun
tubuh. Ketika orang mengalami penuaan, mereka mungkin mengalami penyakit
autoimun seperti artritis reumaoid dan alergi terhadap makanan dan faktor
lingkungan yang lain.
Penganjur teori ini sering memusatkan pada peran kelenjar timus. Berat dan
ukuran kelenjar timus menurun seiring dengan bertambahnya umur, seperti halnya
kemampuan tubuh untuk diferensiasi sel T. karena hilangnya diferensiasi sel T,
tubuh salah mengenali sel yang tua dan tidak beraturan sebagai benda asing dan
menyerangnya. Pentingnya pendekatan pemeliharaan kesehatan, pencegahan
penyakit, dan promosi kesehatan terhadap npelayanan kesehatan, terutama pada
saat penuaan terjadi tidak dapat diabaikan. Walaupun semua orang memerlukan
pemeriksaan rutin untuk memastikan deteksi dini dan perawatan seawal mungkin,
tetapi pada orang lanjut usia kegagalan melindungi sistem imun yang telah
mengalami penuaan melalui pemeriksaan kesehatan ini dapat mendorong ke arah
kematian awal dan tidak terduga. Selain itu, program imunisasi secara nasional
untuk mencegah kejadian dan penyebaran epidemi penyaki, seperti pneumonia dan
influenza diantara orang lanjut usia juga mendukung dasar teoritis praktik
keperawatan.
f.
Teori Neuroendokrin
Diskusi sebelumnya tentang kelenjar timus dan sistem imun serta interaksi
antara sistem saraf dan sistem endokrin menghasilkan persamaan yang luar biasa.
Pada kasus selanjutnya para ahli telah memikirkan bahwa penuaan terjadi oleh
karena adanya suatu perlambatan dalam sekresi hormon tertentu yang mempunyai
suatu dampak pada reaksi yang diatur oleh sistem saraf. Hal ini lebih jelas
ditunjukkan dalam kelenjar hipofisis, tiroid, adrenal, dan reproduksi.
Salah satu area neurologis yang mengalami gangguan secara universal akibat
penuaan adalah waktu reaksi yang diperlukan untuk menerima, memproses, dan
bereaksi terhadap perintah. Dikenal sebagai perlambatan tingkah laku, respon
ini kadang-kadang diinterpretasikan sebagai tindakan melawan, ketulian, atau
kurangnya pengetahuan. Pada umumnya, sebenarnya yang terjadi bukan satupun dari
hal-hal tersebut, tetapi orang lanjut usia sering dibuat untuk merasa
seolah-olah mereka tidak kooperatif atau tidak patuh. Perawat dapat
memfasilitasi proses pemberian perawatan dengan cara memperlambat instruksi dan
menunggu respon mereka.
g.
Riwayat Lingkungan
Menurut teori ini, faktor-faktor di dalam lingkungan (misalnya karsinogen
dari industri, cahaya matahari, trauma dan infeksi) dapat membawa perubahan
dalam proses penuaan. Walaupun faktor-faktor ini diketahui dapat mempercepat
penuaan, dampak dari lingkungan lebih merupakan dampak sekunder dan bukan
merupakan faktor utama dalam penuaan.
Perawat dapat mempunyai pengetahuan yang mendalam tentang dampak dari aspek
ini terhadap penuaan dengan cara mendidik semua kelompok umur tentang hubungan
antara faktor lingkungan dan penuaan yang dipercepat. Ilmu pengetahuan baru
mulai untuk mengungkap berbagai faktor lingkungan yang dapat memengaruhi
penuaan.
2.
Teori Psikososiologis
Teori psikososialogis memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan
perilaku yang menyertai peningkatan usia, sebagai lawan dari implikasi biologi
pada kerusakan anatomis. Untuk tujuan pembahasan ini, perubahan sosiologis atau
nonfisik dikombinasikan dengan perubahan psikologis.
Masing-masing individu, muda, setengah baya, atau tua adalah unik dan
memiliki pengalaman, melalui serangkaian kejadian dalam kehidupan, dan melalui
banyak peristiwa. Salama 40 tahun terakhir, beberapa teori telah berupaya untuk
menggambarkan bagaimana perilaku dan sikap pada awal tahap kehidupan dapat
memengaruhi reaksi manusia sepanjang tahap akhir hidupnya. Pekerjaan ini
disebut proses “penuaan yang sukses” contoh dari teori ini termasuk teori
kepribadian.
a. Teori
Kepribadian
Kepribadian manusia adalah suatu wilayah pertumbuhan yang subur dalam
tahun-tahun akhir kehidupannya yang telah merangsang penelitian yang pantas
dipertimbangkan. Teori kepribadian menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan
psikologis tanpa menggambarkan harapan atau tugas spesifik lansia. Jung
mengembangkan suatu teori pengembangan kepribadian orang dewasa yang memandang
kepribadian sebagai ektrovert atau introvert ia berteori bahwa keseimbangan
antara keddua hal tersebut adalah penting kesehatan. Didalam konsep intoritas
dari Jung, separuh kehidupan manusia berikutnya digambarkan dengan memeiliki
tujuannya sendiri yaitu untuk mengembangkan kesadaran diri sendiri melalui
aktivitas yang dapat merefleksikan diri sendiri.
b.
Teori Tugas Perkembangan
Beberapa ahli teori sudah menguraikan proses maturasi dalam kaitannya
dengan tugas yang harus dikuasai pada tahap sepanjang rentang hidup manusia.
Hasil penelitian Ericson mungkin teori terbaik yang dikenal dalam bidang ini.
Tugas perkembangan adalah aktivitas dan tantangan yang harus dipenuhi oleh
seseorang pada tahap-tahap spesifik dalam hidupnya untuk mencapai penuaan yang
sukses. Erickson menguraikan tugas utama lansia adalah mampu melihat kehidupan
seseorang sebagai kehidupan yang dijalani dengan integritas. Pada kondisis
tidak adanya pencapaian perasaan bahwa ia telah menikmati kehidupan yang baik,
maka lansia tersebut beresiko untuk disibukkan dengan rasa penyesalan atau
putus asa. Minat yang terbaru dalam konsep ini sedang terjadi pada saat ahli gerontologi
dan perawat gerontologi memeriksa kembali tugas perkembanagn lansia.
c.
Teori Disengagement
Teori disengagement (teori pemutusan hubungan), dikembangkan pertama kali
pada awal tahun 1960-an, menggambarkan proses penarikan diri oleh lansia dari
peran bermasyarakat dan tanggung jawabnya. Menurut ahli teori ini, proses
penarikan diri ini dapat diprediksi, sistematis, tidak dapat dihindari, dan
penting untuk fungsi yang tepat dari masyarakat yang sedang tumbuh. Lansia
dikatakan bahagia apabila kontak sosial telah berkurang dan tanggung jawab
telah diambil oleh generasi yang lebih muda. Manfaat pengurangan kontak sosial
bagi lansia adalah agar ia dapat menyediakan waktu untuk merefleksikan
pencapaian hidupnya dan untuk menghadapi harapan yang tidak terpenuhi,
sedangkan manfaatnya bagi masyarakat adalah dalam rangka memindahkan kekuasaan
generasi tua pada generasi muda.
Teori ini banyak menimbulkan kontroversi, sebagian karena penelitian ini
dipandang cacat dan karena banyak lansia yang menentang “postulat” yang
dibangkitkan oleh teori untuk menjelaskan apa yang terjadi didalam pemutusan
ikatan atau hubungan. Sebagai contoh, dibawah kerangka kerja teori ini, pensiun
wajib menjadi kebijakan sosial yang harus diterima. Dengan meningkatnya rentang
waktu kehidupan alami, pensiun pada usia 65 tahun berarti bahwa seorang lanjut
usia yang sehat dapat berharap untuk hidup 20 yahun lagi. Bagi banyak individu
yang sehat dan produktif, prospek diri suatu langkah yang lebih lambat dan
tanggung jawab yang lebih sedikit merupakan hal yang tidak diinginkan.
Jelasnya, banyak lansia dapat terus menjadi anggota masyarakat produktif yang
baik sampai mereka berusia 80 sampai 90 tahun.
d.
Teori Aktivitas
Lawan langsung dari teori disengagement adalah teori aktivitas penuaan,
yang berpendapat bahwa jalan menuju penuaan yang sukses adalah dengan cara
tetap aktif. Havighurst yang pertama menulis tentang pentingnya tetap aktif
secara sosial sebagai alat untuk penyesuaian diri yang sehat untuk lansia pada
tahun 1952. Sejak saat itu, berbagai penelitian telah memvalidasi hubungan
positif antara mempertahankan interaksi yang penuh arti dengan oranglain dan
kesejahteraan fisik dan mental orang tersebut. Gagasan pemenuhan kebutuhan
seseorang harus seimbang dengan pentingnya perasaan dibutuhkan oleh orang lain.
Kesempatan untuk turut berperan dengan cara yang penuh arti bagi kehidupan
seseorang yang penting bagi dirinya adalah suatu komponen kesejahteraan yang
penting bagi lansia. Penelitian menunjukkan bahwa hilangnya fungsi peran pada
lansia secara negatif memengaruhi kepuasan hidup. Selain itu, penelitian
terbaru menunjukkan pentingnya aktivitas mental dan fisik yang berkesinambungan
untuk mencegah kehilangan dan pemeliharaan kesehatan sepanjang masa kehidupan
manusia.
e.
Teori Kontinuitas
Teori kontinuitas, juga di kenal sebagai suatu teori perkembangan,
merupakan suatu kelanjutan dari dua teori sebelumnya dan mencoba untuk
menjelaskan dampak kepribadian pada kebutuhan untuk tetap aktif atau memisahkan
diri agar mencapai kebahagiaan dan terpenuhinya kebutuhan di usia tua. Teori
ini menekankan pada kemampuan koping individu sebelumnya dan kepribadian
sebagai dasar untuk memprediksi bagaimana seseorang akan dapat menyesuaikan
diri terhadap perubahan akibat penuaan. Ciri kepribadian dasar dikatakan tetap
tidak berubah walaupun usianya telah lanjut. Selanjutnya, ciri kepribadian
secara khas menjadi lebih jelas pada saat orang tersebut bertambah tua.
Seseorang yang menikmati bergabung dengan orang lain dan memiliki kehidupan
sosial yang aktif akan terus menikmati gaya hidupnya ini sampai usianya lanjut.
Orang yang menyukai kesendirian dan memiliki jumlah aktivitas yang terbatas
mungkin akan menemukan kepuasan dalam melanjutkan gaya hidupnya ini. Lansia
yang terbiasa memiliki kendali dalam membuat keputusan mereka sendiri tidak
akan dengan mudah menyerahkan peran ini hanya karena usia mereka yang telah
lanjut. Selain itu, individu yang telah melakukan manipulasi atau abrasi dalam
interaksi interpersonal mereka selama masa mudanya tidak akan tiba-tiba mengembangkan
suatu pendekatan yang berbeda didalam masa akhir krhidupannya.
Ketika perubahan gaya hidup
dibebankan pada lansia oleh perubahan sosial-ekonomi atau faktor kesehatan,
permasalahan mungkin akan timbul. Kepribadian yang tetap tidak diketahui selama
pertemuan atau kunjungan singkat kadang-kadang dapat menjadi fokal dan juga
menjadi sumber kejengkelan ketika situasi mengharuskan adanya suatu perubahan
didalam pengaturan tempat tinggal. Keluarga yang berhadapan dengan keputusan
yang sulit tentang perubahan pengaturan tempat tinggal untuk seorang lansia
sering memerlukan banyak dukungan. Suatu pemahaman tentang pola kepribadian
lansia sebelumnya dapat memberikan pengertian yang lebih diperlukan dalam
proses pengambilan keputusan ini.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menua (aging) adalah proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang
diderita (Constantinides, 1994)
Menua merupakan proses yang dapat dilihat sebagai sebuah kontinum kejadian
dari lahir sampai meninggal (Ignativicus, Workman, Mishler, 1999).
Proses penuaan dapat ditinjau dari aspek biologis, sosial dan psikologik.
Teori-teori biologik sosial dan fungsional telah ditemukan untuk menjelaskan
dan mendukung berbagai definisi mengenai proses menua.
Dan pendekatan multi disiplin mengenai teori penuaan, perawat harus
memiliki kemampuan untuk mensintesa berbagai teori tersebut dan menerapkannya
secara total pada lingkungan perawatan klien usia lanjut termasuk aspek fisik,
mental/emosional dan aspek-aspek sosial. Dengan demikian pendekatan eklektik
akan menghasilkan dasar yang baik saat merencanakan suatu asuhan keperawatan
berkualitas pada klien lansia.
Teori biologis mencoba untuk menjelaskan proses fisik penuaan, termasuk
perubahan fungsi dan struktur, pengembangan, panjang usia dan kematian.
Perubahan-perubahan dalam tubuh termasuk perubahan molekular dan seluler dalam
sistem organ utama dan kemampuan tubuh untuk berfungsi secara adekuat dan
melawan penyakit.
Teori psikososialogis memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan
perilaku yang menyertai peningkatan usia, sebagai lawan dari implikasi biologi
pada kerusakan anatomis.
Untuk tujuan pembahasan ini, perubahan sosiologis atau nonfisik dikombinasikan
dengan perubahan psikologis.
B.
Saran
Masa tua adalah sesuatu yang akan dan harus dihadapi oleh setiap manusia,
untuk menjalani proses
kehidupan mereka. Tidak ada satupun orang yang dapat menghindarinya dan
berusaha agar tetap dapat terlihat awet muda. Berbagai proses harus dilewati,
namun beberapa orang ada yang dapat melalui prosesnya dengan baik, namun ada
pula yang tidak cukup lancar. Ditinjau dari berbagai aspek dan sudut pandang,
dari segi fisik dan kejiwaan.
Maka, perawat yang melakukan tindakan asuhan keperawatan pada berbagai
tingkatan usia harus dan wajib tahu bagaimana konidisi fisiologis
pasiennya. Termasuk pada usia lanjut.
Semoga makalah ini dapat menjadi salah satu referensinya, baik sebagai
acuan dalam pembelajaran, ataupun
sebagai pedoman dalam tindakan asuhan keperawatan pada klien usia lanjut.
Comments
Post a Comment